Keesokan harinya nyonya Bexley mendatangi kepala sekolah bersamaan dengan Rachel atas laporan yang telah dia terima. Keberadaan ibu dari Rachel sendiri langsung menjadi pusat perhatian para murid yang melihat mereka sedang berjalan menyusuri koridor sekolah. Mereka semua bertanya-tanya apakah pada akhirnya Rachel mengadukan penganiayaan itu kepada ibunya sehingga ibu Rachel tidak bisa menerima perlakuan itu dan melaporkan kejadian tersebut kepada kepala sekolah atau ada hal lain yang memang sedang terjadi pada Rachel.
Nyonya Bexley yang tanpa sadar melewati Victoria bersama seorang temannya, membuat Victoria langsung menatap Rachel dengan sinis sesaat Rachel mengekori ibunya dari belakang. Rachel yang memang sempat beradu-pandang dengannya, melihat ada perasaan panik dan juga rasa kesal di dalam diri Victoria.
Keduanya tiba di depan ruang kepala sekolah dan masuk ke dalam ruangan itu hingga seorang wanita paruh baya menyuruh mereka untuk duduk di hadapan meja kerjanya.
"Terima kasih nyonya Bexley karena sudah datang memenuhi panggilanku," seru Patricia.
Nyonya Bexley tersenyum sembari mengangguk.
"Mengenai Rachel. Seperti apa yang sudah dikatakan oleh salah satu guru yang mengajar di sekolah ini, saat bel istirahat berbunyi dia melihat Rachel sedang berada di dalam ruang kelasnya seorang diri sembari mengambil makanan yang berserakan di atas lantai kelas untuk dimasukkan kembali ke dalam kotak bekal. Apakah nyonya yang menyuruh Rachel untuk membawa bekal atau memang itu adalah kemauannya sendiri?" tanya Patricia.
"Kemauanku sendiri," jawab Rachel cepat.
Patricia menatap murid tersebut sembari tersenyum lebar. "Apakah ada hidangan kantin yang tidak kau sukai hingga kau memutuskan untuk membawa bekal sendiri, Rachel?"
"Tidak ada. Apakah itu menjadi sebuah masalah jika seorang murid membawa makanannya sendiri dari rumah?" tanya Rachel.
Nyonya Bexley menyentuh lutut kiri anaknya itu. "Aku sebagai orang tua Rachel tidak bermaksud meragukan kualitas hidangan yang diberikan oleh pihak sekolah kepada anakku. Aku yakin, sekolah Wellington memikirkan nilai gizi di setiap hidangan tersebut. Akan tetapi, anakku tidak bisa menikmati hidangan itu karena belum lama ini dia memiliki riwayat kesehatan yang membuatnya tampak sulit menikmati makanan di luar rumah."
"Ah, seperti itu rupanya," tutur Patricia. "Lalu, apakah kau merasa kesulitan untuk memiliki teman di sekolah ini, Rachel?"
"Tidak," jawab Rachel tegas.
"Jika ada murid yang melakukan perundungan padamu, kau bisa segera melaporkan hal itu kepada kami karena kami tidak ingin ada murid yang melakukan tindakan tersebut di sekolah ini. Sanksi tegas sudah pasti akan diberlakukan kepada mereka," jelasnya.
"Berupa seperti apa?" tanya Rachel.
"Dikeluarkan dari sekolah dan mereka tidak dapat masuk ke sekolah lanjutan unggulan," jawab Patricia.
"Benarkah?" Rachel menaiki satu alis.
Patricia mengangguk.
"Apakah pihak sekolah tidak akan goyah dengan berapa pun jumlah nominal uang untuk penghapusan kasus perundungan itu?" tanya Rachel.
Pertanyaan itu membuat Patricia terdiam dengan pupil mata membulat.
Belum sempat pembahasan itu selesai, Rachel berdiri dari tempatnya dan memutuskan untuk keluar ruangan terlebih dahulu dengan alasan bahwa bel sebentar lagi akan berbunyi kencang. Sikap Rachel tentu membuat kedua wanita itu merasa syok. Rachel dianggap kurang sopan kepada orang yang lebih tua sementara nyonya Bexley sendiri hanya bisa meminta maaf atas sikap anaknya kepada kepala sekolah tersebut.

KAMU SEDANG MEMBACA
[Completed] TSS [6]: The Secret of Rachel
Детектив / ТриллерDisclaimer! TSS 6 tidak memiliki hubungan erat dengan TSS 1-5, TSS 6 menceritakan mengenai pengalaman tidak terduga yang terjadi pada Emily semenjak dirinya sudah mulai mengambil alih untuk menjadi seorang detektif sama seperti ibunya, Mia. [TONTON...