Emily masuk ke sebuah kafe untuk membeli segelas kopi dan sepotong kue yang nantinya akan dibawa ke ruang kerja. Pintu yang terbuka membuat lonceng di atasnya berbunyi. Aroma kue yang baru saja keluar dari mesin pemanggang tercium sangat lezat. Suasana kafe yang nyaman dengan alunan musik santai membuat Emily bisa menikmati sejenak atmosfer di dalam kafe tersebut. Setelah memesan, dia memutuskan untuk duduk di salah satu kursi kafe dengan menghadap ke arah pintu masuk sembari menunggu pesanannya tiba.
Ketika Emily sedang memainkan ponsel untuk membaca berita terkini di kota Colorado, dia mendengar pintu di lonceng itu berbunyi yang menandakan ada seseorang masuk ke dalam kafe. Kedua mata Emily yang secara spontan melihat ke arah pintu masuk, langsung membuatnya tertegun dengan kedua bola mata membulat. Detak jantung Emily berdegup kencang dengan tubuh yang mendadak kaku.
Selama hampir tiga tahun lamanya Emily tidak bisa bertemu Felix. Pada akhirnya—untuk kali ini—dia bisa bertemu dengan pria itu lagi. Pria yang mengenakan setelan jas abu-abu dengan tangan kanan berada di dalam saku celana sedang menatap termenung ke arahnya. Pertemuan yang tidak disengaja itu membuat mereka sempat tertegun untuk beberapa saat sampai akhirnya suasana tersebut berubah ketika seorang pelayan mengantarkan pesanan Emily untuk wanita itu karena dia sama sekali tidak mendengar kalau namanya sudah dipanggil berulang kali.
"Oh?" seru Emily yang terlihat sedikit salah tingkah. "Terima kasih."
Felix mulai melangkahkan kakinya menuju antrean untuk membeli minuman di tempat tersebut tanpa sama sekali berniat untuk menyapa Emily. Melihat perlakuan Felix hanya bisa membuat Emily terdiam. Dia berdiri dari kursi kafe dan berjalan keluar sementara Felix benar-benar sama sekali tidak mengatakan sepatah kata kepada teman lamanya itu meski mereka sempat berpapasan.
Beberapa puluh menit kemudian, ketika Felix sudah mendapatkan pesanan dan hendak keluar dari kafe, dia dikejutkan akan kehadiran Emily yang berdiri dari balik tembok bangunan itu.
Ya. Emily menunggu hingga sampai Felix keluar dari tempat tersebut.
Saat Felix akan melangkahkan kakinya kembali, dengan cepat Emily meraih pergelangan tangan pria itu hingga membuat Felix berhenti melangkah dan terdiam.
"Bisakah kita bicara?" tanya Emily.
Felix menelan ludahnya sejenak kemudian menoleh ke arah Emily. "Tidak ada yang perlu dibicarakan lagi, Emily."
"Kumohon," pinta Emily dengan memelas.
"Aku tidak memiliki waktu untuk membahas mengenai hal itu," ucap Felix. "Lepaskan tanganmu dariku."
"Tidak." Kedua mata Emily mulai berkaca-kaca. "Tidak akan kulepaskan sampai kau mau meluangkan waktumu untukku."
"Kenapa?" balas Felix. "Kenapa aku harus meluangkan waktuku untukmu?" Dia berdecak kecil. "Agar kau bisa bertindak sesuka hatimu dan mempermainkan diriku lagi?"
"Aku tidak pernah berpikir seperti itu, Felix," ucap Emily.
"Tidak bisakah kau bersikap bahwa kita hanyalah dua orang asing yang tidak sengaja bertemu di jalan?"
"Setelah apa yang kita lalui bersama?" Kedua mata Emily membulat seolah tidak percaya.
Felix menatap dengan penuh luka. "Ya," jawabnya tegas.
Ungkapan itu membuat Emily melepaskan genggaman tangannya dari lengan Felix. Dia merasakan lemas di sekujur tubuhnya. Sementara Felix sendiri hanya bisa terdiam dan tidak berani menatap kedua mata wanita itu dengan lama.
"Aku tidak pernah menyangka bahwa kau akan bersikap sekecewa ini kepadaku," ucap Emily bergetar. "Aku minta maaf karena kau merasa dipermainkan olehku." Dia menundukkan kepalanya. "Aku sama sekali tidak berniat untuk melakukan hal ini padamu, Felix. Maafkan aku."
KAMU SEDANG MEMBACA
[Completed] TSS [6]: The Secret of Rachel
Misteri / ThrillerDisclaimer! TSS 6 tidak memiliki hubungan erat dengan TSS 1-5, TSS 6 menceritakan mengenai pengalaman tidak terduga yang terjadi pada Emily semenjak dirinya sudah mulai mengambil alih untuk menjadi seorang detektif sama seperti ibunya, Mia. [TONTON...