[Completed] TSS [6]: The Secret of Rachel

XXIX

Saat Rachel akan kembali menuju ruang kelasnya, Rachel mendengar suara seorang wanita memanggil namanya hingga membuat Rachel menoleh ke belakang.

"Ikut ke ruanganku sekarang," pinta wanita itu dengan tegas.

Rachel berjalan mengikutinya dari belakang tanpa sedikit pun bertanya-tanya atas dasar apa dirinya bisa dipanggil oleh kepala sekolah.

Sementara ketiga teman baru Victoria tampak memikirkan apa yang baru saja dibicarakan oleh Rachel. Mereka menyadari bahwa perkataan Rachel ada benarnya juga. Di mana mereka memang melakukan penindasan terhadap Rachel akan tetapi mereka tidak mengetahui dengan jelas mengapa Victoria begitu membenci Rachel terlepas dari keduanya adalah teman ketika berada di sekolah menengah pertama.

Victoria memang belum menjelaskan mengapa dirinya memiliki kebencian begitu dalam terhadap Rachel. Keberadaan Rachel yang selalu saja dibanding-bandingkan oleh kedua orangtuanya sejak Rachel dan Victoria berada di sekolah yang sama, membuat orangtua Victoria memiliki ekspektasi bahwa anak mereka juga harus bisa mendapatkan nilai sempurna bahkan dituntut untuk mengalahkan Rachel agar Victoria dapat menjadi murid unggulan di sekolahnya terdahulu. Terlebih tuntutan keras dari sang ayah.

Namun sayang, Victoria tampaknya tidak dapat mencapai garis yang sama dengan Rachel. Itu sebabnya kedua orangtua Victoria merasa kecewa dan terus menerus menekan anaknya agar bisa mendapatkan nilai sempurna. 

Dahulu, Victoria menganggap Rachel sebagai pacuan agar nilainya bisa dapat memuaskan kedua orangtua Victoria. Dia juga selalu belajar setiap hari namun kedua orangtuanya tidak pernah merasa puas karena mereka menganggap bahwa Victoria masih selalu terbelakang dari Rachel.

Dan sekarang, setiap kali Victoria melihat keberadaan Rachel, kebencian itu muncul di dalam dirinya. Rasa benci yang terbentuk karena perlakuan kedua orangtuanya terhadap Victoria, membuat Victoria tumbuh menjadi anak yang lepas kendali hingga semua emosi itu selalu dia lampiaskan kepada Rachel. Terlebih sampai detik ini pun, tidak ada laporan yang berkaitan dengan Rachel dan dirinya. Victoria dapat menyimpulkan bahwa Rachel sama sekali tidak mengadukan hal tersebut kepada kedua orangtua perempuan itu. 

Victoria menganggap dia tidak terlalu bodoh. Dia sudah berusaha sekeras yang dia bisa. Bekerja keras sampai terkadang melupakan waktu istirahat dan menikmati makanan. Namun usaha itu tetap tidak terlihat oleh kedua orangtuanya, terlebih pada sang ayah.

Ketiga teman Victoria tertegun setelah mendengar cerita yang diberikan oleh perempuan itu.

"Jika kau menjadi diriku, kau sudah pasti akan melakukan hal yang sama sepertiku," tutur Victoria.

"Aku mengerti dan memahamimu, Victoria," ucap Barbara iba.

"Lalu, mengapa kau bisa pindah ke sekolah ini?" saut Lucy. "Bukankah, itu sama saja akan membuatmu merasa tertekan kembali?"

"Saudaraku yang bodoh itu secara tidak sengaja berbicara mengenai keberadaan Rachel kepada ayahku hingga membuat ayahku begitu antusias memindahkanku ke sekolah ini," ungkapnya kesal.

"Siapa?" tanya Claire mengernyit.

"Liam," jawab Victoria.

Mendengar nama itu membuat ketiganya terdiam membisu. Mereka tidak menyangka jika teman baru mereka saat ini ternyata adalah adik kandung dari Liam. Yang mereka kira kepindahan Victoria akan menjadi tameng untuk mereka agar tidak menjadi incaran Liam karena tampang Victoria sendiri terlihat sangat pemberani. Namun rupanya, semua di luar dugaan mereka. Dengan menjalin hubungan pertemanan bersama Victoria, mereka yakin Liam tidak akan mengincar mereka.

Rachel yang sudah masuk ke dalam ruang kepala sekolah langsung diminta untuk duduk menghadap wanita itu. Kemudian, kepala sekolah yang diketahui bernama Patricia segera bertanya mengenai kerusakan loker di koridor sekolah.