XXXVIII

42 16 7
                                    

Satu buah tamparan berhasil tepat mengarah ke pipi kanan Rachel. Ya, Victoria menampar perempuan itu agar Rachel bisa menutup mulutnya. Rachel yang terdiam langsung mengarahkan pandangan kepada Claire.

"Kau—" tunjuk Rachel. "Apa kau sama sekali tidak takut jika kau menjadi incaran selanjutnya untuk bergabung bersama Lucy dan Barbara?"

Claire membelalakkan kedua mata.

"Apa kau tidak takut berada di dekat Victoria?" tanyanya kembali.

Claire menoleh ragu ke arah Victoria. 

Sementara Victoria sendiri langsung mencengkeram kuat rambut Rachel sampai wajah Rachel bisa menatap langit-langit koridor sekolah. Teriakan salah satu murid di sekolah itu membuat Liam segera berlari ke arah sumber suara. Dan benar saja, teriakan itu berasal dari murid yang sedang melihat Victoria menghajar Rachel dengan cara menendang, menampar, dan melakukan tindakan apa pun agar rasa kesal Victoria dapat terlampiaskan.

Dengan sigap, Liam segera memeluk adiknya dari belakang dan langsung memisahkan Victoria dari Rachel.

"Tunggu pembalasanku!" teriak Victoria histeris. "Kau tidak akan bisa lepas dariku, Rachel!"

Rachel menyeka darah yang keluar dari sudut bibirnya sembari menatap mereka yang berjalan semakin menjauh. Sikap brutal Victoria terhadapnya tidak membuat Rachel merasa ketakutan. Dia malah akan semakin membuat Victoria terlihat bersalah atas kejadian yang menimpa kedua teman perempuan itu.

Rachel memang memainkan pikiran Victoria di mana tanpa sadar Victoria akan menganggap kematian mereka disebabkan oleh Victoria sendiri—terlebih Lucy dan Barbara adalah teman dekat Victoria semenjak dia dipindahkan ke sekolah itu oleh kedua orang tuanya.

Liam membawa adiknya ke belakang gedung sekolah. Dia menatap perempuan itu sedang dalam keadaan penuh emosi dan juga berkeringat. Di dalam benak Victoria pada saat itu hanyalah ingin menghabisi Rachel hingga membuat dia tidak sadar bahwa dirinya masih berada di lingkungan sekolah dengan keadaan di mana sebagian para murid menatap ke arah keduanya.

"Kau benar-benar membuatku hilang kesabaran, Victoria," ungkap Liam.

Victoria mengatur tempo napasnya sembari menatap ke arah Liam.

"Sudah berulang kali aku katakan untuk tidak terpancing dengan perempuan itu namun kau tetap saja tidak menuruti perkataanku!" katanya kesal.

"Dua temanku meninggal di waktu yang berdekatan dan dia mengatakan bahwa itu semua adalah kesalahanku!"

"Karena dia sedang memainkan pikiranmu!" balas Liam. "Kau harus bersikap bahwa kau tidak dapat digoyahkan, Victoria! Meski mereka adalah temanmu bukan berarti kematian mereka terjadi karena ulahmu!"

Victoria berdecak kesal.

"Sudah kukatakan padamu untuk bisa mengontrol dirimu dan sekarang tanpa sadar, Rachel sedang mengontrol pikiranmu!" serunya.

"Aku ingin sekali membunuhnya Liam," umpat Victoria kesal.

"Aku mengerti. Aku sangat mengerti bagaimana perasaanmu itu terhadap Rachel. Terlebih sikap kedua orang tua kita yang terus saja membanding-bandingkan dirimu dengan Rachel. Akan tetapi, kita tidak boleh bertindak gegabah. Kita harus bersabar," pinta Liam memelas.

"Sampai kapan?!" tanya Victoria. "Sampai kapan aku harus bersabar?!"

Liam menatap kedua mata adiknya tanpa menjawab pertanyaan itu.

🔱🔱🔱

Emily dan Marvis telah tiba di ruang kerja wanita itu setelah mereka usai menjalani pemeriksaan terhadap Dean. Sebuah kasus yang hampir sama dengan menjadikan anak sekolah menengah atas menjadi korbannya. Terlebih, kedua pelaku memiliki kesamaan jawaban yakni mereka sama sekali tidak melihat adanya seorang anak yang melintas. 

[Completed] TSS [6]: The Secret of RachelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang