VII

59 28 0
                                    

Di tempat sekolah Rachel, tidak ada yang spesial di hari Rachel berada di tempat itu. Semua tampak seperti biasa. Para murid tetap enggan mendekati Rachel karena mereka menganggap Rachel adalah seorang pembunuh meski sebenarnya Rachel sudah tahu bahwa bukan dia pelakunya. Rachel sendiri tidak ambil pusing mengenai sikap teman-temannya itu. Jika dia tidak bisa menahan dirinya untuk tidak membunuh, mungkin saja sekarang ini mereka sudah berada di neraka bersama Tami.

"Hey, Rachel," sapa Rose saat melihat perempuan itu duduk sendirian di ruang kelas.

"Apa maumu?" tanya Rachel kesal.

"Sederhana saja," Rose tersenyum. "Aku hanya ingin menjadi temanmu."

"Mengapa kau tetap bersikeras seperti itu?"

"Aku tau kau murid yang hebat di sekolah ini. Hanya saja, kepintaranmu tertutup dengan adanya kejadian di sekolah ini," jawab Rose.

Rachel menatap teman sekelasnya dengan datar.

"Sebentar lagi sekolah akan mengadakan ujian kelulusan. Untuk satu kali ini, bisakah kau mengajariku agar aku bisa lulus tepat waktu?" pinta Rose.

"Kau bisa menyewa guru privat untuk mengajarimu pelajaran apapun di sekolah ini," jawab Rachel.

"Kedua orangtuaku tidak memiliki cukup uang untuk itu," Rose menundukkan kepalanya. "Aku ingin mereka bangga terhadapku karena aku bisa lulus dengan nilai sempurna nantinya."

"Sempurna itu hanyalah kata-kata terbodoh yang pernah kudengar. Tidak ada satu pun hal di dunia ini yang bisa dianggap sempurna. Jika kau tidak mendapatkan nilai yang kau mau, setidaknya kau telah berusaha keras untuk itu," jelas Rachel.

Rose tersenyum mendengarnya. Seakan dia benar-benar sudah yakin bahwa Rachel adalah seorang teman baik untuknya. Sementara kebalikannya dari Rachel, anak itu sama sekali tidak ingin siapapun menjadi temannya.

"Kumohon kabulkan permintaanku mengenai hal itu. Setelah kelulusan kita nanti, aku tidak tau apakah kita bisa bertemu kembali atau tidak. Namun, jika memang tidak, aku akan tetap bersyukur bahwa kau pernah ingin membantuku," pinta Rose sekali lagi.

Rachel bangkit dari kursi sembari menghela napas, "Kau benar-benar pantang menyerah. Baiklah, esok hari selepas sepulang sekolah kau bisa datang ke rumahku."

Perkataan tersebut membuat Rose tersenyum.

"Ingat, kedekatan kau dan aku hanya sebatas ujian kelulusan sekolah. Selepas ini, anggap saja kita tidak saling kenal," pintanya lagi.

Rose mengangguk tanda setuju setelah itu membiarkan Rachel pergi keluar kelas entah ke mana.

🔱🔱🔱

Setelah mencari data milik Tami, direktur itu berhasil menemukan data tersebut atas nama Tami Scarlett Brown yang memiliki orangtua bernama Rowan Smith Brown dan Madison Brown. Dari data itu juga ditunjukkan bahwa Tami merupakan anak satu-satunya dari keluarga Brown yang di mana sudah dapat dipastikan bahwa seluruh harta kekayaan kedua orangtua Tami akan jatuh ke tangannya ketika Tami sudah dewasa nantinya.

Namun sayang, semua itu hanyalah angan-angan semata karena Tami sendiri ditemukan dalam keadaan tidak bernyawa di dalam gedung sekolahnya.

"Jadi, bagaimana dengan proses asuransi itu?" tanya Emily.

"Dari data yang ada, nyonya Madison Brown segera memproses asuransi kematian Tami Scarlett Brown sehari setelah pemakaman mendiang anaknya usai," jawabnya.

"Secepat itu?" seru Felix perlahan sembari mengernyit.

"Berapa total yang bisa didapat oleh nyonya Brown dalam asuransi milik Tami?"

[Completed] TSS [6]: The Secret of RachelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang