LVII

46 16 5
                                    

Tuan Bexley yang sudah tersulut emosi, segera berlari menaiki anak tangga dan menghampiri kamar Rachel dalam keadaan pintu kamar yang sudah terbuka. Di dalamnya, dia melihat Rachel berdiri di sekitar bercak darah yang membasahi karpet bulu serta sebuah pisau lipat berada di atas karpet berbulu itu.

Tanpa mengatakan sepatah kata, tuan Bexley langsung menampar pipi kanan anaknya hingga membuat Rachel terjatuh ke atas ranjang. Rachel merintih kesakitan dengan tatapan mengarah ke pria tersebut.

"APA YANG TELAH KAU PERBUAT PADA MAMAMU, RACHEL?!" tanya tuan Bexley.

"Tanyakan saja padanya secara langsung!" jawab Rachel.

"RACHEL!" teriak tuan Bexley dengan kesal. "KENAPA KAU BISA BERSIKAP SEPERTI INI?!"

Rachel terdiam tanpa menjawab pertanyaan itu.

"Aku dan mamamu sudah bersusah payah untuk bisa membuatmu menjadi anak yang lebih baik lagi. Namun sekarang? Kenapa kau bisa bertindak kasar seperti ini?!" tanyanya penuh kecewa.

Perempuan itu menarik napas sembari berdiri lalu menatap kedua mata sang ayah.

"Pergilah meminta maaf kepadanya," kata tuan Bexley memelas. "Kumohon."

"Tidak," tolak Rachel dengan tegas. "Aku tidak akan pernah mau meminta maaf atas kesalahan yang bahkan tidak aku lakukan."

"RACHEL!" bentaknya.

"Kau pasti akan menyesal jika kau mengetahui semuanya." Rachel menatap intens. "Wanita itu—dia sudah menghancurkan kepercayaanmu, papa."

Tuan Bexley terdiam membisu.

"Dia sudah berselingkuh dengan pria lain lalu mengandung seorang anak perempuan yang sempat dia beri nama Rachel dan—"

"APA?!" Pupil mata tuan Bexley membulat.

Ungkapan yang diberikan oleh Rachel membuat detak jantung tuan Bexley terasa nyeri hingga dia mendapatkan serangan jantung lalu terjatuh tak sadarkan diri. Rachel hanya bisa terdiam menatap ayahnya terkapar lemas tidak berdaya. Setelahnya, dia mengalihkan pandangan ke arah luar kamar di mana dia akan menghampiri wanita tersebut untuk menyelesaikan tugasnya.

Rachel yang sudah menuruni anak tangga, mendapati sang ibu sedang terduduk santai sembari menggenggam sebuah pisau di tangan kiri. Wanita itu sempat memberikan senyuman sungging terhadap anaknya sendiri.

"Ternyata, papamu tidak sekuat yang aku kira," kata wanita tersebut.

Kedua mata Rachel berkedip perlahan.

"Sangat tidak kusangka bahwa kau membongkar rahasia lamaku kepada suamiku sendiri," ucapnya lagi. "Kau sudah menghancurkan karierku, kau sudah membunuh Megan, dan sekarang kau berusaha untuk menyingkirkan suamiku?!"

"Kau melimpahkan semua kesalahanmu pada anakmu sendiri."

"TIDAK!" jerit nyonya Bexley. "KAU BUKANLAH ANAKKU!"

"Mungkin lebih tepatnya—kau tidak benar-benar menginginkanku."

Wanita itu terdiam.

"Kau membunuh Rachel karena takut ayahku mengetahui keputusanmu berselingkuh dengan pria yang bahkan tidak mau bertanggungjawab itu. Setelah kau berhasil melakukan aborsi, kau tidak menyangka bahwa ayahku mengharapkan seorang anak perempuan hingga membuatmu menyesal karena pernah menyingkirkan Rachel." Dia terdiam sejenak. "Tidak lama setelahnya, Tuhan mengabulkan doa ayahku. Kau berhasil mengandung seorang anak perempuan yang kau beri nama Rachel Evelyn Bexley—yang sebenarnya nama Rachel Evelyn adalah—nama untuk anak itu."

Pupil mata nyonya Bexley membulat.

"Aku tahu bahwa kau tidak benar-benar menyayangiku karena setiap kali kau melihatku, ada rasa kekecewaan, penyesalan, dan amarah karena semua tidak berjalan sesuai dengan apa yang kau inginkan. Kau berselingkuh dengan pria lain namun kau sendiri tidak ingin berpisah dari ayahku."

[Completed] TSS [6]: The Secret of RachelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang