Di kediaman rumah keluarga Bexley, Rachel terlihat sedang berdiam diri di depan jendela sembari menatap lurus ke depan. Dia memikirkan sikap Rachel hari ini pada senior di sekolahnya. Sikap dan kata-kata yang secara spontan dikeluarkan, membuat Rachel merasa yakin bahwa dirinya akan mendapatkan masalah di sekolah itu. Cepat atau lambat, hal tersebut pasti bisa terjadi. Dan tinggal bagaimana Rachel bisa menyikapi itu semua.
Semakin bertambahnya usia, Rachel berusaha keras agar tidak tergoyahkan oleh gangguan-gangguan dari dalam dirinya. Terkadang Rachel berpikir lebih menenangkan baginya jika bisa bersikap lebih tertutup dari dunia luar daripada harus bersikap terbuka. Dengan melalui sikap tertutup itu, mereka hanya bisa menerka-nerka karena Rachel tidak memberikan tindakan apa pun. Sementara saat Rachel bersikap terbuka, ada saja kalimat-kalimat yang memancing dirinya untuk bereaksi.
"Sungguh rumit," gerutu Rachel.
Suara ketukan yang bersamaan dengan terbukanya pintu kamar membuat Rachel menoleh ke belakang. Dia melihat ibunya berjalan masuk lalu duduk di tepi ranjang.
"Kau belum tidur?" tanya nyonya Bexley.
"Ada keperluan apa kau mendatangi kamarku?" balas Rachel.
"Aku hanya ingin melihatmu saja," katanya.
Rachel berjalan mendekati wanita itu dengan tatapan penuh curiga hingga nyonya Bexley menyadarinya.
"Mengapa kau selalu bersikap berbeda saat berinteraksi denganku dibanding saat berinteraksi dengan papamu?" tanya wanita itu.
"Berbeda seperti apa maksudmu?" kata Rachel.
"Sikapmu begitu dingin dengan ibu kandungmu sendiri." Nyonya Bexley menatap anaknya. "Apakah aku pernah berbuat kesalahan padamu?"
Pertanyaan itu membuat Rachel terdiam sejenak.
"Jika iya, katakan padaku agar kita bisa sama-sama memperbaikinya," pinta wanita itu.
"Kau tidak bisa memperbaiki sesuatu yang telah lama hilang dengan mudahnya," ujar Rachel.
"Bisa. Aku yakin kita pasti bisa," ucapnya.
"Tidak ada kata 'kita' dalam hal ini." Rachel menatap tanpa berkedip. "Kau sendiri bahkan mungkin tidak menyadari hal itu. Bagaimana kau bisa berkata 'kita' sesaat kesalahan itu ada karena perbuatanmu sendiri."
"Katakan padaku di mana letak kesalahanku agar aku bisa menebusnya?" tanya nyonya Bexley.
"Apa kau sama sekali tidak pernah merasakan penyesalan?" balas Rachel.
Kini, giliran nyonya Bexley yang terdiam mendengar pertanyaan dari anak pertamanya itu.
"Bisakah kau keluar dari kamarku?" pinta Rachel. "Aku akan beristirahat agar esok tidak terlambat ke sekolah."
Wanita itu bangkit dari tepi ranjang tanpa mengatakan sepatah kata.
🔱🔱🔱
Keesokan harinya, Rachel berjalan masuk ke lingkungan sekolah dengan pemandangan berbeda. Semua orang menatapnya hingga membuat Rachel merasa terintimidasi. Sampai di mana Rachel tiba di depan loker miliknya dan saat akan meraih gagang pintu loker itu, dia menatap sejenak cairan yang menyelimuti gagang tersebut hingga membuat Rachel mengurungkan niatnya untuk membuka pintu loker.
Dia kembali berjalan menuju ruang kelas namun sesaat belum terlalu jauh dari lokasi deretan loker sekolah, Rachel kembali bertemu dengan Liam dan kedua teman lelaki itu. Tanpa berbasa-basi, Liam langsung mendorong kencang badan Rachel hingga dia terjatuh ke belakang menabrak salah satu loker milik seseorang. Tidak ada satu pun dari mereka yang membantu Rachel meski mereka melihat perbuatan kasar Liam kepadanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
[Completed] TSS [6]: The Secret of Rachel
Mystery / ThrillerDisclaimer! TSS 6 tidak memiliki hubungan erat dengan TSS 1-5, TSS 6 menceritakan mengenai pengalaman tidak terduga yang terjadi pada Emily semenjak dirinya sudah mulai mengambil alih untuk menjadi seorang detektif sama seperti ibunya, Mia. [TONTON...