XI

46 26 0
                                    

Hari ini, sidang nyonya Brown akan diselenggarakan. Emily dan Felix sendiri sudah siap untuk mendampingi tuan Brown serta memberikan banyaknya bukti yang merujuk bahwa nyonya Brown adalah dalang dibalik kematian anak mereka satu-satunya.

Sidang yang telah berlangsung, tampak begitu tegang dan haru. Terlebih dengan tuan Brown yang benar-benar merasa terpukul setelah mendengar penjelasan dari ketua hakim yang mengatakan bahwa nyonya Brown terbukti bersalah atas kesengajaan meracuni putri kandungnya sendiri dengan alasan ingin mengambil uang asuransi milik Tami untuk digunakan sebagai tambahan uang usaha kafe mewah yang sedang nyonya Brown dan kekasihnya jalani.

Mendengar hal tersebut tentu membuat tuan Brown tidak bisa lagi memendam amarahnya. Dia memutuskan untuk keluar dari ruang pengadilan dan tanpa sadar dia, memukul kencang pintu ruangan tersebut hingga membuat mereka yang berada di dalamnya terkejut. Rasa sakit di tangan tuan Brown tidak sebanding dengan rasa sakit yang berada di hatinya begitu mengetahui bahwa kecelakaan itu disebabkan oleh istrinya sendiri. Terlebih, tuan Brown mendapatkan kebenaran bahwa selama ini nyonya Brown telah berselingkuh di belakangnya.

Emily yang pada saat itu memahami perasaan tuan Brown, memutuskan untuk menghampiri pria itu dan berusaha menenangkannya.

"Andai saja kau tidak mengambil andil dalam kasus ini, mungkin sampai sekarang aku tidak tahu bahwa semuanya adalah perbuatan istriku," ungkap tuan Brown sembari memegang jari-jemari tangan kanannya yang tampak memar.

"Aku minta maaf mengenai hal ini, tuan Brown," ungkap Emily.

"Kau tidak perlu meminta maaf. Justru aku yang sangat berterima kasih atas jasamu, Emily. Aku memang sudah tidak memiliki siapa-siapa lagi, namun setidaknya Tami bisa benar-benar beristirahat dengan tenang di sana," ujarnya menunduk.

"Akan kuambilkan obat untuk menutupi luka tanganmu, tuan," seru Emily yang segera bangkit meninggalkan pria itu.

🔱🔱🔱

Sementara di tempat Rachel bersekolah, dia tetap menjalani kesehariannya sebagai seorang anak sekolah menengah pertama yang hanya didekati oleh seorang murid bernama Rose. Selebihnya, Rachel tetap dikucilkan mengenai kasus kematian Tami.

Rachel yang sedang berjalan di lorong seorang diri langsung berhenti melangkah ketika dia mendengar suara Rose memanggil namanya. Rose mengatakan bahwa kasus kematian Tami telah terungkap di mana ibu kandung Tami sendirilah dalang dibalik kematian tersebut. Penjelasan yang diberikan Rose sendiri hanya membuat Rachel tersenyum tipis dan dia sendiri tidak memberikan komentar banyak akan hal itu.

Keduanya kini masuk ke dalam ruang kelas. Rachel mengira berita mengenai kematian Tami akan membuat suasana sekolah berubah. Namun nyatanya tidak. Mereka tetap enggan berteman dengan Rachel dengan berbagai macam alasan.

"Kenapa kau terlalu berpikir mengenai keadaan lingkungan ketika melihatku tidak memiliki siapa pun di tempat ini?" tanya Rachel.

"Aku ingin kau bisa berbaur dengan mereka layaknya seorang anak murid pada umumnya," pinta Rose.

"Jika kau ingin berbaur dengan mereka, kau bisa melakukannya seorang diri tanpa harus berpikir mengenai diriku." Rachel menatap Rose. "Aku tau, kau ingin bermain dengan mereka akan tetapi kau juga tidak ingin meninggalkanku. Jika kau berpikir seperti itu, aku sama saja seperti beban untukmu."

"Ti—tidak. Aku tidak berpikir seperti itu," bantah Rose.

Rachel memilih untuk duduk di kursinya tanpa memberikan sepatah kata untuk Rose. Meski Rose menyangkalnya, namun dia tidak bisa membohongi pikirannya sendiri jika dia membenarkan perkataan Rachel. Rose ingin bermain dengan mereka akan tetapi dia juga tidak bisa meninggalkan Rachel seorang diri. Dia ingin seluruh teman-temannya bisa berbaur satu sama lain tanpa terkecuali.

[Completed] TSS [6]: The Secret of RachelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang