XLII

43 15 9
                                    

Tuan Bexley membenarkan pertanyaan pria itu. Demi mencari tahu kejadian yang sebenarnya, keluarga tersebut diminta untuk memberikan kesaksian dan informasi di detik-detik terakhir Megan masih bernapas. Pihak kepolisian juga akan memberikan pengawasan kepada keluarga itu untuk berjaga-jaga dari adanya kemungkinan hal buruk yang terjadi di kemudian hari.

Tanpa merasa terintimidasi, tuan Bexley menyetujui hasil keputusan pihak kepolisian. Dan benar, dua orang anggota polisi langsung ditugaskan untuk menjaga kediaman rumah keluarga Bexley. Garis polisi di belakang rumah itu juga sudah terpasang jelas pertanda tidak ada yang boleh masuk ke dalam sana kecuali dari pihak kepolisian dan orang-orang yang bersangkutan.

Sementara mayat Megan akan dibawa ke rumah sakit Saint Joseph guna menjalani autopsi sebelum akhirnya dikebumikan. Megan tidak memiliki siapa pun selain keluarga Bexley. Dia yang sudah bekerja di sana benar-benar telah dianggap seperti seorang anak untuk nyonya Bexley. Kepergian Megan yang tidak mereka duga sebelumnya, sangat membuat hati nyonya Bexley terpukul. Layaknya telah kehilangan seorang anak kandung, nyonya Bexley tidak berhenti menangis terisak-isak di ruang keluarga yang juga ditemani oleh tuan Bexley.

Beberapa saat kemudian, mereka mendengar suara sirene mobil polisi yang membuat tuan Bexley segera bangkit dari sofa ruang tamu dan berjalan menghampiri pintu rumah. Pintu yang terbuka memperlihatkan seorang anggota polisi berjalan mendekat serta memberikan perintah kepada tuan Bexley untuk membawa semua anggota keluarganya masuk ke dalam mobil agar bisa menjalani pemeriksaan di kantor kepolisian.

Tuan Bexley mengangguk dan berbalik arah. Saat dia akan memanggil Rachel untuk ikut bersama mereka, rupanya Rachel sudah lebih dulu menuruni anak tangga. Keluarga Bexley segera masuk ke dalam mobil untuk pergi menuju kantor kepolisian Marshal. 

🔱🔱🔱

Sementara di rumah sakit Saint Joseph, Mia yang pada saat itu baru saja akan pergi memeriksa salah satu pasiennya, mendapati pihak medis sedang membawa kantong plastik jenazah untuk masuk ke dalam ruang autopsi secara terburu-buru. 

Karena merasa penasaran, Mia bertanya kepada salah satu petugas yang berjaga tentang isi dari kantong jenazah tersebut dan pria itu menjawab bahwa di dalamnya ada seorang mayat wanita yang ditemukan mati tergantung di sebuah rumah megah. Untuk mengetahui apa motif kematian tersebut, mereka segera melakukan tindak autopsi. Mia terdiam mendengar penjelasan pria itu dan setelahnya, dia kembali melanjutkan aktivitas sebagai seorang dokter psikiater.

Mobil polisi yang membawa keluarga Bexley sudah tiba di kantor kepolisian Marshal. Mereka segera turun dari tempat tersebut dan masuk ke ruangan masing-masing sementara Bexley Junior dititipkan oleh seorang petugas polisi wanita dan dibawa ke ruangan khusus penitipan anak.

Rachel duduk di sebuah ruangan persegi yang memiliki dua kursi dan satu meja persegi di tengahnya. Di sana, dia melihat dua kamera pengawas yang terletak berseberangan di sudut ruangan. Tidak lama setelah itu, salah satu polisi datang dengan membawa sebuah berkas di tangannya. Polisi yang sama saat kali pertama Rachel bertemu di rumahnya kemarin, kini duduk di hadapan Rachel dan membaca sekilas berkas tersebut sebelum akhirnya menatap anak perempuan itu.

"Rachel Evelyn Bexley," katanya. "Berusia 17 tahun bersekolah di—sekolah menengah atas Wellington." Dia melihat ke arah Rachel. "Sepertinya kau adalah anak yang pintar."

Rachel terdiam membalas tatapan pria itu yang sedang menutup berkasnya di atas meja.

"Di mana kau berada saat malam kejadian itu?" tanyanya.

"Malam itu?" Rachel mengernyit

"Malam terakhir Megan ditemukan hidup di dalam rumahmu."

"Aku berada di dalam kamar."

[Completed] TSS [6]: The Secret of RachelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang