XLV

34 14 3
                                    

"Apakah adikmu belum kembali juga?" Tuan Holland menatap Liam yang masih terus mencoba menghubungi Victoria dari ponselnya.

Liam menggeleng perlahan.

Pria itu terlihat seperti memendam amarah ketika anak perempuannya belum juga tiba di rumah sementara waktu sekarang sudah menunjukkan pukul 7 malam.

"Apakah adikmu akan menjadi seorang pelacur di luar sana?!" umpatnya kesal.

Liam terdiam tanpa memberikan jawaban.

"Cepat cari anak itu! Jangan berani kembali ke rumah ini sebelum kau berhasil menemukannya!" Tuan Holland memberikan perintah sembari berjalan menjauhi Liam. "Aku akan menghukum anak itu atas keterlambatannya kembali ke rumah."

Liam menutup pintu rumah dengan tubuh yang menggigil karena berusaha menyesuaikan dengan cuaca di luar.

Kota Colorado saat ini benar-benar terasa dingin seperti menusuk. Meski Liam sudah mengenakan pakaian tebal, dia masih bisa merasakan dingin itu hingga pipi dan hidungnya perlahan mulai memerah. Dia terus melangkahkan kaki dalam cuaca dingin dengan angin yang bergerak berlawanan arah darinya.

Victoria sendiri adalah anak yang tepat waktu. Dia berusaha keras agar tidak ada satu pun kalimat kasar yang terlontar dari sang ayah. Itu sebabnya Liam merasa heran mengapa sampai saat ini adiknya belum juga tiba di rumah.

Liam sendiri tidak tahu mengapa ayah mereka begitu lebih keras pada Victoria sementara dirinya tidak merasakan hal yang serupa—di mana kedua orang tua Liam berusaha untuk tidak mengatakan kalimat kasar kepadanya. Liam juga seperti mendapatkan perhatian khusus dari mereka dan sangat jauh berbeda dengan Victoria. Itu sebabnya Victoria merasa kesal hingga melampiaskannya pada orang lain. Sebagai seorang saudara untuk Victoria, Liam sendiri tidak bisa mencegah perempuan itu karena dia merasa Victoria sudah dibedakan sejak mereka masih kanak-kanak.

Langkah kaki Liam terhenti sesaat dia melihat ada tubuh seseorang yang hampir saja tertimbun tumpukan salju. Perasaan lelaki itu mulai merasa khawatir. Karena tubuh seseorang tersebut mengenakan pakaian yang sama seperti Victoria. Dengan cepat, dia berusaha perlahan untuk turun dari lapangan es dan menyibakkan tumpukan salju yang berhasil menutupi sebagian wajahnya.

Dan benar.

Orang yang Liam temukan adalah Victoria.

Dengan perasaan lemas, Liam terjatuh ke belakang. Dia mencoba menggoyang-goyangkan tubuh Victoria namun perempuan itu tidak menunjukkan reaksi apa pun. Liam melepas sarung tangan kanannya untuk mengecek nadi yang berada di leher Victoria.

Kedua matanya berkaca-kaca. Dengan segera dia merogoh ponsel yang berada di saku celana. Meski tubuhnya gemetar hebat karena menahan diri dari cuaca dingin dan melihat wajah Victoria sudah dalam keadaan pucat dengan kedua mata membelalak, membuat Liam menjadi terbata-bata sesaat sambungan ponsel itu sudah terhubung.

🔱🔱🔱

Garis polisi terlihat terpasang mengelilingi lapangan es. Beberapa penduduk yang penasaran berusaha berdiri melihat keadaan di sekitar lapangan itu dengan mengenakan pakaian musim dingin. Mereka juga melihat dua mobil polisi, satu mobil ambulans dan beberapa wartawan yang terlihat meliput. 

Sementara di kediaman rumah keluarga Bexley, Rachel dan ayahnya yang sedang menonton serial televisi di ruang keluarga kini sedang menayangkan siaran langsung tentang ditemukannya seorang mayat perempuan di tepi lapangan es dalam kondisi sedikit membeku. Informasi dari berita tersebut juga menjelaskan bahwa korban yang meregangkan nyawa berasal dari salah satu murid di sekolah ternama dan penyidik masih mencari tahu penyebab utama kematian tersebut.

[Completed] TSS [6]: The Secret of RachelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang