"Kau mau ke mana!" Seungcheol menggeram begitu mendapati Wonwoo keluar dari ruangannya. Langsung saja ia merangkul leher Wonwoo dan menariknya ke ruang properti yang berada di seberang ruang Videografer.
Yang ditarik sudah pasrah karena kekuatan Seungcheol yang luar biasa. Padahal ia baru saja ingin keluar makan siang di restoran dekat kantor sendirian, menjauhi Seungcheol yang sejak kemarin cerewetnya minta ampun. Tapi mau bagaimana lagi? Mereka satu kantor dan cepat atau lambat ia memang harus bertemu dengan Seungcheol.
"Dari kemarin kau tidak pernah muncul di depanku! Hari ini kau mau menghindariku lagi, Wonwoo!?" Suara Seungcheol besar sekali hingga bergema di penjuru ruangan. Wonwoo meringis, ia menggosokkan kedua telinganya yang berdengung.
"Aku tidak menghindarimu, Kak." Bohong Wonwoo yang dibalas helaan napas Seungcheol yang geram kepadanya.
"Yaa! Aku tahu kau berbohong, Jeon Wonwoo! Aku tidak mau tahu! Hari ini kau harus ikut denganku seharian."
"Ada syuti--"
"Tidak!" Seungcheol berseru sambil menatap Wonwoo dengan tajam. Ia lalu meraih tangan Wonwoo dan menggenggamnya erat. "Hari ini kau jadi tahananku! Setelah makan siang kita harus ke ruang Direktor Kye untuk memperbincangkan konten baru di akun Youtube itu."
Wonwoo ingin mengelak tapi kalau Seungcheol sudah murka begitu, ia pun tidak bisa berbuat apa-apa. Napasnya pun terhela pelan, ia memijit pelipis menggunakan satu tangannya yang bebas, membiarkan Seungcheol menyeretnya keluar ruangan itu sambil bersumpah serapah.
~~~
Hari ini Dajin keluar dari kampus lebih cepat dari biasanya. Hanya ada dua mata kuliah yang diikutinya sehingga lepas itu ia pun bergegas ke RG28 yang letaknya bisa ditempuh dengan berjalan kaki dalam waktu 10 menit saja dari pintu gerbang Hanyang University. Bukan untuk bekerja, jadwal part time Hanyang di mini market itu hanya tiga kali seminggu. Dajin ke sana untuk bertemu dengan Seungkwan yang ingin menyerahkan latihan grammar-nya untuk diperiksa.
Selain itu, ia juga ingin menghabiskan waktu sebelum ke restoran Ayam untuk bekerja menjadi pengantar makanan di sore hari.
Pekerjaan part time Dajin tidak sebanyak dulu karena jadwalnya sudah padat. Bahkan semester depan ia memiliki banyak latihan sidang di kampus dan ia tidak yakin bisa terus bekerja di mini market yang mengharuskannya berada di sana selama 8 jam. Kalau mengingat itu Dajin jadi ragu menyebut pekerjaannya sebagai part time.
"Kak Dajin!!" Seungkwan berseru saat dirinya memasuki mini market. Raut wajah Seungkwan tampak buruk, ia melirik dua orang pelanggan yang berada di hadapannya sebagai kode untuk meminta bantuan dan Dajin pun segera bergerak tanpa perlu bertanya konteks masalahnya apa.
"Pelajar tidak boleh membeli rokok." Kata Dajin sambil berdiri di sisi Seungkwan, ia mengucapkannya dengan santai kepada dua pelanggan perempuan yang saling bertatapan di depan mereka itu.
"Yaa! Pelajar apanya! Aku punya IC!" Seru salah satu dari perempuan itu yang mengenakan jaket tracksuit berwarna putih dengan rambut panjang tergerai sampai pinggang.
Dajin tersenyum penuh, tidak gentar, menjulurkan kedua tangannya di depan perempuan tersebut. "Boleh saya lihat IC-nya?"
"Boleh! Boleh banget!" Serunya lalu merogoh kantong jaket dan memberikan IC atau Identification Card kepada Dajin.
Di samping Dajin, Seungkwan tersenyum kikuk kepada dua pelanggannya. Ia sempat menyikut lengan Dajin yang tidak diindahkan Dajin yang sibuk meng-scan barcode IC ke mesin verifikasi IC dekat mesin kasir. Saat di-scan, IC-nya tidak bermasalah namun tidak ada foto yang muncul sehingga Dajin mendekatkan benda persegi itu ke depan matanya.
"Benar, kan!? Kami bukan pelaj--"
"Tunggu." Kata Dajin sembari mengorek sesuatu pada IC menggunakan kukunya. Langsung saja senyumnya menguar. Ia tahu IC itu IC palsu karena ada sticker tembus pandang menutupi barcode asli IC.
"K-k..."
"Sesuai dengan peraturan yang berlaku, pelajar dan anak dibawah umur tidak boleh membeli atau mengkonsumsi rokok. Kalian bisa dibawa ke lembaga pemasyarakatan untuk dihukum. Selai--"
"Hah menyebalkan!" Seru salah satu pelanggan yang mengikat satu rambut panjangnya sambil merebut IC di tangan Dajin.
"Bagaimana toko ini laku kalau kami tidak bisa berbelanja! Bangsat!" Tambah yang satu lagi kemudian beranjak dari mini market.
Dajin menggeleng-gelengkan kepala melihat kepergian dua pelanggan itu, melirik pada Seungkwan yang memegang dadanya--tampak tertekan--sehingga Dajin menepuk-nepuk pundaknya pelan.
"Mereka tidak akan ke sini lagi." Kata Dajin keluar dari belakang meja kasir, ia merapikan beberapa barang yang sedikit berantakan di dekatnya lalu tersenyum kecil pada Seungkwan. "Kau jangan takut pada mereka."
"Bagaimana aku tidak takut!? Matanya, Kak!" Seru Seungkwan dengan kedua bola mata membulat.
"Matamu sekarang sudah cukup mengerikan untuk menegur mereka." Ujar Dajin terkekeh kecil yang dibalas Seungkwan dengan helaan napas gusar.
"Mana? Latihanmu? Sudah kau kerjakan?" Tanya Dajin teringat tujuan utamanya ke mini market hari ini. Ia berdiri di depan Seungkwan, mengetukkan jari di atas meja kasir sambil menaikkan kedua alisnya.
"Sudah." Kata Seungkwan. "Aku ambil dulu di tas. Sebentar."
Dajin mengangguk, ia memperhatikan punggung Seungkwan yang berjalan ke pintu belakang mini market lalu menyapu pandangan ke luar mini market yang tidak begitu terik. Hari ini cuaca sedang cerah dan hatinya jadi ikutan cerah meski tadi sempat deg-degan mengkonfrontasi anak-anak bawah umur yang ingin menipunya membeli rokok. Untung saja Dajin tahu beberapa trik yang dilakukan anak-anak dibawah umur untuk membeli rokok.
"Kau sudah makan siang, Kak?" Tanya Seungkwan dengan satu buku berukuran A5 di tangannya.
"Belum. Kau mau traktir aku makan?" Tanya Dajin balik membuat Seungkwan memutar kedua bola matanya.
"Kau harus beli rice box yang kedaluwarsa hari ini, Kak. Ada banyak, aku tidak bisa menghabiskannya sendiri."
"Harusnya kau beri aku gratis." Keluh Dajin sambil mengerucutkan bibir. Seungkwan bergumam. "Kalau bisa akan ku beri... tapi, kan..."
"Maaf, tidak hari ini." Kata Dajin yang sebenarnya tidak enak hati. Ia sendiri tidak bisa banyak membantu karena biaya hidupnya sudah cukup mahal sehingga ia harus berhemat setiap hari. Belum lagi pembayaran kuliah untuk semester depan, Dajin harus bekerja lebih giat untuk mendapatkan uang.
Seungkwan pun mengangguk, ia memaksakan senyum dan menyerahkan buku A5 itu kepada Dajin. "Aku sudah membuat cerita menggunakan beberapa vocab yang Kak Dajin berikan kemarin."
"Bagus. Grammar-nya?"
"Past Tense, kan?" Tanya Seungkwan retoris disambut tepuk tangan Dajin sesaat.
"Okey. Akan ku periksa setelah bekerja."
"Aaa... aku maluu... pasti salah banyak." Kata Seungkwan sambil mengerutkan hidung. Dajin pun tertawa. "Salah juga tidak apa-apa."
"Malu, Kak. Anak SD saja sudah banyak yang pintar berbahasa Inggris! Aku sudah kuliah belum juga bisa!"
Dajin menggerakkan satu tangannya di udara. "Ey... kau pikir aku bisa Bahasa Inggris sejak kapan!?"
"Sejak kapan memangnya?"
"Empat tahun yang lalu!"
Don't forget to like and comment yaa kalau suka ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Cat [Complete]
FanfictionSejak keluarganya memutuskan hubungan dengannya, Lee Dajin mulai hidup sendiri dengan bekerja part time sebagai salah satu penjaga Convenience Store ternama di kawasan Universitas Hanyang, tempatnya berkuliah. Setiap pukul 2 siang ia akan memberi ma...