26

167 42 6
                                    

Kedua kaki Dajin terasa pegal akibat berdiri terlalu lama di dalam kereta. Perjalanannya dari Seoul ke Daegu memakan waktu 4 jam lebih menggunakan kereta ITX Mugunghwa yang menawarkan tiket paling murah di antara pilihan transportasi lainnya. Tiket tanpa kursi sehingga Dajin hanya bisa berdiri bersandar di pembatas gerbong penumpang dan Cafè kereta. Ia bisa duduk di dalam Cafè, tapi karena tidak ingin menghabiskan banyak uang, Dajin mau tidak mau harus berdiri selama perjalanan.

"Kau mengambil tiket tanpa kursi?"

Dajin yang tengah memijit kedua kakinya di kursi samping pengemudi mobil langsung mengangguk, tertawa hambar kepada pria di sampingnya. "Iya, paling murah."

"Kenapa tidak beli tiket biasa?"

Kalau Dajin tidak dikeluarkan dari pekerjaannya di RG28, maka ia akan membeli tiket kereta berkursi ke Daegu. Sayangnya, ia kehilangan mata pencariannya itu beberapa waktu lalu dan tabungannya sedikit terkuras akibat membiayai hidup sebelum mendapatkan pekerjaan baru menjadi Barista di Cafè kecil.

"Uang, Kak Joshua."

"Kenapa tidak bilang? Aku bisa membayarkan tiketmu." Kata pria yang dipanggil Dajin sebagai Kak Joshua itu.

"Yaa! Aku tidak akan melakukannya. Lebih baik aku tidak ke sini sekalian." Balas Dajin menyudahi aktivitas memijitnya dengan menegapkan tubuh untuk memperhatikan jalanan Kota Daegu yang ramai. Sudah beberapa tahun ia tidak menyambangi kota itu dan sudah banyak perubahan pula di sana.

"Kau itu..." Geram Joshua fokus membawa mobilnya membelah jalanan Daegu. Dari stasiun ia terus berjalan lurus menuju ke arah Timur, berbelok ke kawasan Beomeo hingga mendapati Universitas Suseong.

Joshua, pria bermarga Hong itu bekerja sebagai penerjemah dan pengrajin tanah liat yang sering memberikan pelatihan di Daegu Correctional Institution. Ia sudah mengenal Dajin sejak gadis itu dibawa ke Daegu untuk mendapat pelatihan setelah keluar dari penjara. Ia pula yang dianggap Dajin sebagai keluarga selama ini setelah keluarga gadis itu memutuskan hubungan dengannya.

"Coffee Shop sedang ramai." Kata Joshua sambil menggerakkan kemudi, berbelok di jalan Dalgubeol yang sisinya ditumbuhi semak. Jalan itu tidak begitu lebar, masih sama seperti yang diingat Dajin terakhir kali saat berjalan melewatinya.

"Dia pasti sibuk."

"Sibuk berbincang." Tawa Joshua membuat Dajin mendengus. Ia bisa membayangkan orang yang dimaksud Joshua itu tengah berbincang dengan pelanggannya di bagian bar Coffee Shop. Kebiasaan yang tidak pernah berubah pikir Dajin.

Asyik memperhatikan semak di sisi jalan yang tumbuh dengan rapi, Dajin terkesiap saat mobil yang ditumpanginya melipir di pekarangan bangunan Coffee Shop kecil di kiri jalan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Asyik memperhatikan semak di sisi jalan yang tumbuh dengan rapi, Dajin terkesiap saat mobil yang ditumpanginya melipir di pekarangan bangunan Coffee Shop kecil di kiri jalan. Tidak jauh dari Coffee Shop ada bangunan besar yang dulu sering didatangi Dajin untuk mendapatkan pelatihan kerja, Daegu Correctional Institution. Langsung saja semua kenangan yang tersimpan dalam kotak memorinya menyeruak.

Cat [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang