52

183 37 5
                                    

Wonwoo memandang Dajin dengan intens, dari dahi, ke mata yang sempat berkedip beberapa kali saat menonton video dari ponselnya, ke pipi yang mulai berisi, ke hidung dan ke bibir yang terpoles lipstik merah muda yang sangat cocok dengan kulit putihnya. Bibir yang sudah pernah ia icipi beberapa kali--yang tidak akan membosankan baginya sampai kapan pun. Wonwoo nyengir saat benaknya berpikir seperti itu, tapi ia pun tidak membantah karena ia menyukainya.

"Aku suka dengan editing dan pemilihan backsound-nya." Komentar Dajin menghentikan keributan yang muncul di benak Wonwoo. Gadis itu masih menonton video di ponselnya dengan khidmat.

"Em... teman-temanku memang hebat. Aku juga suka dengan hasilnya."

"Kau juga hebat bisa membuat konten seperti ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kau juga hebat bisa membuat konten seperti ini." Kata Dajin dengan senyuman yang terkembang sempurna. Ia sempat menatap Wonwoo sebelum kembali fokus ke layar ponsel.

Kalau Dajin sedang tidak fokus menonton hasil akhir konten yang sudah diunggah ke Youtube baru itu, mungkin Wonwoo sudah mencium bibirnya dan memeluknya dengan erat. Tapi Wonwoo bisa menahan diri dan ia tidak ingin Dajin berhenti menonton karena ada banyak hal yang ingin diperlihatkannya kepada perempuan itu lewat karya yang ia buat bersama teman-temannya.

Jadi, Wonwoo membiarkan Dajin menonton sedangkan ia memperhatikan gadis itu dalam diam sambil memangku kepala menggunakan tangan yang bersandar pada sofa di ruang tamu. Diperhatikannya Dajin yang raut wajahnya mulai berubah. Awalnya gadis itu tampak excited, banyak tersenyum saat mendengar jawaban-jawaban lucu temannya. Namun, ketika video menampilkan beberapa footage penjara, reka adegan perundungan, dahi gadis itu mulai berkerut dan senyumnya pun menghilang.

Wonwoo tetap tidak ingin menginterupsi, malah salah satu tangannya bergerak mengelus paha Dajin lembut, berharap aksinya bisa membuat gadis itu sedikit lebih tenang.

"...perundungan bukan hal yang baik, tentu saja. Pemerintah sudah bekerjasama dengan instansi pendidikan untuk mengurangi kejadian tersebut." Suara salah satu ketua divisi di lembaga pemsyarakatan menguar. Dajin mendengarkan dengan fokus, ia bahkan tidak sadar akan sikap Wonwoo yang tampak mengkhawatirkan dirinya.

"Pelaku perundungan memang bersalah, tapi mereka juga memiliki masa depan. Maka dari itu, kami menyediakan pusat pelatihan untuk mereka agar bisa berkembang di masyarakat. Kami juga berharap masyarakat tidak memandang mereka dengan konotasi negatif. Begitu mereka keluar dari pusat penasyarakatan, mereka adalah individu yang berbeda, yang baru dan memiliki kesempatan seperti masyarakat lainnya." Jelas perempuan itu sambil tersenyum dengan lebar. Dajin jadi ikut tersenyum, meski kecil karena ia tahu, penjelasan itu hanya satu dari lip service yang bisa diberikan pejabat kepada media.

Nyatanya dunia tidak sebaik itu kepada mantan pelaku perundungan. Tidak sedikit teman-teman yang pernah ia temui di penjara kembali berprilaku buruk karena tekanan yang mereka dapatkan--berujung kembali masuk ke hotel prodeo.

"Ya, kami memberikan pelatihan kepada remaja-remaja yang akan keluar dari lembaga kemasyarakatan."

Kali ini Dajin tersenyum penuh saat wajah Joshua tampak di layar ponsel Wonwoo. Ia ingat proses syuting itu karena ia menontonnya di depan mata. Hari yang juga membuatnya bisa mengungkapkan perasaannya kepada Wonwoo.

Video berdurasi 45 menit itu sudah berjalan setengah jalan. Saat Joshua diwawancara, muncul pula video teman-temannya tentang pusat pelatihan. Kali ini Dajin lebih rileks bahkan sedikit tertawa saat mendengar jawaban teman-temannya tentang para pelatih.

"Awalnya aku rajin ikut pelatihan karena pelatihnya tampan, sih. Hahahah! Serius!"

"Menyenangkan. Sekalian cuci mata... tapi benar menyenangkan. Aku jadi Barista karena dapat pelatihan di sana."

"Ada beberapa pelatih yang menyebalkan. Tapi so far... aku berterima kasih kepada mereka karena setidaknya aku bisa bekerja dan menghasilkan uang untuk diriku sendiri."

Lalu video pun menampilkan teman-temannya yang menceritakan tentang bagaimana mereka merasa menyesal telah melakukan tindak perundungan. Tentang bagaimana mereka bisa berdamai dengan para penyintas yang kebanyakan menjadi teman mereka sekarang. Mendengar kalimat yang keluar dari mulut teman-temannya itu membuat Dajin tersentuh. Matanya mulai berkaca-kaca.

"Aku menyesal melakukannya. Bahkan kalau aku mati karena dibunuh oleh orang yang pernah ku lukai, aku rela. Sangat rela. Kejahatan yang ku lakukan memang tidak bisa dimaafkan. Tapi... em... teman-temanku selalu menguatkanku. Orang yang pernah ku lukai juga berkata... aku harus hidup. Mungkin hidupku tidak sebaik dirinya dan aku harap memang begitu. Mendapatkan hidup yang lebih baik... aku tidak pernah mengharapkannya."

Air mata Dajin sukses keluar. Gadis itu menarik napas panjang, membiarkan dirinya terisak saat mendengar penyesalan teman-temannya yang mencelus hati.

"A... aku pernah. Hm... temanku di penjara. Dia korban perundungan yang hampir mati karena ingin bunuh diri menggunakan obat yang didapatkannya dari Psikiater. Masih sangat jelas di ingatanku... dia... membunuh orang yang merundungnya--tidak, aku yakin dia bukan pelakunya.

Kalau pun dia membunuhnya, dia seharusnya tidak bersalah.

Saat itu seluruh kamar panik dan kami memanggil sipir untuk menyelamatkannya. Untung saja dia bisa diselamatkan.

Kau tahu? Saat itu... aku sadar... apa yang ku lakukan salah. Aku bisa saja menjadi alasan orang lain membunuh dirinya sendiri. Itu buruk sekali... aku merasa sangat buruk."

Dajin tidak mampu melanjutkan tontonannya. Gadis itu terisak kencang dan berhambur ke dalam pelukan Wonwoo yang langsung mendekapnya. Orang yang disebut ingin membunuh dirinya sendiri itu adalah dirinya. Seorang Lee Dajin yang hampir mati di penjara karena meminum obat dosis tinggi akibat tekanan yang ia dapatkan di mana-mana.

Ajaibnya, orang-orang yang menolongnya adalah orang-orang yang menjadi tersangka perundungan.

Dajin tidak bisa melupakan kejadian itu. Mungkin kalau ia tidak ditolong, Lee Dajin pun tidak akan pernah ada lagi di dunia ini.

Dan itulah salah satu keanehan semesta yang masih sering dipertanyakannya. Dajin mungkin membenci orang yang sudah merusak hidupnya, tapi ia pun tidak bisa menyalahkan orang itu sepenuhnya. Setiap hal yang dilakukan seseorang pasti ada alasannya meski kadang alasan itu tidak bisa diterima oleh nalar. Sama seperti apa yang dilakukan teman-temannya di penjara.

"Tidak apa-apa, sayang." Wonwoo berbisik kecil di sisi telinga Dajin. Pria itu mengelus punggung Dajin dengan lembut, membiarkan gadis itu terisak membasahi kaos yang ia kenakan.

Mendengar ucapan itu bukannya membuat Dajin tenang. Tangisnya malah makin kencang dan pelukannya makin erat. Wonwoo pun tersenyum kecil. Kali ini ia tidak berkata apa-apa dan memilih mencium puncak kepala Dajin dengan lembut, berharap apa yang dilakukannya bisa membuat gadis itu sadar betapa ia sangat berharga sekarang.

Don't forget to like and comment yaa kalau suka ^^

Cat [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang