16

226 43 2
                                    

Dajin menghabiskan waktunya di sebuah ruangan kosong dalam Gedung Hukum II selama menunggu kelas sore. Setelah bertemu Soonyoung ia segera berpamitan dengan Seungkwan tanpa melihat anak itu ke kampus. Ia tidak sanggup mengangkat wajah dan memperlihatkan air mata yang meluber karena tekanan yang ia rasa sejak bertemu dengan kakak kelasnya waktu SMA. Hati Dajin sakit sekali sampai ia merasa ingin bolos hari ini, tapi tidak bisa dilakukannya karena--syukurnya--logika gadis itu masih jalan.

Untuk menangkan diri, Dajin mengungsi ke kelas kosong. Menangis dalam diam sambil memukul-mukul dada yang sesak.

Selain itu, untuk membuat logikanya tidak kalah dengan perasaan yang jatuh, Dajin juga menatap layar ponsel, membaca sebuah catatan yang dibuat oleh seseorang yang dikenalnya secara baik sejak beberapa tahun ini. Catatan yang selalu membuatnya lebih tenang dikala traumanya menyapa.

Bayangkan bau kopi yang kau suka. Bau biji kopi yang kau sangrai sebelum kau olah. Hirup napasmu dalam-dalam, keluarkan dengan perlahan lalu ingat anak-anak di sini.

Awas saja kau merasa takut!

Aku tidak akan menerimamu kembali! Apalagi kalau kau datang dalam keadaan takut. Jangan cemen.

Kalau ada orang yang mengganggu, hubungi nomorku. Mereka akan ku cekoki dengan bubuk kopi hangus, biar tahu rasa!

Senyum Dajin menguar, tipis sekali. Setidaknya catatan yang bisa didengarnya itu bisa membuat keadaan hatinya sedikit lebih baik. Bayangan masa lalunya mulai tergantikan dengan bayangan saat ia berjalan membawa tas ranselnya ke halte bus di sebuah daerah jauh dari kota Seoul.

Dajin teringat betapa kuatnya keinginan hatinya untuk ke Seoul dan berkuliah di jurusan hukum. Teringat rasa menggebu-gebu yang membuatnya tidak takut untuk ke kota besar. Teringat motivasi yang muncul di hati sampai ia berani mengenyampingkan kemungkinan apabila bertemu dengan orang-orang yang ada di dalam masa lalunya.

"Kak? Kak Dajin?"

Suara Vernon menyadarkan Dajin akan dunia nyata. Gadis itu segera menghapus jejak air mata menggunakan punggung tangannya lalu menghirup udara melalui hidung--yang malah menarik ingusnya kembali sampai Dajin sedikit terbatuk.

"Kau baik-baik saja?" Tanya Vernon khawatir, melangkahkan kaki mendekati Dajin yang berdiri membelakanginya.

"Kau baik-baik saja?" Tanya Vernon khawatir, melangkahkan kaki mendekati Dajin yang berdiri membelakanginya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"B-baik. Ehm... baik, Vernon." Jawab Dajin serak. Gadis itu masih enggan berbalik karena tahu matanya membengkak, ia berusaha menepuk-nepuk matanya pelan dan menelan ludahnya banyak-banyak untuk membuat tenggorokannya tidak serak.

"Kau flu? Sakit?"

Dajin berdehem. Ia mengusap hidungnya sekarang lalu mengangguk. "Ya. Suaraku bindeng, ya? Ehm..."

Cat [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang