23

179 42 0
                                    

Restoran Ayam yang terletak tidak jauh dari kawasan kampus Hanyang itu tampak sepi. Wonwoo berdiam diri menatapnya dari dalam mobil sejak beberapa menit yang lalu. Hari ini ia lembur di kantor, terlalu banyak yang harus ia lakukan sejak mendapatkan beban dari Jiwoo dan itu membuatnya overwhelmed. Tapi bukannya kembali ke rumah, Wonwoo malah ke restoran ayam tempat Dajin bekerja sebagai pengantar pesanan. Ia ingin melihat gadis itu, ingin tahu kondisinya.

Setelah melihat Dajin di rumahnya beberapa waktu lalu, Wonwoo diam-diam jadi tambah khawatir. Kekhawatiran itu pula yang bisa menjelaskan alasan ia mendatangi Dajin di dekat kantor Seungkwan.

Kalau ditanya mengapa ia bisa khawatir, Wonwoo berpikir itu karena ia dan Dajin memiliki hubungan dalam mengurusi Goyangi, selain itu, mungkin--Wonwoo menggarisbawahi kata mungkin dengan spidol di otaknya--karena ia tahu masa lalu Dajin yang berkaitan dengan tema film dokumenter yang pernah ia buat. Setelah membaca berita dan mencari informasi tentang Dajin, Wonwoo paham kalau Dajin hanyalah korban. Pembunuhan itu seharusnya tidak pernah terjadi.

"Dajin!"

Wonwoo refleks berteriak memanggil nama Dajin saat motor delivery yang dibawa gadis itu terparkir di dekat bangunan restoran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Wonwoo refleks berteriak memanggil nama Dajin saat motor delivery yang dibawa gadis itu terparkir di dekat bangunan restoran. Ia buru-buru turun dari mobil, menghampiri Dajin yang terpaku di sisi motornya dengan kening berkerut.

"W-Wonwoo? Apa yang kau lakukan?"

"Ah... aku ingin beli ayam." Wonwoo menjawabnya dengan kikuk, ia mempersilahkan Dajin masuk ke restoran itu sedangkan ia mengekor di belakang.

Begitu masuk ke restoran, Dajin segera mendapati dua mata Minghao menatapnya penuh tanya. Pria itu melirik Wonwoo pula, yang terus mengikuti Dajin hingga ke meja kasir. Ini pertama kalinya Dajin membawa seseorang ke restoran sehingga ia jadi penasaran.

"Selamat malam, mau pesan apa?" Tanya Minghao begitu Wonwoo ada di hadapannya.

"Di sini ada banyak jenis ayam goreng, Wonwoo. Kau mau menu set atau a'la carte?" Dajin berinisiatif bertanya sambil menyerahkan kertas menu kepada Wonwoo.

Yang ditanya masih diam meski kedua matanya memperhatikan menu dengan seksama. Ia tidak lapar sebenarnya, tapi alasan apa lagi yang bisa ia berikan kepada Dajin?

"Set. Yang enak dan cocok untuk keluarga." Jawab Wonwoo setelah membolak-balikkan menu beberapa kali. Ia menunjuk sebuah paket keluarga buttermilk chicken yang langsung diproses Minghao dengan cepat.

"Ada lagi?"

"Kau mau makan apa, Dajin?"

Sontak kedua mata Dajin membulat. Ia menatap Wonwoo tidak percaya karena sekarang otaknya dipenuhi dengan berbagai macam pertanyaan atas sikap Wonwoo yang sangat tidak seperti biasanya. Pertanyaan yang mulai terkumpul sejak Wonwoo meneriaki namanya di depan restoran dan kini, pria itu juga bertanya ia mau makan apa?

"A... tidak, tidak. Aku sudah makan." Elak Dajin cepat, tersenyum kikuk kepada Wonwoo sambil menyikut Minghao yang menggulum senyum di sisinya.

"Biasanya dia suka beli Ayam Saus Pedas manis, sih." Minghao berceletuk dengan jahil dan kakinya segera diinjak oleh Dajin yang kesal kepadanya.

Cat [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang