Wonwoo tidak bisa berhenti memperhatikan Dajin yang tengah bermain dengan Goyangi di sampingnya. Akhir-akhir ini senyum gadis itu selalu tampak di wajah, senyum yang sempat hilang selama beberapa waktu lalu. Selagi ada waktu kosong, Wonwoo pun menyempatkan diri mengajak Dajin untuk melihat Goyangi yang semakin hari semakin sehat. Program kawin yang ingin diikuti Wonwoo untuk Goyangi pun agaknya harus tertunda karena pekerjaannya sekarang cukup sulit. Untung saja mereka belum membuat pengumuman di dinding page Komunitas Pecinta Kucing Hanyang.
"Ayah sama Adikmu ke mana, Wonwoo?" Tanya Dajin menbiarkan Goyangi berbaring di atas pahanya. Ia menatap Wonwoo penasaran.
"Pergi memancing." Jawab Wonwoo sambil menyandarkan tubuh di punggung sofa. Kedua matanya tidak bisa lepas dari Dajin yang wajahnya tampak begitu cantik dengan polesan make up tipis.
Dajin ber-oh-ria. Ia ikut berbaring di punggung sofa, memandang Wonwoo balik dengan tangan yang terus mengelus bulu Goyangi. Asyik berpandangan membuat keduanya tertawa kecil. Perut mereka tergelitik karena benak yang tiba-tiba kepikiran atas status mereka sekarang. Aneh rasanya saat sudah berpacaran. Tapi begitulah adanya.
"Soonyoung bukan mantan pacarmu, kan?"
Kedua alis Dajin hampir menyatu, tangan kirinya refleks menepuk lengan Wonwoo pelan. "Yaa! Tentu saja bukan!"
"Atau dia pernah menyukaimu?"
Dajin merasa geli dengan pertanyaan itu karena bulu kudunya terangkat. Tidak bisa ia bayangkan seorang Kwon Soonyoung menyukainya. Tentu saja tidak, pikir Dajin. Ia dan Soonyoung sudah seperti saudara sepupu karena tinggal berdekatan sejak kecil.
"Tidak, Wonwoo! Dia tetanggaku!"
"Hm..." Wonwoo bersidekap. Wajahnya datar sekali meski benaknya terus menyusun tanya. Ia percaya dengan jawaban Dajin, tapi ia jadi penasaran bagaimana kalau pertanyaan itu ia berikan kepada Soonyoung.
Bukankah, terkadang perempuan tidak pernah sadar akan perasaan pria di sekitarnya?
"Aku serius." Kata Dajin tegas. "Kau bisa tanyakan ke Kak Soonyoung, ke guru-guruku atau ke teman sekolahku yang kau wawancara. Dari dulu kerjaanku cuma bermain dan belajar. Aku bahkan tidak pernah pacaran! Memikirkannya saja tidak!"
Raut wajah Dajin serius sekali sampai Wonwoo tertawa melihatnya. Pria itu menegakkan tubuh lalu mengangguk, "oke oke... aku paham." Katanya.
"Aku serius." Ucap Dajin sambil mengerucutkan bibir. Ia menghela napas panjang lalu menunduk memperhatikan tubuh Goyangi dengan pandangan kosong.
"Apalagi sejak kejadian itu. Aku tidak pernah kepikiran untuk berhubungan dengan pria lebih dari teman atau saudara. Rasanya tidak mungkin ada yang menerimaku. Kau tahu? Kebanyakan orang-orang sepertiku akhirnya memilih untuk hidup sendiri. Karena pada akhirnya, yang bisa menerima diri ini, ya, diri sendiri." Jelas Dajin kemudian, mengeluarkan uneg-uneg yang ia simpan sejak lama. Bahkan sampai sekarang ia masih tidak bisa percaya kalau dirinya berpacaran dengan Wonwoo.
Seperti too good to be true. Makanya Dajin berusaha menahan perasaannya sendiri agar tidak makin membesar. Ia tahu, Wonwoo menyukainya. Ia pun balik menyukai Wonwoo. Tapi tidak ada yang pernah tahu akan masa depan, kan?
Dajin tidak ingin terluka. Ia sudah sering menanggung kekecewaan, maka dari itu ia berusaha untuk tidak berekspetasi lebih kepada siapa pun.
"Aku menyukaimu, Dajin. Semua tentangmu. Aku suka." Kata Wonwoo lembut sembari menggeser duduk agar lebih dekat dengan Dajin. Pria itu memegang kedua tangan Dajin erat dan mengelusnya pelan. "Ada banyak orang yang menerima dirimu, Dajin. Bukan hanya aku. Dan aku harap kau selalu ingat itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cat [Complete]
Fiksi PenggemarSejak keluarganya memutuskan hubungan dengannya, Lee Dajin mulai hidup sendiri dengan bekerja part time sebagai salah satu penjaga Convenience Store ternama di kawasan Universitas Hanyang, tempatnya berkuliah. Setiap pukul 2 siang ia akan memberi ma...