"Pak Wonwoo, ya?"
Telinga Wonwoo berjengit mendengar pria di hadapannya memanggilnya dengan terlalu sopan. Ia baru saja menaruh satu set nasi kimchi Dakgangjeong juga sebotol air mineral ke atas meja kasir, berniat makan siang di mini market itu setelah berjalan-jalan tanpa arah di kawasan Hanyang. Kedua matanya melebar menatap pria bernama Seungkwan yang asyik memindai harga belanjaannya itu.
"Y-ya, saya Wonwoo. Tidak perlu menggunakan 'Pak'." Kata Wonwoo sedikit kikuk membuat Seungkwan tertawa kecil.
"Kak Wonwoo? Hehehe... aku tahu namamu dari Kak Dajin. Kalian teman?"
Dicecar pertanyaan oleh orang baru yang SKSD tentu membuat Wonwoo canggung. Ia memaksakan senyum, cepat-cepat meraih uang dari dompetnya untuk membayar makan siangnya tersebut. "Bukan. Saya hanya pelanggan di sini."
"Em... Kak Dajin cerita. Ku pikir kalian teman. Omong-omong hari ini kucing abu akan datang seperti biasa. Kak Dajin sudah memberikan makanan kucing kepadaku... atau kau yang mau memberikannya?"
Seungkwan sebenarnya sudah memegang uang dari Wonwoo tapi belum memprosesnya di mesin kasir, malah menatap Wonwoo dengan dua mata bulat--menunggu respon Wonwoo yang agak terganggu dengan sikapnya yang terlalu ramah. Tapi Seungkwan tidak menyadari sikap itu.
"Em... boleh." Kata Wonwoo sambil menghela napas panjang. "Saya makan siang dulu."
"Cool." Ujar Seungkwan yang akhirnya memproses belanjaan Wonwoo dan memberikan kembalian juga struk kepada pria itu.
Wonwoo merasa sedikit lega. Ia mengambil makan siang juga minumannya dari meja kasir, berniat keluar mini market sebelum Seungkwan berseru. "Aku bilang ke Kak Dajin kalau kau datang ya, Kak. By the way, namaku Seungkwan! You can call me Seungkwan!"
~~~
Dajin menganggukkan kepala kepada Wonwoo sebagai tanda sapaan begitu mata mereka bertemu. Ia baru saja keluar dari kampus setelah mendapat kabar kalau kelasnya siang ini ditiadakan karena dosennya yang bekerja sebagai Jaksa memiliki sidang di Pengadilan. Karena mendapatkan banyak waktu sebelum kelas sorenya, Dajin pun memutuskan untuk ke mini market untuk makan siang sekaligus bertemu dengan Seungkwan juga kucing abu liar favoritnya.
Ia cukup terkejut melihat Wonwoo--sampai terdiam beberapa detik di depan mini market, sampai Wonwoo menyadari kehadirannya sehingga dengan cepat Dajin menyapa dan melangkahkan kaki menghampirinya.
"Kau datang hari ini." Kata Dajin ramah dan Wonwoo yang baru menyuapkan nasi ke dalam mulutnya mengangguk. Ia tersenyum, menyembunyikan mulut yang tengah mengunyah menggunakan telapak tangan.
"Kau tidak bekerja?" Tanya Wonwoo memperhatikan pakaian Dajin sekilas. Gadis itu seperti baru pulang kuliah karena mengendong tiga buku tebal di dadanya, dan Wonwoo baru sadar pertanyaannya cukup bodoh.
"Ah... tidak. Aku baru keluar dari kelas."
"Hanyang?"
Dajin mengangguk, mengiyakan pertanyaan retoris Wonwoo yang merujuk pada kampus tempatnya berkuliah. Gadis itu lalu melirik ke dalam mini market, melihat Seungkwan juga asyik makan siang sambil menonton sesuatu di ponselnya.
"Aku... ke dalam dulu, Wonwoo. Selamat makan, ya." Pamit Dajin kemudian dan Wonwoo menganggukkan kepala mempersilahkan gadis itu masuk ke dalam mini market.
Wonwoo sempat-sempatnya berbalik agar bisa melihat punggung Dajin yang tertutupi tas ransel berwarna hitam memasuki mini market. Tanpa tersadar, Wonwoo tersenyum sendiri. Kali ini dipandangnya Dajin dengan lamat, merasa tergugah karena gadis itu tampak berbeda dari Dajin yang biasa ia lihat di balik meja kasir. Dajin hari ini, entah mengapa, kelihatan lebih muda dan segar.
Mungkin itu karena cara berpakaiannya yang berbeda atau karena Wonwoo merasa lega kehadiran Dajin bisa membantunya menghindari Seungkwan. Entah. Wonwoo pun tidak paham.
~~~
Kucing abu tidak datang. Dajin melongokkan kepalanya beberapa kali ke arah jalan tempat kucing abu itu biasa muncul dan kehadiran hewan berkaki empat itu tidak ada. Rasanya sedikit aneh dan mengkhawatirkan, tapi karena kucing itu kucing liar, Dajin berusaha untuk berpikir positif. Mungkin kucing itu asyik berjalan-jalan, tidur atau mendapatkan makan siang di tempat lain.
Sama halnya seperti Dajin, Wonwoo dan Seungkwan yang berdiri di depan pintu mini market juga merasa khawatir. Keduanya ikut melongokkan kepala ke arah yang ditatap Dajin sejak satu menit yang lalu. Berharap kucing itu muncul tapi sudah satu jam berlalu dan rasanya tidak mungkin lagi untuk mengharapkan kedatangannya.
"Kak... kau harus kuliah. Kucing itu sepertinya tidak akan muncul." Kata Seungkwan pada akhirnya kepada Dajin yang bersidekap di depan mini market tidak jauh darinya.
"Ya, sepertinya begitu."
"Kucing itu kucing liar, bukan?" Wonwoo bertanya retoris, memastikan, meski ia masih ingat obrolannya bersama Dajin beberapa waktu lalu soal kucing itu.
"Iya." Ucap Dajin memaksakan senyum. "Mungkin dia sudah makan di tempat lain."
"Tidak apa-apa, Kak. Kau jangan khawatir. Sekarang kau harus kuliah! Ini sudah jam 3!" Seru Seungkwan sambil menghentakkan kaki dengan pelan. Pria itu kelihatan lebih khawatir daripada Dajin meski objek kekhawatiran mereka berbeda.
"Ah..." Dajin meringis menatap jarum jam tangannya. Kelasnya akan dimulai 15 menit lagi dan itu berarti ia harus berlari menuju kelasnya yang letaknya cukup jauh dari pintu gerbang kampus. "Aku titip kucing itu, ya, Seungkwan. Kalau dia datang."
"Jangan khawatirkan itu! Kelasmu!" Seru Seungkwan gregetan.
Dajin kembali memaksakan senyum. Kedua matanya lalu beralih pada Wonwoo yang diam di sisi Seungkwan. Pria itu tidak banyak bicara. Ia berniat berpamitan tapi pria itu tiba-tiba menjentikkan jari.
"Aku mau ke Hanyang. K-kau... mau pergi bersama?"
Seungkwan menepuk tangannya. "Ya! Ya! Kelas Kak Dajin sebentar lagi! Kak Wonwoo bawa kendaraan, kan?"
Wonwoo menganggukkan kepala dengan kikuk. "Kebetulan aku bawa mobil."
"Bagus!"
Bukan Dajin yang excited, tapi Seungkwan. Pria itu sudah melompat kecil di samping Wonwoo. Sedangkan Dajin diam-diam menggulum senyum lega. Setidaknya ia tidak perlu berlari-lari ke kelasnya. Ia tidak bisa membayangkan masuk kelas dalam keadaan penuh keringat meski hal itu sering terjadi selama beberapa tahun ia berkuliah.
"B-boleh, kan? Wonwoo?" Tanya Dajin kikuk. Ia memastikan kembali karena merasa sedikit tidak enak kepada Wonwoo.
"Iyalah! Kak Wonwoo sudah mengajak!" Seru Seungkwan tidak tertahankan. "Cepat!"
"O-oke. Boleh pergi sekarang, Wonwoo?"
Don't forget to like and comment yaa kalau suka ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Cat [Complete]
FanfictionSejak keluarganya memutuskan hubungan dengannya, Lee Dajin mulai hidup sendiri dengan bekerja part time sebagai salah satu penjaga Convenience Store ternama di kawasan Universitas Hanyang, tempatnya berkuliah. Setiap pukul 2 siang ia akan memberi ma...