25

602 80 17
                                    


25

"Ini gila."

"Aku tak percaya dengan apa yang baru saja kudengar.."

Secara bersamaan Eva dan Renata berbagi pendapat yang sama setelah melihat orang asing yang tiba-tiba menyebut dirinya sebagai keturunan Deventi yang misterius itu. Anjing peperangan Roshelle de Rosemarie di masa lampau kini berdiri di hadapan mereka, bersujud di depan Eva. Rautnya tanpa ekspresi, wajah sedih yang ia pasang sebelumnya telah sirna, kini hanya menampakkan sisa-sisa yang menunjukkan seberapa berat semua perkataannya.

Elidio Solveig Deventi yang mengaku telah mengarungi berbagai dunia masih menunggu tanggapan dari Eva. Eva tentu menyadari hal itu, tapi ia masih tak dapat berkata-kata.

Berdeham, Eva kemudian mengambil satu langkah ke depan. "Berdirilah, aku punya beberapa hal yang ingin kuketahui, Duke­—ah bukan lagi, Grand Duke. Grand Duke Elidio Solveig Deventi. Bahkan gelar bangsawan itu tidak dapat menandingi semua yang telah kau raih. Jika bisa aku ingin memberikan lebih banyak sebagai penghormatanku."

"Yang Mulia tidak perlu melakukan itu, nama yang kusandang serta gelar bangsawan yang kumiliki bukanlah apa-apa, waktu telah menunjukkan seberapa kecil diriku bagi semesta dan aku tidak mengharapkan penghormatan yang lebih dalam selain kembali diterima untuk mengabdi di kerajaan tempatku lahir," Elidio berkata dengan penuh arti. Meskipun begitu, pandangan pria itu begitu kosong. Sepertinya pria itu telah melalui hal-hal yang orang biasa tak mampu.

Ia menyebutkan bahwa dirinya telah kehilangan orang terkasihnya, batin Eva. Melihat pedang perak di tangannya, Eva menghela napas perlahan. Ini akan menjadi pilihan yang sulit, tapi hanya itu yang kupunya. Tak ada orang yang lebih layak dibandingkan dirinya.

"Roshelle de Rosemarie selalu menerima semua orang bertujuan baik dengan pintu terbuka. Namun, akhir-akhir ini elf mengacau di istana dan menimbulkan kegaduhan," keluh Eva. Ia mendekat pada Elidio, kedua tangannya lalu menyodorkan pedang perak. "Raja dan pangeran sedang menuju Elfian. Kedatanganmu seperti hujan di tengah kemarau, jika berkenan, aku ingin langsung memberikan perintah pertama padamu."

Elidio melihat pedang yang disodorkan Eva. Pedang perak kerajaan, pedang yang sudah lama tak pernah ia lihat. Terakhir kali, ia melihat pedang itu ketika mengawal Raja Artair dan putranya, Pangeran Arion.

"Kami membuka portal menuju Elfian dalam dimensi pedang, tapi tak disangka, pedang perak tak bisa dibawa oleh Arion. Sekarang tak ada orang yang bisa mengantarkan pedang ini padanya. Bawahanku memiliki tugas masing-masing dan aku perlu tinggal di istana sementara ia tak ada. Jadi, aku ingin kau pergi menyusul mereka, Grand Duke."

Para raja dan ratu lainnya yang mendengar itu tentu bergidik, Eva baru saja memberikan perintah yang sangat sederhana pada seorang yang dikenal sebagai anjing peperangan. Mengantarkan barang seperti kesatria errand.

Mereka khawatir pria itu memiliki ego yang sangat tinggi. Bahkan seseorang seperti Arion jauh lebih mudah dihadapi karena ia sangat berbesar hati pada semua orang tanpa melihat pangkat maupun gelar bangsawan, tapi berbeda dengan keturunan "Deventi" yang belum pernah mereka ketahui bagaimana sifatnya selain haus darah di medan tempur.

"Perintah Anda akan dilaksanakan, Yang Mulia." Elidio menerima pedang perak itu tanpa penolakan di wajah. Ia justru nampak.. senang?

Wajahnya seperti menggambarkan kelegaan dan kerinduan. Eva mendapati Elidio masihlah sangat muda di dalam sana, jiwa serta tubuhnya mungkin bertahan di umur yang sama ketika meninggalkan Zelvallace.

The Next King - White || BlancTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang