21

989 154 58
                                    

21

"Deventi?" tanya Aisen. Ia menoleh pada ayahnya. "Keluarga Grand Duke yang lenyap?"

"Benar," jawab Arion. Raja Roshelle de Rosemarie itu kemudian tertunduk lesu. "Ketika aku diangkat menjadi raja, putra Grand Duke, Elidio Solveig Deventi ada bersamaku pula."

"Tapi setelah kutukan berdarah menghantui, ia tiba-tiba menghilang saat aku membutuhkan. Hingga kini, dia ataupun keturunannya jika saja ia punya, tak pernah muncul. Baik Grand Duke Solvegio maupun Duke Elidio tak ada jejak kematian maupun peninggalan."

"Aku pernah mengetahuinya," sahut Raja Alan menginterupsi. "Dulu ketika Raja Allen Prymz berkuasa, Duke Elidio berkunjung bersama seorang gadis misterius. Itu dicatat dalam sejarah para raja di Ratzell."

Pangeran Asher yang berada tak jauh dari Aisen menatap ayahnya dengan wajah penuh kebingungan. "Aku tidak tahu."

"Kau jarang sekali membaca di perpustakaan istana," kekeh Alan memaklumi ketidaktahuan anaknya. "Itu dicatat dengan rinci, sampai perihal surat candaan kakek buyutmu pada Duke Elidio."

"Anjing peperangan Roshelle de Rosemarie," tiba-tiba Pangeran Bryan bergumam.

Bryan tidak menyadari bahwa suaranya terdengar oleh mereka semua. Kini ia menjadi pusat perhatian. Charlotte menyikut lengan Bryan, lalu barulah pangeran itu mendapati semua pasang mata mengarah padanya.

"Ah, maafkan aku," Bryan lalu menggaruk kepala dan merasa bersalah.

Baltazar tersenyum bangga. "Anakku bahkan sampai mengetahui julukan keturunan Deventi dari Roshelle de Rosemarie."

"Karena dulu kerajaanmu diserang habis-habisan olehnya," tawa Raja Alan meledak.

Alvaro menepuk dahi. "Kalian.."

Kini Nick dan Aria pun penasaran. Mereka berdua menatap Aisen. Aisen mengangguk paham, apa yang mereka ingin tahu selanjutnya adalah hal yang sama dengan pemikiran Aisen. Ia kembali bertanya pada ayahnya, "Dane menggantikan posisi itu sekarang karena ia garis keturunan dari keluarga Vict. Lalu, apa maksudnya dengan keluarga Deventi disebut anjing peperangan?"

"Ketika perang terjadi, mereka membakarnya sampai rata dengan tanah."

"Membakar.. apa? Jangan bilang?" Aisen tak ingin menduga yang aneh-aneh. Akan tetapi jika pikirannya tidak salah, maka itu berarti kekuatan di masa lalu sungguhlah sangat hebat. Sekaligus mengerikan.

"Seluruh pasukan, kuda, hingga senjata mereka tak bersisa." Arion berdeham. Pembicaraan masa lalu seperti itu sangat sensitif. Ia sendiri tidak ingin mengatakannya di depan raja dan ratu kerajaan lain. "Benar-benar rata dengan tanah."

Aisen, Aria, Nick, Asher, Bryan, dan Charlotte.. para pangeran dan putri sampai tak bisa berkata-kata.

Deventi mampu mengubah semua menjadi debu, semua diwariskan turun-temurun dalam darah mereka. Kekuatan yang dibangkitkan elf saja sampai seperti itu, lantas bagaimana dengan kekuatan Roshelle yang bahkan dapat membuat elf bertekuk lutut.

Kini para pangeran dan putri melihat Aisen. Aisen serupa dengan Roshelle, itu berarti akan ada hal yang lebih gila lagi daripada kisah Deventi.

Tiap kisah yang mereka dengar malam ini selalu berhasil membuat jantung mereka berdegup kencang.

"Meskipun.. mereka tidak memulai peperangan, mereka yang menuntaskan. Itu kewajiban sebagai tangan kanan raja." Arion menggenggam tangan Eva, mencoba mendapatkan kekuatan dari ratunya. Eva melihat kegelisahan dalam raut Arion, lalu tersenyum menenangkan.

Raja itu kembali menambahkan. "Roshelle de Rosemarie yang dulu memang sangatlah merah."

Alan, Alvaro, serta Baltazar mengerti, mereka dapat merasakan rasa bersalah dalam suara Arion. Berikutnya Alan hanya tersenyum, "Itu risiko dari peperangan. Orang-orang di masa lalu tidak bisa seterbuka kita yang saat ini berkumpul bersama."

The Next King - White || BlancTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang