5
"Apapun yang terjadi, aku mengandalkanmu."
Siapa itu?
Dua orang pria berdiri tak jauh dari sudut pandangannya. Berulang kali ia berusaha menyadarkan diri, ia terus melihat dua orang itu. Mereka berdiri tak jauh darinya. Hanya saja, ia tak terlalu jelas melihat mereka.
Hamparan bunga mawar terbentang nan luas. Kelopak bunga kemerahan itu mulai berguguran satu per satu lantaran angin menyerang mereka begitu hebat. Pilar-pilar indah bagaikan kristal menjulang tinggi seakan menembus langit, lantaran awan menjadi payung mereka.Seseorang dengan rambut keemasan terlihat tersenyum. Jubah merahnya berkibar seiring perubahan raut wajahnya. Ia mulai berbicara sesuatu dengan lawan bicara yang berdiri tepat di depan.
"Aku akan mendirikan kerajaan di sini setelah semua berakhir. Pemandangan ini akan kujaga untuk anak cucuku kelak."
Pria dengan tatapan hangat itu terlihat sangat yakin akan perkataannya. "Tapi, jika aku tidak kembali, tolong bantu istriku mewujudkannya. Menggantikanku. Perang antara putih dan hitam sangat mengerikan dan aku tak mau membayangkan Rosemarie merana sendirian jika aku tak kembali."
Tiba-tiba pria lain yang berpakaian serba putih terduduk lemas.
Ia memiliki warna rambut yang sama. Hanya saja, sangat panjang dan berkilau ketika cahaya Matahari menerpanya. Seperti perak. Dan matanya bagaikan permata hijau.
"Kenapa kau mengatakan itu?" tanya si pria dengan pakaian putih.
"Aku merasa waktuku tinggal sebentar lagi." Sorot matanya sungguh dalam. Sekarang ia meluruskan pedang ke depan dada. "Bahkan temanku sendiri sudah kujadikan pedang. Dosaku sangat banyak. Manusia itu memang begini. Selalu ada pertumpahan darah. Tidak seperti kaummu."
"Itu karena dia berani menantangmu. Ia mencoba mengkhianatimu, Roshelle. Sekarang ia menebus penyesalannya sebagai senjatamu. Itu permintaannya padamu juga. Kau tak bersalah."
Roshelle? Dia itu, leluhurku?
Pedang itu disarungkannya. Sekarang pria itu berbalik. Matanya yang kebiruan menangkap sosok lain selain dirinya dan sekutunya.
"Kau melihatnya, ya?"
Mata itu menangkap tatapan Aisen dengan sorot ramah. Tak lama kemudian, pria itu menangis. Sebuah senyum kelegaan terukir di air mukanya.
"Sepertinya, mimpiku benar-benar terwujud di masa yang akan datang."
Seketika Aisen terbangun.
Keringatnya bercucuran. Jantungnya terus berdegup kencang. Ia kemudian merasa kepalanya akan hancur berkeping-keping hingga akhirnya menahan rasa sakit itu dengan satu tangan. Ketika ia ingin berdiri, Aisen tak bisa merasakan kedua kakinya. Lemas.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Next King - White || Blanc
Fantasy[Sequel The Abandoned Kingdom] Sudah tujuh belas tahun lamanya semenjak pertempuran dengan penyihir gelap terjadi. Sudah tujuh belas tahun lamanya pula Roshelle de Rosemarie bangkit setelah seratus tahun terikat dalam kutukan dan ditelantarkan dunia...