19

1.4K 210 20
                                    

19

Leroi sudah menantikan pagi ini. Inilah titik dimana Roshelle akan menjelaskan segala hal yang membuat dirinya penasaran. Mulai dari bagaimana Roshelle tahu apa itu sihir hitam hingga bagaimana Roshelle mengerti apa yang akan terjadi di masa depan, seolah ia bisa meramalnya.

Banyak kesatria muda yang telah berkumpul. Mereka juga menantikan Roshelle.

Tapi sepertinya, lagi-lagi Roshelle terlambat. Biasanya ia selalu tepat waktu. Ini sudah kali kedua Roshelle terlambat menghadiri saat yang penting. Roshelle sendiri yang menyuruh mereka berlatih pagi buta, tapi ia justru datang terakhir.

Leroi berdecak kesal. Napasnya mengepul di udara dingin.

"Oh Roshelle datang!"

Mendengar itu, Leroi mengangkat kepala ke depan. Kali ini Roshelle tidak datang sendiri. ia datang dengan seorang pria asing berjubah putih dengan benang emas berkilau menghiasi tepiannya. Ia tahu dari pantulan Matahari yang mulai keluar seiring kedatangan mereka. Dari pakaian itu, Leroi sudah bisa menebak bahwa pria asing tersebut bukanlah orang biasa. Bahkan bisa saja melebihi semua perkiraan yang ada di benak Leroi.

Seperti yang sudah Roshelle singgung ketika Leroi mampir di kediamannya, Roshelle benar-benar berbicara kebenaran mengenai sosok lain yang entah akan menjadi kekuatan atau masalah baru.

Namun, Leroi mendapati sedikit keanehan. Seiring pria yang bersama Roshelle mendekat, dapat dikatakan bahwa pria itu 'berbeda'. Bukan dari segi penampilannya yang memang megah, tapi dari segi lain.

Contohnya, telinga. Telinga pria itu teramat runcing. Sangat berbeda dari manusia biasa. Leroi bahkan tak percaya apa yang sudah ia lihat. Meskipun tersembunyi dalam tudung jubah, Leroi bisa mengamati sejauh itu karena perbedaan yang ia rasakan sangat kuat.

"Dia Mabariel Norvadel," Roshelle berdiri di tengah mereka semua sembari memperkenalkan nama dari pria itu. Tangannya mengarah pada pria tersebut. "Ia datang dari Barat Laut. Lebih tepatnya, ia pemimpin aliansi sihir putih. Lebih jelasnya lagi kalian bisa mendengar dari Mabariel sendiri."

Seiring Roshelle memperkenalkan siapa ia, pria bernama Mabariel yang saat itu telah menundukkan wajah, bersembunyi di balik tudung jubah, kini mengangkat kepala. Tudungnya tersibak.

Mereka semakin kaget. Lantaran, rambut dari pria itu begitu panjang dan lurus, apalagi warnanya keperakan seperti sebilah pedang. Netra Mabariel mengerjap, sekarang orang banyak tahu warna yang menghiasi matanya itu. Sebuah warna yang jarang sekali ditemukan. Sepasang netra yang dimiliki Mabariel bagaikan berlian hijau murni. Meskipun semua yang berkumpul di tempat itu adalah pria, tapi mereka tetap saja masih terkesima. Apalagi, itu bukanlah wajah seorang manusia pada umumnya.

Semua orang ber-wah ria.

"Salam, saya Mabariel Norvadel." Pria itu menunduk dengan salam yang tak biasa. Tangan kanannya diangkat searah dada dan tangan kirinya tertekuk di balik punggung, ia pun membungkuk begitu dalam. Bersamaan dengan salam yang diberikan Mabariel, angin dingin mengitari dirinya seorang, membuat jubahnya sedikit terangkat ke atas.

Tanpa menunggu waktu yang tepat, Leroi melangkah maju di hadapan Mabariel. Ia langsung saja mengajaknya bicara.

"Barat Laut? Berikan keterangan lebih mengenai asalmu. Aku takkan membuat pengecualian pada siapapun, termasuk kau. Musuh kami tak terlihat, tapi korban terus berjatuhan. Bisa saja, kau salah satunya."

Sikap Leroi itu hanya dipandang Roshelle dengan tatapan datar. Ia membiarkan Mabariel menghadapi Leroi. Lagipula, jika orang itu tidak bisa membuat Leroi percaya, maka Roshelle sendiri juga tak dapat mempercayai seratus persen apapun yang ia katakan nanti. Roshelle benar-benar mempertimbangkan dua sisi.

The Next King - White || BlancTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang