27

486 53 7
                                    

27

"Nak, tak ada yang bisa mematikan api biru milik Grand Duke," ujar Arion menjelaskan situasi. "Bahkan jika itu mendiang kakekmu, atau aku, rasa menyengat akan terus merayap. Apinya takkan padam seketika. Apa yang baru saja kau tunjukkan adalah bukti bakatmu melebihi siapapun, Aisen."

Elidio kembali memuncul api biru dan terkekeh. "Ketika Yang Mulia Raja Arion masih seumuran Anda, ia perlu waktu lama untuk bisa menghentikan apiku."

"Jangan bongkar masa lalu." Arion memperingatkan dengan suara datar. "Kau baru saja kembali, apa aku mengutusmu ke benua timur? Kebetulan Roshelle de Rosemare sedang membangun relasi perdagangan rempah."

"Aku pengasuh sekaligus guru Anda sewaktu dulu. Jangan lupakan itu, Yang Mulia."

Arion meringis. "Haruskah kau mengatakannya di hadapan anakku dan teman-temannya, Kakek tua?"

Elidio tersinggung dan balas mengejek. "Yang Mulia sendiri saat ini berumur 132 tahun! Jika waktu kutukan Anda dihitung maka akan cukup buruk juga."

"Aku menjadi kucing saat itu, tidak masuk hitungan!" protes Arion.

Elidio dan Arion terpaut 17 tahun. Jika dibandingkan dalam kondisi Arion dan Aisen, Elidio seperti ayah Arion saat ini sekaligus yang tertua selain Leroi yang terkurung sebagai pedang perak.

Meskipun begitu Elidio tidak terlalu menua. Pun Arion. Mereka seperti meminum elixir keabadian, yang pada kenyataannya keduanya terkena kutukanlah penyebab semua itu.

Para pangeran dan putri hanya bisa melongo menyaksikan perdebatan raja dengan grand duke yang terkenal anjing peperangan. Yang satu adalah raja yang mematahkan kutukan, dan yang satu lagi adalah bayang-bayang raja di medan tempur. Dua orang bebahaya sedang melempar ejekan.

Aisen tersenyum kecil, "Ayah? Aku sedikit bingung dengan kekuatanku. Ayah bilang aku akan merasakan dan mengetahuinya sendiri, apa Ayah tidak tahu cara mengendalikannya?"

Arion mengerjapkan mata, menyudahi perdebatan dengan Elidio, ia berdeham. "Aku tidak terlalu mengerti karena apa yang kau miliki berbeda denganku, maupun raja terdahulu. Ini sepertinya berhubungan dengan Roshelle, dugaan terkuatku adalah kau ahli waris kekuatannya? Atau bisa dibilang dalam bahasa elf kau Roshelle yang terlahir kembali."

Aisen membulatkan mata, "Itu tidak mungkin."

Arion setuju. "Benar. Itu tidak mungkin. Tak ada yang mempercayai reinkarnasi di Zelvallace, bahkan aku pun juga demikian. Suatu jiwa sudah pasti berbeda dari jiwa masa lalu. Namun, jika memang anakku berkaitan dengan Roshelle, aku hanya akan menyebutnya itu takdir yang harus digenapi dan kau cari tahu sendiri dalam perjalanan ini."

"Petunjuknya adalah buku terang, buku itu adalah senjata Roshelle ketika melawan kaum gelap dunia bawah," Arion menunjukkan terang yang ia ciptakan, kekuatan turun-temurun raja. "Roshelle mengendalikan cahaya untuk memusnahkan hal-hal keji dan memurnikannya. Namun, apa yang kumiliki saat ini hanya sebagian kecil dari kekuatan itu. sedangkan yang kau punya kemungkinan setara dengan Roshelle."

Arion kini memegang pundak Aisen. "Menurutmu, kenapa keturunan Roshelle memiliki sebutan matahari?"

Aisen juga penasaran akan hal itu. "Karena dapat mengendalikan terang? Karena memimpin Roshelle de Rosemarie? Kata kiasan?"

Elidio tergelak. "Yang Mulia Raja Arion berulang kali mengatakannya. Bahkan semua orang di negeri ini. Namun, Pangeran, maaf Anda sungguh tak mengerti maknanya?"

"Roshelle adalah matahari itu sendiri! Dia manusia yang terlahir dengan terang." Elidio mengepalkan tangan. "Yang Mulia Raja, izinkan aku menjelaskan pada Pangeran secara langsung."

The Next King - White || BlancTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang