23
Pada mulanya, Leroi terus-menerus memojokkan pergerakan Roshelle. Seperti yang sudah pernah ia lakukan sebelumnya tiap kali melawan Roshelle, Leroi tak pernah mengalah. Leroi selalu mengerahkan seluruh kekuatannya. Dengan pedang hitam pemberian Mabariel, Leroi menyerang Roshelle hingga muncul kilatan biru dan kuning dari pedang itu. Dengan pergerakan Leroi, Roshelle harus terus menahan pergerakan Leroi dengan pedang perak. Lagi dan lagi agar pedang itu tak menyentuh dadanya.
Tak ada keraguan. Mereka sungguh bertarung mempertaruhkan nyawa.
Dari kejauhan, Mabariel, Hasher, Hosette, Kassia Deventi, dan Lucas Vict berdiri mengamati pertarungan sengit itu tanpa berkata-kata. Terutama untuk Lucas, ia tak mengira akan seperti ini jadinya.
Lucas mengira mereka akan baik-baik saja. Ia mengira Roshelle akan menemukan jalan keluar seperti biasa. Setidaknya itu yang ia yakini. Ternyata semua di luar dugaannya.
Kedua orang itu saling bertarung dengan gelap mata. Keduanya yang menjadi panutan bagi mereka semua, dua orang yang tak bisa dipisahkan sejak kecil, kini berusaha saling merenggut satu sama lain.
Menyadari raut panik Lucas, Kassia menepuk pundak pria muda itu. Menoleh padanya, ia berkata pelan, "Apapun yang kau pikirkan sekarang percuma. Kita hanya bisa menyaksikan pertarungan ini."
"Semua telah ditentukan. Bukankah kekuatan api merah dalam jiwamu juga berpendapat sama? Semua sesuai kehendak elf dan manusia yang dihakimi. Dengan kata lain, ini ganjaran perbuatan Leroi sendiri."
Lucas Vict sejenak membulatkan mata, namun setelah itu ia memejamkan matanya untuk beberapa saat sebelum membalas Kassia. "Aku tidak bisa mendengar suara api merah, seperti dirimu mendengar suara api biru, Kassia. Aku hanya merasakannya sesuai nuraniku. Dan jiwaku berkata bahwa ini tidak benar."
Sebelum Kassia hendak membalas Lucas lagi, ia mendengar teriakan keras dari arena.
Leroi berteriak membabi buta. Kali ini Leroi yang tersudutkan.
Lalu, mereka melihat pemandangan yang tidak biasa dari pertarungan itu.
Setiap kali Roshelle mengayunkan pedangnya, pendar cahaya mengitari Roshelle. Gerakan demi gerakan Roshelle diliputi terang.
Itu bukan dari pedang perak, pun bukan karena suasana di perbatasan. Semua pendar cahaya itu berpendar, keluar dari tubuh Roshelle.
Ini pertama kalinya mereka melihat pendar cahaya menguar dari Roshelle selama pria itu mengayunkan pedangnya.
"Roshelle!!"
Terlambat.
Leroi tak dapat menangkis serangan Roshelle.
Seketika seluruh dunia seolah berputar dalam penglihatan Leroi.
Mula-mula, itu hanya satu tetes darah.
Lalu kemudian satu tetes itu melipat ganda hingga Leroi tak kuasa berdiri, tumpah ruah membasahi tanah, menciptakan genangan mengerikan. Ia roboh, dalam arena yang penuh mawar merah itu ambruk tanpa daya. Dalam pandangannya, Leroi melihat semburan merah dari tubuhnya itu juga telah mengenai kedua tangan Roshelle.
Sayup-sayup, Leroi mendengar Mabariel berseru dengan suara keras.
"Pertarungan sudah berakhir! Pemenangnya Roshelle!"
Pandangan Leroi mengabur. Ia tahu, semua orang berlari mendekat ke arahnya dengan wajah panik. Terutama Lucas yang masih teramat muda jika dibandingkan mereka semua, muda dan naif, berlari serta meneriaki nama Leroi berkali-kali. Sementara Kassia menggertakkan gigi, sebelum berlari ia sempat memukul pilar besar hingga meninggalkan retakan, melampiaskan emosi yang ia tahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Next King - White || Blanc
Fantasy[Sequel The Abandoned Kingdom] Sudah tujuh belas tahun lamanya semenjak pertempuran dengan penyihir gelap terjadi. Sudah tujuh belas tahun lamanya pula Roshelle de Rosemarie bangkit setelah seratus tahun terikat dalam kutukan dan ditelantarkan dunia...