30
"Saudaramu? Apa dia yang datang ke pesta kami dengan ancaman? Sepertinya dia tidak teralu menyukai manusia dan itu terlihat dari reaksinya ketika menjemput Putri Enra," ujar Aisen memasang tampang dingin. "Lalu, kenapa kau datang untuk mengatakan hal ini, aku tidak ingin teribat dengan apapun masalah di antara kalian, sebagai catatan."
Elf berambut merah yang terikat rapi itu terdiam. Hosette tidak langsung menanggapi, hampir semua perkataan Aisen ada benarnya. "Hasher memang tidak menyukai manusia, namun jangan berburuk sangka Yang Mulia Pangeran keturunan Matahari, kami elf benar-benar murni ingin memberikan sesuatu yang seharusnya dimiliki Anda."
Hosette kemudian melanjutkan, "Biarpun begitu, Hasher memiliki "pemikiran" yang tidak terduga. Saya harap Anda tidak menurunkan kewaspadaan."
"Tidak sedikitpun," kata Aisen tegas, "tanpa kau minta, kami terus waspada berada di tempat ini. Benar begitu kan, teman-teman?"
Charlotte, Bryan, dan Asher, ketiganya mengangguk tanpa keraguan. Charlotte melipat kedua tangan di depan dada, "Kami di sini tidak akan membiarkan kenaifan Aisen menguasainya! Sebagai temannya kami akan terus menjaga Aisen!"
"Na-naif.." gumam Aisen sedikit tersentak dengan perkataan Charlotte yang tanpa takut sama sekali. "Haaa..."
"Apapun yang akan Aisen hadapi, kami sebagai pangeran dan putri empat kerajaan Zelvallace tidak akan membiarkan Aisen menghadapi 'Undangan Elf' sendirian, kami di sini bukan sebagai 'witness', melainkan masing-masing dari kami mewakili kerajaan untuk menjaga dunia kami tetap aman dari apapun yang kalian rencanakan," Asher mengambil alih, menepuk pundak Aisen pelan, dia melangkah ke depan. "Apa hanya itu saja yang ingin Anda sampaikan?"
Tak disangka, Hosette tersenyum lebar, "Wahai keturunan Roshelle yang Agung, Anda benar-benar layaknya Matahari yang dikelilingi bintang. Kalau begitu, saya akan menyerahkan segalanya pada takdir dan kebijaksanaan Anda. Izinkan saya meninggalkan tempat ini, selamat berisitirahat, Yang Mulia Pangeran dan Putri sekalian."
Sekejap mata Hosette menghilang. Mereka semua tersentaak dengan cara Hosette meninggalkan ruangan. Elf berambut merah itu memiliki sihir yang tidak biasa, persis seperti Hasher yang mengacau di pesta, bagaikan dua bintang kembar yang saling berlainan, kepribadian mereka tak dapat ditebak.
"Aisen, kau lihat cara dia meninggalkan ruangan?" tanya Bryan masih merinding. "Dia seperti menyatu dengan angin!"
Charlotte memegangi ujung pakaian Bryan saudara kembarnya, "Bryan.. aku ingin cepat pulang!"
Jarang sekali Charlotte merengek seperti ini. Tentu sama seperti yang dirasakan Bryan, energi magis yang dirasakan mereka begitu menyengat. Bryan menenangkan Charlotte, "Kemana perginya gadis angkuh yang tadi bersuara, huh? Sudahlah, mari istirahat saja, Charlotte."
"Aisen, ayo kita tidur," Bryan lalu melangkah pergi, tetapi menyadari tidak ada respon dari Aisen, ia kembali memanggilnya, "Aisen?"
Aisen seolah mematung, sedari Hasher menghilang dari pandangan mereka dengan sekejap mata, Aisen merasakan aliran magis yang hangat, dan.. familiar, seolah dirinya iut menyatu dengan alam. Aisen melihat kedua telapak tangannya, termangu.
"Aisen!"
"Y-ya?!" Barulah saat ini Aisen sadar. "Ah iya.. ayo istirahat. Besok adalah hari yang panjang." Kini ia memasang senyumnya yang biasa.
Bryan memicingkan mata sesaat, sedikit ragu, namun ia menghela napas, "Jangan jadikan peringatan elf tadi ancaman, Aisen. Apapun itu, kelihatannya mereka melihat kau sebagai subyek sihir kuno yang berharga, jagalah dirimu."

KAMU SEDANG MEMBACA
The Next King - White || Blanc
Fantasía[Sequel The Abandoned Kingdom] Sudah tujuh belas tahun lamanya semenjak pertempuran dengan penyihir gelap terjadi. Sudah tujuh belas tahun lamanya pula Roshelle de Rosemarie bangkit setelah seratus tahun terikat dalam kutukan dan ditelantarkan dunia...