16

1.8K 256 23
                                    

16

"Yang Mulia!"

Seorang penjaga membuka pintu ruang pertemuan dengan tergesa, wajah raja dan ratu langsung melihat padanya, tanda bahwa pertemuan penting mereka kembali terganggu.

"Para pangeran dan putri! Mereka.. meninggalkan istana!"

Raja Arion, Ratu Eva, Raja Alvaro, Ratu Renata, Raja Alan, Ratu Bernadetta, Raja Baltazar, dan terakhir.. Ratu Xerandia, mereka murka. Dalam ruangan itu sudah tak terkira lagi betapa mencekamnya pancaran amarah para pemimpin empat kerajaan.

"Kejar sampai tertangkap." Perintah dengan nada dingin dikeluarkan oleh Arion Roshelle. "Jangan menahan diri hanya karena mereka pangeran dan putri."

Seluruh penjaga segera patuh melaksanakan titah. Kejadian seperti ini adalah kejadian yang dapat membuat mereka mati mengenaskan. Dua hari beruntun, masalah terus bermunculan karena ketidakbecusan mereka. Apabila raja hendak menghukum, itu sudah tak bisa dicegah lagi.

Yang menyelamatkan mereka sekarang adalah kesabaran dan kebaikan dari Raja Arion. Dalam keadaan seperti ini, meskipun ia hendak mengamuk, Arion masih sempat menarik napas kuat-kuat dan menghembuskannya, ia berusaha menahan diri hingga titik paling maksimal dari hatinya yang sangat bijak.

"Eva, kita harus keluar, sayang." Arion meraih tangan ratunya. Eva mengangguk. Keduanya juga harus melihat dengan mata kepala sendiri. Kalau perlu, mereka akan ikut mengejar.

"Aku akan ikut kemanapun kau pergi," jawab Eva tegas. "Itu kewajibanku."

Arion mengeluarkan pedang perak. Ia menyerahkannya pada sang ratu. Dengan senang hati Eva menerimanya. Untuk kesekian kali, ia memegang pedang perak yang berisik itu lagi dan lagi.

"Saya akan memandu Yang Mulia sekalian." Suara pedang perak terdengar dalam benak Eva dan Arion.

Arion sendiri memiliki sebuah senjata lain. Itu adalah sebuah tombak langka berlapis permata berwarna kebiruan nan terang, tak pernah ia tunjukkan pada siapapun sebelumnya karena tersimpan dalam ruangan rahasia Artair, raja sebelum Arion. Tombak itu awalnya hanya berwujud seukuran belati, tapi ketika Arion mengayunkannya berubah menjadi seukuran tinggi tubuhnya. Tombak yang menyimpan sihir kuno.

Meskipun tidak sehebat pedang perak yang pernah digunakan Roshelle, tombak biru itu adalah warisan dari Rosemarie, ratu pertama Kerajaan Roshelle de Rosemarie.

Jika raja dan ratu ikut bergerak, tak ada yang bisa menghentikan.

Tarian pedang perak dan tombak permata akan menjadi titik dimana tak boleh lagi ada sosok yang berani bermain-main di negeri itu.

"Kami juga harus mengejar mereka." Raja Alvaro menahan pundak Arion. "Anak-anak kami ikut membantu Pangeran Aisen sampai senekad ini."

"Aku tak melarang," ujar Arion tanpa menghentikan langkah. "Tapi jika kalian ikut, itu akan mempermalukanku karena tak bertanggung jawab atas kelalaian di istanaku sendiri."

"Jangan memikirkan etika bangsawan," tukas Raja Baltazar. "Ini di luar kemampuan Roshelle de Rosemarie. Siapa yang menyangka bahwa Zelvallace memiliki kerajaan kelima yang terlindungi dalam segel sihir bintang? Bahkan aku takkan mampu mengetahui sihir itu sekalipun bekerja dengan penyihir gelap."

Raja Alan menyikut Raja Baltazar sampai Baltazar melirik geram. "Jangan membahas masa lalumu, bodoh."

Ratu Bernadetta dan Xerandia maju ke depan, keduanya telah menyiapkan senjata kecil di balik kipas mereka yang indah.

"Aku harus memukul kepala Asher!" seru Bernadetta membenahi gaunnya. "Dia terlalu lugu untuk ikut campur!"

Xerandia menghela napas. "Bryan dan Charlotte, aku tak menyangka mereka tak memikirkan resikonya terlebih dahulu. Terutama Charlotte, anak manja itu.. akan kuambil lagi semua perhiasannya begitu selesai. Lihat saja."

The Next King - White || BlancTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang