29

197 18 12
                                    


29

"Putri Elf..." Arion mendengus. Memasang senyum seperti biasa, raja mempertanyakan kemunculan tiba-tiba putri elf itu. "Kami bertanya-tanya bagaimana bangsawan Kerajaan Elfian akan menyambut kami, namun sepertinya kami tak perlu khawatir mengenai hal itu lagi. Bukankah begitu, Putri Enra Norvadel?"

Enra Norvadel membungkuk kecil, memberi salam penghormatan. Rambut perak-keemasan sang putri berjatuhan seiring pemiliknya membungkukkan badan. Kembali mengangkat kepala, kini nampak netra hijau milik sang elf itu. Sinar ketakutan terpancar dari raut Enra. "Ayah saya telah melakukan kesalahan, para tetua elf berencana menyambut kehadiran kalian, namun Ayah tetap diam tanpa mengirim seseorang untuk menyambut. Para bangsawan elf tidak bisa bergerak sampai Raja Mabariel memerintahkan sendiri, karenanya saya kemari."

"Begitukah? Dia sendiri yang ingin mengundang anakku, kini aku sampai harus menempuh perjalanan ini demi melindungi anakku dan pangeran serta putri perwakilan negeri lain dari sesuatu yang tak terduga di perjalanan, dan sekarang Raja Mabariel sendiri tidak melakukan apa-apa? Apa yang dia inginkan sebenarnya?" kata Arion dengan nada dingin. Grand Duke Elidio kemudian menepuk bahu Arion, memberi isyarat pada raja untuk tetap tenang.

"Apa ada hal lain yang mengalihkan perhatian Raja Mabariel? Sampai-sampai kehadiran kami ditelantarkan?" tanya Elidio memeriksa.

Putri Enra kemudian memasang raut muram. "Benar... tetapi, saya tak bisa mengatakannya di sini. Saya harap Yang Mulia sekalian berkenan mengikuti saya menuju tempat bermalam terdekat yang sudah saya siapkan, istana kecil saya."

Elidio memiringkan kepala. "Aku berharap ini tak ada hubungannya dengan huru-hara Kerajaan Sol yang berlayar memutari Zelvallace menuju 'pulau naga' di barat Frautzell."

Semua orang terkesiap mendengar itu. Pasalnya kehadiran Elidio yang secara tiba-tiba juga tak mungkin tanpa sebab yang pasti. Arion kini menoleh ke Elidio, berharap Grand Duke menjelaskannya lebih rinci.

"Tunggu. Pulau naga? Eli... tentang apa ini?"

Memang baru kali ini pula Arion mendengar permasalahan mengenai "naga". Sudah lama sekali, ia bahkan tak ingat kapan seseorang menyinggung tentang naga di Zelvallace. Zelvallace tak memiliki naga – sejauh yang orang biasa ketahui.

Namun raja-raja terdahulu, termasuk Arion, tentu memahami hal tersebut.

Naga ini merupakan bencana selain penyihir gelap dan sihir hitam dunia bawah.

"Apa mereka akan membangunkan naga?" sambung Arion bertanya lagi. Kini ia mengharapkan jawaban seterang mungkin dari Elidio.

Elidio menggeleng mantap. Ia benar-benar tak memiliki informasi apapun selain apa yang sudah ia ucapkan. Kini Grand Duke melirik ke arah Enra, sang putri elf, meminta putri itu untuk menjelaskan.

"S-saya, akan menjelaskannya. Namun ada baiknya untuk berpindah ke tempat yang lebih nyaman. Ikuti saya, Yang Mulia sekalian.."

"Kalau begitu, saya permisi juga," Theron lalu membungkukkan badan, "Saya akan melanjutkan keperluan lain. Te-terima kasih Yang Mulia sekalian!" Theron dengan kikuk mundur, menjauh dari para bangsawan yang sudah ia pandu.

"Bocah bodoh, kenapa juga takut begitu? Lupa sejam lalu kau terus menarik gaunku?" Charlotte melepaskan salah satu hiasan berliannya dan memberikan pada Theron. "Kenang-kenangan, hadiah, anggaplah sesukamu. Jika kau bisa berkunjung ke Ratzell, aku akan menantikannya."

Theron tersipu hingga telinganya yang runcing merah padam, "T-terima kasih, Char- Yang Mulia Putri Charlotte..."

Asher menyikut Nick, lalu beruntun Nick yang juga menepuk pelan pundak Aria, Aria pun ikut mengajak Aisen menyaksikan hal itu dan terakhir Aisen menepuk pundak Bryan yang baru sadar dengan apa yang terjadi.

The Next King - White || BlancTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang