1

4.3K 564 22
                                    

1

"Omong kosong. Hanya ada empat kerajaan di tanah Zelvallace."

"Tapi! Saya sungguh yakin! Pembeli saya benar-benar orang yang sangat asing! Dia bahkan menyebutkan nama kerajaannya! Tolong biarkan saya masuk dan menceritakannya!"

Seorang pria bertubuh tinggi tegap menghalangi wanita itu masuk ke dalam lingkup istana. Dia tidak yakin dengan perkataan wanita tua itu. Bisa jadi, wanita itu hanya mengada-ada untuk mencelakai anggota kerajaan. Akhir-akhir ini istana harus diperketat. Semua karena laporan tak masuk akal yang silih berganti menghujani istana.

"Ada apa Dane? Kenapa berteriak begitu," tanya seorang pemuda berwajah aristokrat yang tiba-tiba saja menepuk pundak pria itu.

"Yang Mulia Pangeran Aisen! Kenapa Anda di sini?" ujar pria bernama Dane. Dia membungkuk kecil lalu menjelaskan situasi yang terjadi. "Wanita ini mengatakan hal yang tidak-tidak! Dia bilang bahwa ada kerajaan lain selain empat kerajaan di tanah Zelvallace. Itu jelas tidak mungkin! Ini laporan kesembilan kami! Sebelumnya bahkan ada pria tua yang bercerita bahwa domba peliharaannya berubah menjadi seekor anjing!"

Aisen Roshelle kembali menepuk-nepuk pundak Dane. Dia tertawa kecil. "Dane, kau terlalu kaku. Kau tidak mendengarkan penjelasan mereka secara keseluruhan terlebih dahulu. Lalu kenapa tidak kau sampaikan saja semua ke bagian administrasi istana? Aku yakin Nona Rayarna dan Tuan Rayarka akan mempertimbangkan setiap cerita dan mengambil keputusan."

Dane mengangkat alis. "Pangeran sendiri, kenapa tidak berlatih pedang? Bukannya kali ini Yang Mulia Raja Arion yang melatih Anda secara langsung?"

Aisen menghela napas. Ia mengacak rambut, lalu menurunkan tangannya. Berkacak pinggang. "Aku lelah. Jadi aku kabur. Izinkan aku keluar dari istana sebentar saja, ya?"

"Tidak boleh. Ini perintah Raja Arion. Raja melarangmu untuk kabur lagi seperti sebelumnya," kata Dane tegas. "Jika tidak, Ratu Eva yang akan menghukum Anda sendiri. begitu kata beliau."

"Ibu tidak akan memberikan hukuman yang berat," gumam Aisen sedikit terbahak. "Karena ibu terlalu menyayangiku."

"Pangeran... Anda bahkan tidak tahu bagaimana Ratu Eva saat mengayunkan pedang," desah Dane. "Bahkan lebih mengerikan daripada Raja Arion."

"Wah? Benarkah itu?" Aisen justru bersemangat. "Aku tak pernah tahu! Ibu hanya diam ketika aku ingin mendengar kisahnya sebelum aku lahir! Apa sehebat itu? Kenapa ibu tak pernah melatihku jika demikian?"

"Karena beliau takut akan mengubah cara pandang Pangeran terhadap ibu Anda," Dane kembali menggelengkan kepala. "Ratu Eva setara Ratu Renata dari Iridis, bahkan melebihinya. Tanyakan pada putri Iridis jika berkunjung ke sana."

Aisen menatap Matahari, sebelah tangannya terangkat menutupi matanya yang kecoklatan. "Putri Aria Charles selalu bersembunyi ketika aku hendak menyapa. Aku hanya dekat dengan adiknya, Pangeran Nick Charles. Ah! Aku baru ingat mereka akan datang kemari dalam tiga hari. Pertemuan empat kerajaan bulan ini dipercepat."

"Benar, maka dari itu istana tidak boleh fokus pada hal selain persiapan itu," ujar Dane sambil mengusir wanita tua yang masih saja menunggu di depan gerbang istana yang terbuka.

"Dane, kau kasar sekali," gumam Aisen.

Aisen Roshelle semenjak kecil selalu dikenal dengan keramahannya. Dia mewarisi sifat baik dari raja. Meskipun hidupnya tidak disertai ramalan sebagaimana para keturunan raja seharusnya, orang akan menilai berdasarkan kenyataan yang ada. Kenyataannya, mereka menerima pangeran pembawa terang itu karena dia memanglah tumbuh sebagai orang yang baik dan ramah.

"Tunggu sebentar!" seru Aisen mengejar wanita itu.

Ia pun membungkuk, kemudian berlutut. Menyamakan tingginya dengan wanita itu. "Maafkan kelakuan penjaga istana kami. Tolong, sampaikan saja apa yang ingin Anda sampaikan pada saya."

The Next King - White || BlancTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang