Lisa Part
Aku memeriksa HP, ada gambar Jimin yang tersenyum close up di depan kamera. Aku memindahkan tatapan pada pemuda bengal yang duduk di depanku ini.
Jimin mengerling. Ia memajukan tubuhnya ke sisi meja lalu menopang dagungnya.
"Apa yang kau lakukan?"
"Bersikap normal."
Sebaiknya aku tidak menghiraukan pemuda satu ini.
"Kemarikan telapak tanganmu.." kata Jimin. Kamera kembali mengarah kepada kami.
Ia menyentuh garis tanganku dengan telunjuknya. Pelan dan lembut. Aku berusaha menarik tanganku dengan tak ketara, tetapi Jimin menahan tanganku.
"Ehm, pendendam, pemalu, dan....manis?" gombalnya.
Aku tidak percaya dengan apa yang baru saja kudengar. Dia memujiku atau mengolokku sih?
"Aku juga bisa membaca garis tangan..." aku ingin membalasnya.
"Oh, mana yang ingin kau baca?" Jimin tersenyum nakal.
"Director, dia melakukannya lagi!" aduku.
"What? Memangnya apa yang kulakukan?"
"Kau merayuku dengan tatapan itu."
"Ah, apakah artinya kau melihat sinyal-sinyal cinta dariku?" goda Jimin, "kukira sinyal dariku kurang jelas, ternyata kau bisa menangkapnya juga."
Aku menoleh ke arah staf dan director. Meminta bantuan.
"Baiklah...baiklah, Nona Manis. Setiap kali kau gugup, aku tidak tahu harus berbuat apa."
Gugup? Aku menedang kakinya di bawah kolong. Ia tahu benar, aku tidak gugup, tapi kesal padanya.
Jimin Part
Aku sengaja menggulung lengan bajuku dan mengajarinya dari belakang. "Potong wortel ini dengan tipis, seperti ini..."
Lisa sepertinya kikuk karena jarak kami yang dekat.
Aku terkekeh.
"Gugup Nona Manis?"
Lisa Part
Aku tersenyum datar. Sulit sekali berakting di depan kamera terutama kalau kau sedang kesal pada partnermu.
"Hati-hati..." Jimin langsung menarik telunjuk tanganku dan mengusapnya lembut.
Aku menaikan kedua alisku. Tanganku tidak terluka kok, tapi kenapa?
Jimin memasukan telunjukku dalam mulutnya. Aku langsung shock.
"Tunggu ya!" Ia berlari cepat ke lemari dan kembali dengan pembalut luka.
Ia membalut telunjukku yang tanda luka itu dan meniupnya, "fiuhhhhh, syukurlah...."
Jimin Part
Aku menyelipkan rambutnya ke samping telinga. Selanjutnya mengusap kepala gadis itu.
"Cantik sekali."
Lisa menarik kedua ujung bibirnya denga terpaksa.
Aku tersenyum lebar, "kau tersipu lagi, Lisa..."
Meskipun aku tahu, rona merah di pipinya karena ia kesal padaku.
Lisa....
Aku memanggil namanya, "dengarkan Oppa ya," kataku lalu berbisik.
"Dalam hitungan satu.....dua....tiga......" Aku langsung bersiap lari setelah Director mengatakan Cut!
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE VIRTUAL
FanfictionJimin, lelaki playboy dari boygroup terkenal. Ia bukanlah tipe orang yang takut pada apa pun. Kata-kata yang keluar dari mulutnya adalah ekspresi isi hatinya. Ia ingin menjadi orang seperti itu dalam kehidupan sehari-harinya. Hanya sayang, pekerjann...