Cemburu

227 30 2
                                    


Lisa Part

Kami berdiri di depan pintu apartemen. Jimin menoleh padaku tatapan seakan bertanya mengapa kami berdiam diri di depan pintu.

Aku mendekat dan menepuk punggungnya.

Jimin tergelak lalu mengacak rambutku yang tentu saja membuatku kaget.

"Aku baik-baik saja." Tatapannya berubah serius.

Aku mengalihkan pandangan ke depan. Tiba-tiba saja merasa terganggu dengan tatapannya yang begitu serius.

"Sepertinya bukan aku yang gugup tapi kau," katanya lalu tersenyum tipis.

Aku mengetuk pintu dan menunggu sampai Unniku membuka pintu.

"Oh, anyeonnghaseyo!" Jisoo yang membuka pintu.

Aku langsung menoleh memeriksa ekspresi Jimin yang tidak langsung menjawab. Ia seakan menepis lamunannya dan menjawab sapaaan itu, "anyeonghaseyo."

"Silahkan masuk," kata Jisoo.

Aku dan jimin masuk. Di dalam sudah ada Jenny dan Rose di ruang tamu. Ketika melihat Jimin, Jenny tampak menahan tawa. Mereka berdua saling melihat dan tersenyum lebar.

"Hay, Bro!" kata Jenny.

"Hai, Sis," balas Jimin mereka pun berpelukan selayakanya sahabat dekat.

"Baiklah, apa ini?" Jenny melirik pada buket bunga yang dibawa Jimin.

Jisoo dan Rose langsung mendekat. Ekspresi mereka begitu cerah.

"Kami merangkai bunga ini khusus untuk kalian," kata Jimin.

"Lisa? Maksudmu dia juga ikut ambil bagian??" tanya Jenny menyangsikanku.

Aku memasang wajah cemberut.

Jimin menoleh padaku dan lagi-lagi menatapku, "Dia juga ikut membantu kok."

"Setidaknya aku membantu memilihkan pitanya," jawabku jujur.

Mereka tertawa mendengar jawabanku.

"Baiklah, apakah perlu kuperkenalkan satu persatu Jimin Ssi?" tanya Jenny.

Jimin melihatnya dengan tatapan jenaka.

"Kau tidak perlu seformal itu," jawabnya.

"Perkenalkan, aku Jenny. Ini Jisoo," Jenny mengarahkan pandangannya pada Jisoo yang tampak tenang meski ada Jimin. 

"dan Rose. Our seksi maknae."

Rose tampak tersipu dipuji oleh Jenny.

"Perkenalkan aku Jimin BTS. Senang bertemu dengan kalian," katanya lalu membungkuk memberikan salam.

Para gadis cekikikan melihat tingkahnya sementara aku hanya menanggapinya dalam diam.

Sepertinya, ia baik-baik saja. Tidak ada kegugupan lagi pada ekspresi dan sikapnya.

Jimin Part

Aku merasa begitu gugup. Tapi aku berusaha untuk menyembunyikannya. Harga diriku begitu tinggi. Untung ada Jenny yang banyak membantu.

"Kenapa diam saja?" bisik Lisa.

Kami sedang duduk di meja makan, menyantap makan siang yang telah dimasak oleh ibunya Jisoo.

Apakah kelihatan? Tanyaku dalam hati.

Aku tersenyum padanya dan menggelengkan kepala. Tapi sepertinya ia tahu, usaha kerasku untuk terlihat santai hanyalah kamuflase.

LOVE VIRTUALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang