Playboy Cap Badak

183 25 1
                                    


Lisa Part

Aku memainkan sedotan di gelas, Jenny duduk di sampingku sambil terus menggerutu.

"Jimin benar-benar keterlaluan. Kalian sedang dalam kontrak, tetapi ia malah tidur dengan wanita lain. Disgusting! Meskipun dia teman baikku. Ehm, tetap saja aku benar-benar kesal padanya. Sejak awal aku tidak setuju kau dipasangkan dengannya. Dia itu playboy."

"Mau bagaimana lagi. Tidak mungkin aku dipasangkan dengan Jungkook. Pasti akward sekali. Bagaimanapun juga aku harus menjaga perasaan Rose."

Jenny mengaduk-aduk minumannya.

"Harusnya kita tolak saja kerja sama ini."

"Sudah terjadi. Mau bagaimana lagi. Sudahlah."

"Kau sama sekali tidak marah?"

Aku tertawa, "Unni, kau lupa aku dan dia hanya berakting. Kami tidak berkencan sungguhan."

Jenny menjitak keningnya sendiri, "oh, iya, ya aku lupa. Tetap saja, dia tidak menghargaimu. Bagaimana kalau sampai ketahuan media? Kau hanya akan tampak menyedihkan di depan publik."

Aku hanya mengangkat bahuku.

"Kita pura-pura saja tidak tahu."

"Ngomong-ngomong, bagaimana sih detailnya tadi?" Jenny bergeser padaku.

"Iuhhhh... Jangan tanyakan itu. Aku berusaha melupakan apa yang kulihat tadi."

Jenny tertawa, "itu pasti jadi mimpi burukmu."

Aku mengangguk setuju.

"Anak itu, benar-benar," gumam Jenny menoleh ke arah Jimin, begitu juga denganku.

Jenny Part

Plak...!

"Aduh! Jenny, apa maumu?"

Apa maumu? Aku memasang wajah galak setelah dengan bebas memukul kepalanya.

"Kau sendiri yang setuju dengan kerja sama ini, tapi bertingkah seperti anak kecil."

Jimin cemberut. Ia duduk di sampingku dan bersandar di bahuku.

"Menyingkir dariku!" bentakku.

Ia tertawa ringan. Sama sekali tidak tersinggung.

"Kau hanya minta berlaku baik padanya. Aku sudah melakukan tugasku. Masalah percintaanku di luar syuting itu adalah urusan pribadiku. Tidak ada hubungannya dengan Lisa."

Benar juga. Dia memang pandai berbicara.  Aishhh, fokus Jenny, kataku pada diri sendiri.

"Setidaknya carilah tempat tertutup. Berkencanlah dengan gadis yang tidak banyak pamer agar kau tidak kesusahan nanti."

Ia mengangkat kepalanya tampak bingung.

"Perempuan yang kau tiduri itu bercerita ke sana-ke mari kalau kau dan dia sudah berkencan. Bayangkan bila ia sampai berkoar-koar di luar sana. Apa yang akan kau lakukan? Membermu pasti akan kena imbasnya, begitu juga karier dan keluargamu."

"Stella mengatakan... Dia? Tidak mungkin."

"Memangnya sudah berapa lama kalian saling mengenal?"

Jimin tidak menjawab.

"Biar kutebak. Seminggu? Tiga hari?" masih tidak ada jawaban.

"Satu hari? Ehm, mana mungkin 3 jam?"

"Ralat satu jam."

Aku membuka mulutku tanpa sadar.

"Ada seorang produser dari Prancis yang mengenalkanku."

"Aku tidak percaya ini Jimin. Meskipun bahasa Inggrisnya tidak terlalu jelas, Aku punya telinga, tentu saja aku mendengarnya. Jika kau ingin bersenang-senang, carilah wanita yang berkelas. Dia merasa di atas angin karena bisa tidur denganmu. Sebentar lagi mungkin saja ia bercerita pengalaman seks kalian ke majalah. Apalagi.." aku melirik perempuan itu, "dia model, kan? Jika dilihat dari caranya berbicara. Kelas ikan teri. Baru merintis kariernya. Mampuslah kau Jimin. Kau sudah memilih ikan yang salah," dalam satu tarikan napas aku sudah mengeluarkan kata-kata kejam. Hal ini kulakukan agar ia berpikir sebelum lebih jauh lagi.

LOVE VIRTUALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang