Logika

213 31 5
                                    


Jimin Part

"Kenapa berhenti?"

Aku tidak menjawabnya, melainkan membuka pintu dan berlari ke dalam toko minuman. Setelah beberapa menit, aku langsung bergegas masuk ke dalam mobil dan menyodorkan satu cup tea untuknya.

"Itu akan membuatmu merasa lebih hangat," kataku lalu mulai menyetir lagi.

Gadis itu menyeruput teh itu dan menghembuskan napas lega.

"Kau tidak minum?"

"tidurlah. jIka sudah sampai aku akan membangunkanmu."

"Tidak. Aku tidak mengantuk," jawabnya. Tetapi beberapa saat kemudian, ia sudah terlelap di sampingku.

"Hallo? Jenny," aku menelepon membernya.

"Jimin. Lisa belum pulang..."

"Dia bersamaku."

"Benarkah? Kok bisa?"

"Kami berlatih bersama. Ia sedang tertidur di sampingku. Bisa kau turun sebentar? Aku ada di parkiran. Aku kuatir jika aku keluar dan ketahuan orang lain, ia bisa terkena masalah."

"Aku datang!" kata Jenny kemudian. Jenny menyipitkan matanya. Menatapku dengan tatapan curiga.

"Aku tidak menyentuhnya." Sanggahku.

"Lisa...wake up!"

Lisa terkejap dan menggeliat di kursi, "hem? Unni?" Ia menoleh padaku.

"Kita sudah sampai," tanggapku.

"Ayo kita masuk ke dalam," ajak Jenny.

Jenny Part

Lisa menggeliat dibalik selimut. Kepalanya muncul di ujung kain dan bersandar pada lenganku.

"Sudah bangun tuan putri?"

Matanya tampak mengerjap menyesuaikan dengan penerangan di kamar.

"Unni?"

"Kalau sudah tidur kau seperti seorang pembajak laut. Serong sana, serong sini!"

Ia memiringkan tubuhnya menghadapku, "maaf Unni tapi otakku sedang memproses informasi sekarang. Lambat sekali."

"Syukurlah. Semoga kau tidak kena serangan jantung."

Ia langsung duduk tegak, "kenapa?" ia memandang sekeliling ruangan dengan ekspresi bingung.

"Kau bingung kenapa ada di kamarmu?"

Ia mengangguk cepat.

"Semalam kau ketiduran di mobil Jimin. Ia meneleponku untuk menjemputmu di bawah."

Lisa tersenyum lega. Melihat senyumnya itu aku langsung menambahkan kata-kataku.

"Jangan lega dulu. Kau tidak ingin bertanya kenapa kau bisa ada di sini?"

Ia membelalakan matanya " tidak mungkin!"

"Ya, Lisa. Percayalah!"

Lisa menutup mulutnya dengan kedua telapak tangan.

"Semalam Jimin menggendongmu ke kamar. Aku terpaksa meminta bantuannya karena kau menggeliat seperti cacing. Ia harus memakai hoodie dan berpura-pura menjadi menejermu saat ada kelompok gadis yang entah bagaimana bisa sampai parkiran. Untunglah, mereka percaya karena aku memanggilnya dengan sebutan manejer. Aku juga mengatakan kepada mereka bahwa kau ketiduran dan meminta mereka untuk menghapus fotomu yang jelek itu, dan mereka setuju!"

"Maafkan aku," katanya lirih.

"Lain kali, katakan padaku kemana kau pergi. Jika itu berkaitan dengan teman pria agar aku bisa berjaga-jaga."

LOVE VIRTUALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang