Lisa POV
"Sudah makan?"
Pertanyaan yang sama. Aku tersenyum sendiri. "Iya. Kau?"
"Aku akan sarapan, tapi... senyum dong Lili, aku ingin melihat senyum cantik pacarku."
Aku menjerit dalam hati. Untung segera sadar ada Jenny yang sedang tengkurap sembari membaca majalah. Ia tampak acuh. Tidak mengomel atau menggerutu, juga saat aku jujur padanya kalau aku dan Jimin resmi berpacaran. Mungkin, Jenny sudah menyerah menasehatiku atau ia kuatir pada sepupunya itu.
Aku mengeringkan rambutku dengan hardrayer. Menghadap kamera. "Aku akan ke perusahaan. Ada kerjaan."
"Aku titip makanan ke asistenku. Ia akan mengantar kepada manajermu."
"Kau kan masih sakit. Tidak perlu membuatkanku bekal," protesku.
"Aku masih hidup, sayangku."
Aku tersipu malu.
Jenny mendongkakan kepala melalui celah pintu kamar mandi. Ia hanya melihatku sekilas lalu manarik diri.
Aku memakai jaket yang diberikan Jimin dan memandangi pantulanku di depan cermin. Suaranya yang serak menempel di telingaku.
"Sudah pakai baju hangat?"
"Sudah. Aku pergi dulu ya," sembari melewati lorong menuju ruang tamu. Jenny dan Rose sudah siap. Mereka menoleh padaku.
"Hati-hati di jalan. Kabari kalau sudah sampai di sana ya, Lili."
"Hem. Kau akan menelepon lagi, kan?" sembari memasang kaos kaki.
"Iya. Kalau kau tidak sibuk."
Aku tersenyum lebar.
Rose berdehem.
"Sudah ditunggu ya?" tanya Jimin. "Aku tutup dulu ya."
"Iya," jawabku.
"Bangun tidur, setelah mandi, mau berangkat..." kata Rose, "wah...wah... Jungkook saja tak pernah seperti itu."
Jenny hanya diam tidak memberikan respon seperti biasa.
"Ayo, kita berangkat sekarang? Oppa sudah di mobil menunggu kita."
Aku dan Rose mengangguk.
Lisa POV
"Kau benar-benar berpacaran dengannya! Kapan kau akan mengakhiri hubungan dengan Jimin?"
Aku membalas tatapan Jisoo Unni dengan memelas.
"Maafkan aku, Unni."
"Kau lebih percaya pada Jimin, orang yang baru kau kenal dibandingkan denganku?"
Aku menundukan kepala. Jenny hanya mengawasi kami dari meja makan.
"Dia itu manipulatif. Belinda harus konsultasi ke psikolog karena dia sudah menghancurkannya luar dan dalam. Ia bahkan pernah melakukan percobaan bunuh diri, setelah diperlakukan bak ratu lalu dicampakan begitu saja. Bahkan...!"
Jisoo Unni tidak pernah semeledak ini.
"Ia sampai mengugurkan kandungannya karena takut Jimin tidak akan mau bertanggung jawab."
Aku tertampar oleh pengakuan Jisoo. Bahkan Jenny menjerit tertahan. Ia langsung mendekat di antara kami.
"Unni..." Jenny terbata-bata. Jenny membuka mulut tapi tidak bisa mengatakan apa-apa.
"Aku akan bertanya pada Jimin," kataku bergetar.
"Dia tak akan mengaku! Begitulah dia. Aku hanya berusaha melindungimu. Kau membuatku seperti orang yang jahat." Jisoo keluar dari apartemen.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE VIRTUAL
FanfictionJimin, lelaki playboy dari boygroup terkenal. Ia bukanlah tipe orang yang takut pada apa pun. Kata-kata yang keluar dari mulutnya adalah ekspresi isi hatinya. Ia ingin menjadi orang seperti itu dalam kehidupan sehari-harinya. Hanya sayang, pekerjann...