Jimin Part
Lisa berbisik padaku, "siapa yang mengusulkan tempat ini?"
"Nam Joon Hyung," balasku.
Kusadari ada kesamaan diantaraku dan Lisa: kami berdua kikuk memilah-milah buku. Tumpukan buku terjatuh, aku dan Lisa menoleh dan tertawa. Entah menertawakan buku-buku yang berserakan di lantai (tidak lucu sih) atau menertawakan diri sendiri karena kami berdua bukan tipe kutu buku atau orang yang suka nongkrong di toko buku.
"Lihatlah aku... Seperti leopard yang nyasar di perpustakaan..." celetukku.
Lisa menutup mulutnya menahan tawa.
"Ohhhh...!"
"Apa?" tanyaku.
Lisa mengeluarkan sebuah novel dari rak. "Ini buku favorit Jisoo Unni: Idol Shipper Syndrome."
Sebuah ide muncul di kepalaku.
"Ternyata membermu suka baca buku romance ya. Sayang sekali..."
"Hah?" tanya Lisa.
"Hah?" kataku meniru kebiasaan Lisa jika dalam mode bingung.
"Kalau masalah romance sih, aku ahlinya..." godaku dengan berbisik padanya.
Lisa memincingkan matanya. "Kurasa tidak. Kau lebih mirip anak yang tidur di kelas."
Aku terkekeh, "ternyata kau bisa ketularan aku juga ya. Tanpa kau sadari, gaya bicaramu sudah lebih santai sepertiku," godaku.
"Ya ampun sungguhan?" kata Lisa dengan ekspresi dramatis yang dibuat-buat.
Kami berdua sama-sama tertawa sampai pengunjung lain menoleh.
"Berikutnya kita kemana?" tanya Lisa.
"Ehmmmm..... " aku tersenyum simpul padanya.
Lisa Part
Saat aku melihat senyumnya, aku tau ada sesuatu yang aneh. Pokoknya semua yang berkaitan dengan Jimin.
Jimin berdiri bertelanjang dada. Rambutnya disemprot spray berisi air. Seorang penata rias sedang mengusapkan oil ke dadanya yang terbuka dengan telapak tangan. Bahkan menambahkan foundation untuk menutupi ruam karena alergi Jimin. Kemudian, menepuk bibir Jimin dengan jari telunjuk untuk menambahkan lipstik tipis.
Jimin menangkap mataku dan tersenyum tipis. Aku? Tentu saja menunduk. Malu.
Apa hanya aku ya? Staf, fotografer, asisten, dan staf lain di lokasi pemotretan majalah ini biasa saja walaupun ada mahluk setengah b*g*l berdiri di kelilingi lighting dan kamera. Aku pun sudah terbiasa jika ada desainerku yang berbeda jenis kelamin mengatur penampilanku.
"Lisa, kau kan publik figur juga...." gerutuku pada diri sendiri. Rasa jengahku bukan karena tidak terbiasa dengan lingkungan profesional ini, tetapi senyum menjengkelkan Jimin yang seakan mengatakan 'aku tampan, kan? Lihat aku...'
Ah, mengingatkanku pada Jenny Unni yang pasti ingin meninju wajah cengegesan sepupunya ini jika ia ada di posisisiku.
"Tunggu sebentar ya...."
Jimin berdiri di depanku dan membungkuk. Ia memintaku untuk menunggunya. Ergh....apa-apan sih dia ini. Di depan kamera lagi.
"Ehm," jawabku.
Ia berpaling ke setnya dan mulai sesi fotonya.
Aku berani bertaruh, setelah ini para fansnya pasti akan membenciku melihat Jimin bertelanjang dada di depanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE VIRTUAL
Fiksi PenggemarJimin, lelaki playboy dari boygroup terkenal. Ia bukanlah tipe orang yang takut pada apa pun. Kata-kata yang keluar dari mulutnya adalah ekspresi isi hatinya. Ia ingin menjadi orang seperti itu dalam kehidupan sehari-harinya. Hanya sayang, pekerjann...