Lisa Part
"Apa?" tanyaku.
"Apa?"
"What?"
"Hemmm...?" Jimin balik bertanya dengan suara serak.
Jimin menopangkan dagunya. Matanya tampak berbinar jenaka. Yah, mode jahilnya sudah keluar padahal belum juga mulai syuting. Ia tersenyum. Mata nakalnya masih mengarah padaku.
Percuma juga aku mengomel. Ia tetap akan begitu. Semakin kularang, ia akan semakin bersemangat menjahiliku.
"Ini masih pagi..." sindirku yang menyibukan diri dengan membaca buku novel yang kubawa ke tempat syuting.
"Benar....."
Aku mengangkat kepala dan melihatnya masih memandangiku. Anak ini sungguh jahil. Daripada mengomelinya seperti yang selalu disukainya. Aku ikutan meniru dengan menopangkan daguku juga.
"So... kau suka bertatapan seperti ini?"
Ia mengernyit. "Tumben..."
"Kau pikir aku akan menghindar, kan? Kau telalu besar kepala. Tidak semua perempuan akan luluh melihat tatapanmu," jawabku.
Ia memajukan tangan dan mengusapkan telapak tangannya yang besar ke wajahku. Dengan lima jarinya merengkuh wajahku sampai telapak tangannya menutupi wajahku yang kecil. Aku merasa wajahku diibaratkan adonan roti.
"Aduh!" keluhku karena tak bisa melihat. Kemudian secara reflek memegang pergelangannya dengan kedua tanganku.
"Kenapa kau mengusapku seperti hewan peliharaan?" sembari menggertakan gigi.
"Kau mau aku memperlakukanmu sebagai hewan peliharaan atau istri virtualku?" Tanya Jimin.
"Kalau istri virtual aku akan mengusap keningmu dengan lembut...." lalu memajukan badannya yang terhalang meja, "dan....." sembari mengangkat tangannya ke arah keningku.
"Stop!" Aku memelototinya.
Ia menarik tangannya, tersenyum, "rasanya aku ingin mengusap wajahmu seperti serbet..."
Aku melihat ke arah belakangnya. Ibunya yang sedang mendengarkan pengarahan dari directur melihat ke arah meja kami.
"Aku akan mengadukan perbuatanmu pada ibumu."
"Adukan saja. Paling juga kita akan dinikahkan. Mau?"
Aku terdiam. Kalah.
Jimin Part
"Geser....!"
Aku melirik Jenny dengan tatapan 'you are my enemy'
Tapi ditatap seperti itu ia kebal saja. Mungkin hasil persahabatan selama bertahun-tahun. Atau perasaan 'mati rasa' karena begitulah normalnya kami berinteraksi.
"Sudah selesai di-make up?" tanya Lisa pada sepupu bawelku ini.
Aku menyikut Jenny. Merasa 'mainanku' sudah direbutnya. Padahal aku sedang ingin menggoda Lisa sedikit lebih lama.
"Sudah..." aku menyabotase. "Dia sudah berjam-jam dirias. Tidak perlu kuatir. Sekarang fokus saja padaku."
Jenny berdecak menanggapiku.
Aku mengacuhkan reaksinya.
"Sudah makan?" ditujukan pada Lisa.
"Nasi goreng..." terdengar suara Jenny. Ia menoleh dan mencubit telingaku, "sudah makan??" ulangnya dengan nada mengejek.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE VIRTUAL
FanficJimin, lelaki playboy dari boygroup terkenal. Ia bukanlah tipe orang yang takut pada apa pun. Kata-kata yang keluar dari mulutnya adalah ekspresi isi hatinya. Ia ingin menjadi orang seperti itu dalam kehidupan sehari-harinya. Hanya sayang, pekerjann...