Aneh

152 28 0
                                    


Lisa Part

"Jadi, jam berapa kalian akan berkunjung ke apartemen?"

Aku mengganti saluran televisi dan meletakan remote di meja.

"Kalian. Entah kenapa aku merasa risih mendengar sebutan itu, Unni," kataku menanggapi pertanyaan Jenny.

"Bukannya kalian akan berangkat bersama?" imbuhnya.

Jisoo meletakan kepalanya di pangkuanku. Di tangannya ada apel yang sedang dikunyahnya.

"Haruskah kita siapkan sesuatu?" tanya Jenny.

"Jangan kuatir, Ommaku sudah memasakan hidangan spesial. Kita hanya perlu menyajikannya saja."

"Apakah kita perlu memakai hanbok?"

"Boleh juga."

Aku mengetuk kening Jisoo Unni dengan jemariku.

"Kalian membuatnya terlalu berlebihan. Ini bukan pertemuan antara dua keluarga. Ini hanya variety show."

"Ini pertama kalinya kita kedatangan tamu," kata Jenny.

"Ini pertama kalinya kau mengajak seorang pria ke apartemen kita," tambah Jisoo.

"Ini juga pertama kalinya kau datang bersama dengan pacarmu," timpal Jenny. Keduanya pun tertawa mendapati ekspresiku yang blank.

"Cukup, Unni. Kalian membuatku takut."

"Bagaimana rasanya?" Jenny yang duduk di sofa melompat ke sampingku.

"Pasti gugup," Jisoo bangkit dan ikut mengapitku.

"Biasa saja," jawabku.

Mereka berdua menggeleng dengan kompak.

"Kau sudah bagun pagi-pagi sekali dan menari di ruang tengah," kata Jenny yang ditanggapi dengan anggukan Jisoo.

"Tidak ada hubungannya. Aku memang sedang ingin menari untuk merilekskan otot-ototku.."

"Baju apa yang harus kita pakai?" Potong Jenny.

"Oh, benar!" keduanya lalu berlari ke dalam kamar Jenny meninggalkanku.

"UNNI! Tega sekali kalian berdua. Aku belum selesai bicara," aku pun ikut bangkit menuju kamar Jenny.

Saat yang sama, Rose keluar dari kamarnya. Aku hanya melihatnya tanpa mengatakan apa pun, begitupun sebaliknya.

"Lisa, pakai dress putih ini ya. Harus!" terdengar suara Jenny dari dalam kamar. 

Suaranya berhasil memecahkan kecanggungan ini.

"Sebentar Unni. Aku datang!" kataku lalu masuk ke dalam kamarnya.

Jimin Part

Dia datang. Rambut ikalnya digerai dengan poni yang masih setia. Ia menggenakan dress warna putih selutut. Dengan high heels 5 cm. Tidak terlalu tinggi untuk ukuran gadis pada umumnya yang suka dengan gaya feminim. Make upnya pun tipis, hampir tidak kelihatan. Ini pertama kalinya aku melihatnya tampil feminim dalam kehidupan sehari-hari. Ia kelihatan jauh lebih baik dengan riasan tipis daripada makeup tebal yang biasa dikenakannya saat acara award.

Aku melambaikan tangan. Ia berjalan masuk dalam restoran menghampirku.

"Bagaimana kabarmu hari ini?" tanyaku sembari menarik kursi untuknya dan juga penonton.

"Baik," jawabnya lalu duduk.

"Aku sudah pesankan kopi untukmu."

"Aku tidak minum kopi."

LOVE VIRTUALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang