Dunia Terasa Terbalik

216 31 0
                                    

Namjoon Part

Aku melirik ke arah Jin yang mengangkat bahu. Keduanya sama-sama bingung. Jimin sedang berbaring di sofa. Sudah seharian ia tidak mau keluar kamar. Kini ia sedang duduk kedua kakinya diletakan di kursi kecil sementara tangannya memegang handuk kecil berisi es batu.

Jin bebalik padanya membelakangi Jimin.

"Aku tahu kalian sedang menertawakanku," terdengar suara Jimin.

Aku mendelik pada Jin memitanya agar diam. Meskipun jujur saja, aku sendiri tidak bisa menahan tawaku. Tapi, Jimin tampaknya kesakitan. Aku mulai kuatir.

"Jimin, apa tidak sebaiknya kita bawa ke dokter saja?"

"Lalu apa yang akan kukatakan. Oh dokter 'anuku' bengkak seperti disengat beribu-ribu tawon. Lalu berita akan menyiarkannya. Ehm, tidak apa-apa. Namaku akan ada di mana-mana.."

Peffff.... Taehyung dan Jin pun tertawa hingga mereka berguling di lantai.

"Ya, sudahlah. Teman kita sedang kesakitan," ujarku.

"Aish..." Jimin melemparkan kantong esnya ke lantai. Nada suaranya terdengar begitu marah.

"Lihat saja. Aku akan membalasnya lebih parah daripada ini!"

Aku membungkuk memungut kantong es itu.

"Belum apa-apa kau dan pasangan virtualmu sudah bertengkar," kata Taehyung.

"Keluar. Kalian berdua keluar!" aku mendorong Jin dan Taehyung keluar dari kamar Jimin.

"Tapi, Hyung..."protes mereka.

Aku mengganti kantong es dan memasukan beberapa pecahan es ke dalamnya. Aku juga membawakannya teh ginseng yang baru diseduh.

"Minumlah ini," kataku sembari meletakan secangkir teh di meja sampingnya.

"YAA!" anak-anak yang lain menarik kepala mereka. Aku berdiri dan menutup pintu.

"Sekarang sudah tidak ada orang. Ceritakan padaku. Saat aku menjemputmu tadi wajahmu terlihat sangat pucat, tapi kau bersikeras untuk tidak ke dokter atau ke rumah sakit. Apa sebenarnya yang terjadi, dan kenapa kau ada di sana? Jangan bilang kau pergi menemui Jenny?"

"Aku hanya mengunjunginya. Kau kan tahu dia teman baikku."

"Ceritakan dengan sejujurnya," kataku.

"Yah, kita kan baru pulang dari Paris. Dia pernah merengek padaku minta dibawakan hadiah parfum..."

"Aku bilang ceritakan dengan jujur," potongku.

Jimin menghela napas, "baiklah-baiklah. Aku ke sana untuk menemui Jisoo."

"Sudah ditolak berkali-kali masih tidak jera juga? Bagaimana kalau kau kelihatan wartawan? Aku tidak mau ada berita skandal atau isu apa pun. Kepalaku sudah cukup pusing untuk persiapan cameback kita. Kali ini kau masih beruntung, belum tentu di lain waktu nasibmu juga akan sama."

"Apanya yang beruntung?"

Nah, ini dia yang ingin kuketahui.

"Apa kau menabrak sesuatu atau tidak sengaja menyenggol orang hingga memancing perkelahian? Katakan agar kita bisa mencari solusinya. Jangan sampai berita perkelahian itu sampai diekspos wartawan."

"Ini semua karena gadis bar-bar itu."

Aku mengernyit tidak mengerti.

"Dia menendangku tepat di sini!"

Aku diam masih menunggu kelanjutan cerita Jimin.

"Aku akan masuk ke dalam lift dan tiba-tiba kaki kurang ajarnya itu... Ah sudahlah, tiap kali mengingat wajah itu aku langsung naik pitam."

Aku mengangguk merespon ceritanya.

"Kau kenal orangnya?"

"Bukan saja kenal. Aku sangat membencinya."

"Benci? Siapa gadis tidak beruntung itu? Jimin pasti akan menjadikannya sasarannya.

"Jimin, istirahatlah dulu," saranku.

"Kakinya begitu kurus tapi mengapa begitu menyakitkan? Akan kuberi perhitungan."

"Perhitungan?" ulangku.

"Iya. Lisa harus merasakan penderitaanku. 

LOVE VIRTUALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang