Cinta Terlarang Anak dan Suamiku (Part 14)
#Anakku_Maduku #Ajt
#Seputih_Cinta_Amelia
~Kusaksikan Ijab Kabul Itu~
Hari ini, adalah hari paling kelam dalam hidupku. Aku harus duduk berpakaian kebaya rapi dan senada dengan warna pakaian mempelai keluarga pengantin. Seolah aku adalah bagian dari keluarga pengantin yang ikut berbahagia.
Reo tampak tersenyum manis duduk di meja persiapan ijab kabul.
Apakah ada hari yang lebih menyakitkan dari pada hari ini? menyaksikan dua orang yang paling kita cintai sekaligus paling melukaiku itu menikah.
Raya, tampak cantik sekali memakai kebaya putih dengan jilbab tersemat di kepala.
Ia yang meminta semua busana pernikahan dijahit lengkap dengan jilbab.
Ah, Raya, kenapa tidak dari dulu kamu mengikuti saranku, memakai hijab, sudah pasti akan menyelamatkanmu dan mungkin kejadian hari ini tidak akan pernah ada. Ah, aku masih saja berangan seandainya semua tidak terjadi.
Perlahan Raya berjalan dibimbing adik-adik perempuannya menuju mimbar ijab kabul. Duduk di balik tirai sebelah mempelai pria yang sebentar lagi mengucapkan ijab.
Beberapa kali kulihat Reo gugup. Berkali-kali ia menatapku, seolah butuh keyakinan dariku benarkah ia akan menikahi Raya. Aku paham, sangat paham setiap arti tatapan matanya kepadaku yang telah membersamainya hingga belasan tahun.
Namun, berkali-kali Reo menatapku, berkali-kali pula aku membuang wajah. Aku sangat tak ingin mata kami saling bertemu, untuk hari ini. Sayangnya ia seperti tak bosan mencari-cariku di antara hadirin yang datang ingin menyaksikan prosesi ijab kabul. Aku sudah berusaha mencari posisi terbaik agar tak terlalu terlihat. Sayangnya ia masih saja menemukanku.
Kenapa dia sesering itu mencariku? Apakah dia berharap aku akan mencegahnya, lalu meminta dia kembali. Ini tidak mungkin dan tidak pernah terjadi, Reo.
Detik-detik persiapan ijab kabul terasa sangat lama bagiku. Para petugas KUA dan saksi juga mempelai pria sedang berunding sebelum ijab benar-benar dilaksanakan. Reo, lelaki itu, mengenakan beskap yang modelnya sama persis ketika dulu ia menikahiku. Bahkan fisik Reo pun tak banyak berubah. Ia masih cakap dan tampan seperti dulu.
Aku tak bisa memalingkan pikiran menatap kenangan masa lalu. Dimana ia berjuang mati-matian untuk mendapatkan simpati Papa dan Mama. Dimana akupun berjuang meyakinkan Papa dan Mama bahwa Reo-lah lelaki terbaik yang pantas mendampingiku. Meski Papa Mama sempat ragu, sekuat tenaga aku mendebat mereka.
Mereka yang mengajarkanku untuk tidak melihat seseorang berdasarkan statusnya, dari mana mereka berasal. Papa Mama mengajarkan melihat seseorang dari akhlak dan budi pekertinya. Jadi aku yakin harusnya Papa Mama menyetujui Reo karean Reo adalah pemuda santun berbudi pekerti tinggi, juga pekerja keras yang akan bisa menjamin kebahagiaanku di masa depan.

KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA TERLARANG
RomancePernahkah kita mendengar kisah cinta luar biasa istri pada suaminya, kasih sayang ibu kepada anak angkatnya? Tapi bagaimana jika terjadi ada cinta terlarang di antaranya? Sanggupkah sang nyonya berjuang mengembalikan rumah tangganya kembali menjadi...