Cinta Terlarang
~Cinta Samar Brian Akankah Menjadi Terang?~
Proses peceraian yang melelahkan. Dua jam aku menanti kehadiran Reo. Aku pikir dia benar-benar tak datang. Ternyata Reo datang meski sangat terlambat. Karena membuat pihak Mediator menunggu lama.
"Tolong tepati janjimu. Reo." Aku berbisik dengan intonasi sedikit menekan.
Ia hanya hanya mengangguk pelan, kemudian bergegas menuju ruangan.
Mediasi kali ini ia lebih kooperatif, memberi informasi tak berbelit. Bahkan ia tak protes ketika mediator bertanya kepadaku apakah tetap memutuskan untuk bercerai atau mempertimbangkannya kembali. Aku menjawab mantab bahwa keputusanku bercerai sudah bulat, tak bisa diganggu gugat oleh hal apapun.
Dari seberang kursi aku melihat Reo hanya tertunduk lesu.
Sejujurnya ada kasihan dalam diri, terlebih setelah tim penasehat dari mediator memberi gambaran apa yang akan terjadi dan dihadapi pasca perceraian, agar aku dan Reo mempertimbangkannya lebih jauh. Banyak nasihat dan perenungan di berikan lengkap dengna dalil -dalil yang begitu menohok.
Ada bimbang dan keraguan terbersit muncul. kenapa aku menjadi orang yang setega itu, memutusukan melepas hubungan rumah tangga dengan Reo. Sepanjang hidup Reo tak pernah kasar padaku. Perselingkuhan terjadi juga mungkin karena ada andilku yang kruang peka dan perhatian terhadap Reo.
Sebegitu kuatnya tim penasihat membuatku harus menyadari banyak hal dan meraba diri hingga relung terdalam. Menakar kesalahan pada diri bahwa perpecahan dalam rumah tanggaku bukan sepenuhnya kesalahan Reo.
Aku sempat berada pada ujung bimbang yang dalam. Tapi bukankah sudah sejauh ini hal yang aku usahakan demi bisa berpisah dengan Reo. Dan satu hal, aku benar-benar tak bisa memaafkan perzinahan yang dia lakukan. Yang dia lakukan sangat membuatku luka yang teramat dalam.
Jadi mediasi sebaik apapun yang mereka lakukan, mungkin hanya akan mampu membuatku sadar dimana sebenarnya letak salahku. Tapi tak mengubah apa-apa tentang keputusanku. Aku tetap ingin berpisah.
"Baiklah kalau memang ini sudah keputusan bulat ibu Amel. Kami akan melanjutkan hasil mediasi ini kepada proses selanjutnya."
Lelaki paruh baya itu tampak membuka kalender duduk di mejanya.
" Ibu dan Bapak datang lagi, sekitar tanggal 20 Maret, kita bertemu di ruang sidang, dengan majelis hakim pemeriksa perkara."
"baik, Pak, terima kasih."
Aku dan Reo bangkit keluar ruangan setelah mengucapkan permisi.
"Kamu pulang dengan siapa, Mel?"
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA TERLARANG
RomansPernahkah kita mendengar kisah cinta luar biasa istri pada suaminya, kasih sayang ibu kepada anak angkatnya? Tapi bagaimana jika terjadi ada cinta terlarang di antaranya? Sanggupkah sang nyonya berjuang mengembalikan rumah tangganya kembali menjadi...