~ Pendekatan ke Mama ~
Tak lama Lelaki itu menaruh bayi yang masih menangis ke dalam strollernya. Lalu pergi ke dalam meninggalkan mereka.
Lelaki itu bukan salah satu adik atau kakak Raya.
Siapa dia?
Bukankah Raya di rumah sendirian? Apakah ada Yu Sopinah di situ? Terlalu lama aku diam, belum juga kudapatkan informasi lainnya.
Aku menekan tombol handphone. Menelepon seseorang.“Tolong kabari saya, ya.”
Kuakhiri percakapan, lalu melaju pulang.
***
Mama sudah dirumah ketika aku sampai.
“Mel, baru pulang kamu? Tumben agak sorean?”
“Iya, Ma, ada beberapa pekerjaan yang harus Amel selesaikan.”
“Mama sudah masak sup jamur kesukaanmu, Mel.”
“Ya, Allah, Ma. Mama memang datang jam berapa, udah jadi aja, mama masak?”
Aku mengelus-elus bahu Mama. Rupanya Mama tidak hanya masak sup jamur. Di meja makan sudah tersaji banyak hidangan.
“Ya, Mama lagi semangat. Kalo mood lagi baik gini, bawaanya pengen masak aja.”
Aku tergelak. Karena Mama memasak begitu banyak. Siapa yang mau makan.
“Ma, aku punya dua kabar untuk Mama. Kabar buruk dan kabar baik. Mama mau yang mana dulu, nich?”
Mama yang sedang menyusun makanan di meja menghentikan gerakan tangannya. Kedua matanya sedikit membulat.
“Kabar buruk dulu, deh.”
Aku membuka kursi untuk duduk.
“Jadi, Ma. Bayi Raya bukan anak Reo.”
“What .... Beneran, Mel?”
“Darimana kamu tahu, Mel?”
“Aku pegang buktinya, Ma.”
Kertas yang terselip di sudut meja makan kuserahkan pada Mama. Mama lekas membuka, menautkan kedua alis, serius memahami isi kertas tersebut.
“Jadi maksudnya, Mel ...?” Mama kembali menatapku.
“Ya, Ma, golongan darah si bayi B, sementara golongan darah Reo dan Raya kan sama-sama A, Ma.”
Mama melongo dan menutup mulutnya dengan tangan.
“Ya Allah!” Mama terpekik.
“Bisa gitu, ya? Bener-bener memang si Raya. Keterlaluan dia main-mainin kita.”
“Kalau saja aku tahu itu bukan anak Reo aku nggak perlu bersusah payah menikahkan mereka.”
“Ya, kamu kenapa sich, dulu segitunya. Biain aja si Reo dan ujung-ujungnya masuk penjara. Tapi ini Mama beneran syok. Jadi itu Raya, anaknya dia anak siapa?”
“Aku terlalu takut Reo nggak mau menceraikanku dan mempersulit keadaan, Ma. Dia bilang akan terus banding di sidang perceraian. Makanya aku berusaha nikahkan mereka, biar Reo agak tenang kalo punya istri, ‘kan. Kemarin aku sempet bilang, kalau Reo siap-siap saja harus menikahi Raya ulang setelah Raya melahirkan.”
“Ya, menurut fiqih kalau memang Raya hamil anak Reo, nggak apa-apa Reo menikahi saat Raya hamil dan tak perlu diulang. Tapi kalau bukan anak Reo, Reo harus menikahi ulang Raya setelah bayinya lahir.”
Mama mengetuk-ngetuk meja, berpikir banyak hal tentang Raya.
“Mama sampe merinding, lo, Mel. Raya dulu kamu asuh kayaknya nggak keliatan liar. Makanya Mama kaget luar biasa waktu denger pertama kali kalau Raya dan Reo sudah berbuat sejauh itu. Kok ya kebangetan. Apalagi Reo. Mel, Mel, memang berat cobaan kamu.”
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA TERLARANG
RomancePernahkah kita mendengar kisah cinta luar biasa istri pada suaminya, kasih sayang ibu kepada anak angkatnya? Tapi bagaimana jika terjadi ada cinta terlarang di antaranya? Sanggupkah sang nyonya berjuang mengembalikan rumah tangganya kembali menjadi...