Adam, dia mengutarakan isi hatinya padaku! (26)
~Bukan karena ada cinta masa lalu, kemudian enggan untuk mengakhiri. Hanya saja jika tak ada yang harus dipertahankan lagi, untuk apa harus dijaga.~ (Amelia)
Biarlah, lebik baik aku pergi ke Bandung sendiri. Tanpa harus ditemani Brian. Ternyata Reo selama ini memata-mataiku. Dia sampai sudah tahu sejauh apa aku dengan Brian.
Entah apa tujuannya. Apa dia sedang mencari cara agar aku tak bisa dengan mudah bercerai dengannya. Dia akan melaporkan ke pengadilan Agama bahwa aku telah berselingkuh sebelum benar-benar bercerai dengannya.
Ah, begitu rumit. Kenapa harus sejauh ini kondisi yang kamu buat untukku Reo. Kamu yang berkhianat, kamu yang pergi dan aku hanya mencari penghibur lara atas sakit yang telah kau buat. Sekarang engkau malah tusuk semakin tajam belati itu ke dalam jantungku.
Aku mengemasi pakaian seadanya.Menunggu waktu Ashar tiba. Setelah itu gegas pergi dari sini. Berharap pekerjaan-pekerjaan di sana bisa mengalihkan nyeri yang tak jua sembuh ini.
***
Tarian-tarian ikan di hadapanku menciptakan gelembung-gelembung udara ke permukaan air. Mereka bahkan tak pernah bosan bergerak dari satu sudut ke sudut lainnya, setiap saat, sepanjang hari, sepanjang tahun dan seterusnya. Lalu aku? Kenapa aku begitu jenuh dengan hidupku? Bukankah aku harusnya bisa lebih bebas dari ikan-ikan di sekotak kecil kolam itu.
Bukankah aku bisa melanglang buana kemanapun aku mau tanpa ada seorangpun yang melarang. Kenapa aku membelenggu hatiku sedemikian rupa sehingga hanya fokus pada kekecewaan-kekecewaan yang selama ini menghadang. Kenapa tidak fokus pada kebahagiaan lain yang masih bisa kudapat dan menghindar dari apapun yang menegecewakan.
Aku bisa ke luar negeri, aku bisa bersenang-senang dengan Papa, Mama, dengan keponakan-keponakanku. Bisa pergi ke kota manapun dan melihat hal menakjubakn yang bisa membuat hariku berwarna. Mungkin dengan melakukan perjalanan itu, melihat banyak hal indah dan menakjubkan di depan mata. Menjadi terbiasa memikirkan hal menyenangkan.
Sehingga dengan sendirinya beban-beban itu sudah hilang tergantikan hal lain. Seandainya pun mereka coba hadir, aku bisa skip dan tak perduli, atau pergi begitu saja meninggalkan toxic-toxic itu.
Ya, itu rencanaku. Sampai putusan cerai dan akta cerai aku dapat. Untuk urusan persidangan, tentu ini tak akan kuabaikan, karena mendengar dentaman palu tiga kali yang menyatakan aku telah lepas dari Reo adalah impianku, tentu menjalani semua prosesnya adalah hal menyenangkan.
Jadi, lekas-lekas kucari semua situs online di media onine. Melihat-lihat hal menyenangkan di hadapan. Setelah bekerja, lakukan perjalanan. Begitu seterusnya. Sembari tadabur alam, atas anugerah Allah yang indah untuk dinikmati.
“Kelihatannya ada yang mau walking-walking, nich.”
Adam, salah satu orang cerdas dan pekerja keras di kantor Papa ini menyapaku. Ia pasti melirik layar handphoneku tadi saat berada di pantry.
“Ya, aku akan ke Medan, melihat pulau Samosir lebih dekat, pasti indah.”
“Wah, kapan tuh? Saya akan ke sana tiga hari lagi.”
Lelaki metroseksual ini berpindah duduk ke dekatku.
“Haduh, Bisa pas gitu. Sudah pesan tiket?"
“sudah dari lima hari lalu.”
“Aku baru aja dipesankan Rany.”
“Kapan?”
“Jumat sore aku terbang.”
“Good, brarti kita bisa ketemu di sana.”
Ia tersenyum lebar menunjukkan gigi-gigi putihnya yang sudah terveneer sempurna.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA TERLARANG
RomancePernahkah kita mendengar kisah cinta luar biasa istri pada suaminya, kasih sayang ibu kepada anak angkatnya? Tapi bagaimana jika terjadi ada cinta terlarang di antaranya? Sanggupkah sang nyonya berjuang mengembalikan rumah tangganya kembali menjadi...