Cinta Terlarang Anak dan Suamiku
#Anakku_Maduku #Ajt
#Seputih_Cinta_Amelia
~Kejujuran Yang Pahit Dari Reo~
kulempar tiga gepok uang seratus ribuan dalam tasku. Uang itu jatuh di meja dan di lantai. Berhamburan.
“Ambil! uang itu untuk kamu semua. Untuk kebahagiaan keluargamu. Bisa juga untuk modal usaha. Tapi penuhi satu permintaan saya. Jangan pernah mau menjalin hubungan dengan pria beristri manapun. Karena apa yang kamu lakukan, bial tidak dihentikan akan menjadi kebiasaan yang mendarah daging. Menjadi pelakor. Hinggap dari satu laki-laki kepada laki-laki lainnya,” ucapku tegas.
Kemudian aku berlalu pergi meninggalkannya.
*
Kurebahkan diri di kursi kerja.
Sebetulnya susah harus tegas dan marah dalam keadaan tak memiliki daya. Sebuah kenyataan baru yang semakin mempertegas keyakinan bahwa aku tak perlu mempertahankan Reo atas alasan apapun.
Beruntung aku berhasil mengeksekusi Fira dengan baik. Semoga ia benar-benar menyadari kesalahannya sehingga menghargai arti sebuah hubungan sakral yang telah disatukan-Nya.
Baru saja hendak merapikan beberapa berkas yang perlu dibaca dan di acc, ada pesan masuk dari seseorang.
[Mel, aku sudah bangun dari koma, aku ingin sekali bertemu dengan kamu. Apakah kamu ada waktu?] pesan dari Reo.
Reo, kenapa harus menghubungiku di saat aku berada di ujung kesal. Aku tahu kamu baru sembuh dari koma. Tapi apakah kamu tahu di sini aku baru saja mendapati kenyataan yang juga bisa membuatku koma. Affairmu, ini tak termaafkan Reo.
Kenapa kamu harus koma, koma oleh ulahmu sendiri. Ingin rasanya menarikmu dan Fira di hadapan semua orang, menunjukkan kepada dunia, bahwa kalianlah yang membuatku luka, akulah yang di sini terluka. Aku yang perlu ditolong. Sekuat dan sehebat inikah aku, hanya sendiri menghadapi kenyataan pahit, tak banyak orang tahu, hanya untuk menjaga dan membuat semuanya seolah baik-baik saja.
*
Satu bulan sudah kulewati semua dengan kesendirian. Satu syukur panjang bisa melewati masa terberat dalam hidup. Meski baru satu bulan, ini sangat luar biasa untukku.
Di usia yang tak lagi muda, di usia yang seharusnya sudah bisa menikmati hasil perjuangan, melihat anak tumbuh besar, sebentar lagi lulus kuliah, atau menikah. Melihat suami yang karirnya mulai gemilang, menikmati hari-hari menenangkan. Melihat swastamita dan arunika dengan hangat, sehangat keluarga yang harmonis yang selama ini aku dambakan.
Mencoba memulihkan hati juga dengan keliling ke berbagai tempat, menjumpai keponakan-keponakan yang sudah mulai beranjak dewasa, bersama mereka untuk sekedar pergi ke pantai, Dufan, melihat banyak hal baru, dan menyeimbangkannya dengan beribadah.
Setidaknya shalat tepat waktu ketika adzan telah berkumandang, dzikir pagi dan petang, membaca Al-Ma’tsurat, Surat Al-Waqiah, Surat Yasin, Ar-Rahman, dan membiasakan menjalankan kobliyah ba’diyah. Jika tidak, mungkin aku akan terperosok lagi jatuh dalam keterpurukan.
Menyadari bahwa hidup sepenuhhnya adalah milik-Nya. Tiada suatu bencana dan ujian yang menimpa setiap hamba di muka bumi ini melainkan telah tertulis di dalam Lauh Mahfudz. Mungkin Allah sedang mengingatkanku untuk tidak terlalu lena atas angerah yang telah Allah limpahkan.
Mungkin Allah tidak ingin aku terlalu berduka terhadap apa yang luput dalam hidupku, seperti yang tertera dalam surah Al – Hadid 22-23 yang selalu kubaca berulang-ulang.

KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA TERLARANG
RomancePernahkah kita mendengar kisah cinta luar biasa istri pada suaminya, kasih sayang ibu kepada anak angkatnya? Tapi bagaimana jika terjadi ada cinta terlarang di antaranya? Sanggupkah sang nyonya berjuang mengembalikan rumah tangganya kembali menjadi...