Cinta Terlarang Anak dan Suamiku (10)
#Anakku_Maduku #Ajt
#Seputih_Cinta_Amelia
~Sepakat Menikahi Raya~
~Beri aku satu kesempatan, maka akan kuubah harimu penuh bintang-bintang, kupastikan kau tak akan menyesal telah memberi kepercayaan padaku sekali lagi.~ (Reo)
Entah kenapa aku diam memberinya waktu untuk meneruskan bicara.
“Aku tahu aku salah, harusnya aku mengutarakan keinginanku itu padamu. Tapi terkadang aku tak tega melihatmu yang sudah sedemikian lelah bekerja. Aku tak ingin membuatmu makin kelelahan dengan meladeniku di malam-malam yang panjang. Aku sudah sangat bersyukur dengan semua kebahagiaan yang kamu beri dalam keluarga kita. Jadi aku pikir aku akan bisa mengatasi hasratku sendiri.”
Ada yang basah dalam hatiku.
“Sayangnya aku tergelincir, Mel. Aku jatuh, aku tergoda. Aku tak bisa menghindari diriku dari hal yang memang paling aku butuhkan. Kebutuhan batinku. Aku terpaksa dan itu bukan mauku. Mereka yang memberi kesempatan itu untukku, mempersilahkan baik-baik aku masuk dan memberi kehangatan kepada singa yang lapar ini.”
Nggak Reo, itu pembenaran yang salah.
“Lalu kamu makan daging haram itu?! Kamu babad habis tanpa ampun hingga Berbulan-bulan. Tidak puas satu lalu cari lagi kesempatan yang lain. Dasar nggak punya otak kamu! Sampah kamu!”
Ingatanku kembali bangkit pada hal menjijikkan malam itu. Bayangan yang sudah coba aku kubur. Seketika emosi dan amarahku memuncak kembali.
“Benar kamu singa, Reo. Kamu memang Singa yang lapar. Kamu binatang. Maka dari itu cara pikir kamu seperti bintang. Binatang memang nggak punya akal dan bisa melampiaskan nafsu di mana saja. Nggak tahu beda halal dan haram. Sayangnya setelah sekian belas tahun, aku baru menyadari kalau selama ini aku hidup dengan binatang!” teriakku.
Entah sudah seperti apa wajahku, merah penuh amarah dengan air mata yang rata sepenuh wajah.
Mbok Sum berlari mendekatiku.
“Ya Allah, Ibuk. Sudah, Buk. Ibuk nanti capek. Biarkan saja Bapak, jangan diladeni. Nanti ibuk sakit.”
“Pak, Bapak kan baru sembuh dari sakit, sudah Bapak sudah menjelaskan apa yang mau dijelaskan kepada Ibu. Sekarang Bapak pulang saja, istirahat.” Bi Darti mengusap-usap punggungku.
Pak Ranto sigap memegang lengan Reo, menariknya sedikit kencang untuk pergi keluar rumah.
“Lepasin, Pak. Saya belum selesai bicara. Saya mau bicara baik-baik sama Bu Amel. Lepasin, Pak!”
Pak Ranto tetep bertahan menyeret Reo keluar.
“Tapi, Pak. Bapak bisa bicara lagi dengan Ibu kapan-kapan. Biarin ibu istirahat.”
“Ibu nggak ngusir saya keluar, Pak. Biarkan saya.”
Pak Ranto menatapku, berharap ada instruksi selanjutnya dariku.
“Biar, Pak. Lepaskan saja,” jawabku.
Pak Ranto melepaskan tangan Reo, Reo kembali duduk di sofa.
Aku menatap mereka semua agar pergi meninggalkan kami berdua.
“Mel, aku ke sini hanya ingin bicara baik-baik, ingin minta maaf, dan ingin bilang kalau aku rindu,” ucapnya sedikit berbisik, menyadari hanya ada kami berdua di sini.
Aku menghela napas dalam dan membuangnya kasar. Rindu katanya? Ini lucu.
“Jangan naif Reo. Aku malu mendengarnya, jijik malah. Kemana rasa malumu, setelah aku tahu semua perselingkuhanmu, tapi masih berani merayu?”
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA TERLARANG
عاطفيةPernahkah kita mendengar kisah cinta luar biasa istri pada suaminya, kasih sayang ibu kepada anak angkatnya? Tapi bagaimana jika terjadi ada cinta terlarang di antaranya? Sanggupkah sang nyonya berjuang mengembalikan rumah tangganya kembali menjadi...