Bab 16
Semalam Bersama Brian#Amelia
Tapi tunggu, aku sperti melihat tubuh seseorang yang kukenal. Sosok itu berjalan tak jauh dariku, diantara orang-orang yang lalu lalang. Aku menghentikan langkah, meliriknya. Ia berjalan sembari menundukkan pandang.
Tapi sedetik kemudian ternyata diapun menghentikan langkah. Ia menengok ke kanan, dan ....
“Brian?”
“Amel?”
Kami saling menyebut nama dalam satu waktu.
Sontak kami tertawa berbarengan.
Ia datang menghampiriku.
Jakarta seluas ini, setelah bertemu di eropa dan kini bisa Allah pertemukan tanpa sengaja di sini, di atap sebuah Mall, di depan sebuah Masjid. Terkadang kejutan Allah itu indah.
"Kita kok, bisa ketemu gini, sih," ujarnya takjub.
"iya, bisa banget pas gini." Aku meringis.
“Habis dari shalat maghrib, ya?” tanyaku.
“Iya, tadi habis anter Ibu ke rumah Fica. Mau nginap katanya.”
“Owhh, Ibu, Bapak dan Fica gimana sehat?”
“Alhamdulillah. Sehat semuanya.”
Tanpa dikomando kaki kami melangkah menuju tepian bangunan.
Dari kisi-kisi pagar aku bisa melongok ke bawah gedung. Sebuah pemandangan khas kota Jakarta lengkap dengan hiruk pikuknya. Jalan raya yang padat merayap jam-jam pulang kantor seperti ini. Mobil-mobil yang keluar gedung, orang-orang yang berlalu lalang di tepian trotoar.
Brian sudah menyandarkan diri pada beton pagar.
“Mmmm, habis ini mau buru-buru pulangkah, Mel?”
Ia bertanya sembari menatap orang-orang yang baru keluar dari masjid berjalan menuju lift.
Aku terdiam sesaat. Ingin tak terlalu cepat menjawab.
“Santai, kok, Bri.”
Brian tersenyum, masih menatap lalu lalang di hadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA TERLARANG
RomansaPernahkah kita mendengar kisah cinta luar biasa istri pada suaminya, kasih sayang ibu kepada anak angkatnya? Tapi bagaimana jika terjadi ada cinta terlarang di antaranya? Sanggupkah sang nyonya berjuang mengembalikan rumah tangganya kembali menjadi...