Ini Jalan yang Kupilih (POV Raya)

2K 75 8
                                    

PoV Raya (Ini Jalan yang Kupilih)

Jangan pernah takut akan kejamnya harapan, karena kalau kita yakin atas pilihan-pilihan yang kita ambil, semesta akan membantu mewujudkannya meski sebagian orang pada awalnya mentertawakan. (Raya)
"Ayah, aku bosan, nggak pernah ada Bunda di rumah. Aku kan juga butuh dipeluk Bunda, dimanja, bukan cuma dikasih uang, dibeliin ini itu."

"Sama, dong. Ayah juga pengennya ada Bunda di rumah ini. Cuma gimana lagi. Ayah nggak bisa ngelarang Bunda. Bunda kan di sana juga capek bekerja."

"Kalo gitu Ayah aja dong, sering di rumah. Nggak usah lembur-lembur .... aku kan males kalau malam cuma ditemani Mbok Sum."

"Emang kenapa kalau ditemani, Mbok Sum ... kan dia baik. Atau kalau bosen, kamu kan bisa baca buku, nonton film. Pergi ke Mall."

"Ah males, pokoknya aku mau Ayah lebih banyak waktu di rumah, temani aku, atau kita main ke mana gitu, biar nggak bosen di rumah terus. Biarin aja Bunda nggak usah kita ajak. Salah sendiri kan ya, nggak ada waktu untuk kita."

"Hmmm," jawab Ayah sambil mainin game.
"Dih, kok cuma Hmmm, pokoknya aku mau Ayah lebih sering di rumah, pulang kerja cepet. Oke?" tantangku.

"Iya, iya. Nanti Ayah usahain."

"Oiya, Kok Ayah nggak bisa ngelarang atau ngebujuk Bunda untuk lebih banyak di rumah. Kan Ayah suaminya?"

Ayah hanya diam, tak lagi menjawab pertanyaanku. Pertanyaan itu kuutarakan dulu, ketika aku berusia lima belas tahun. Ya, awalnya tak ada Bunda adalah hal yang kutakutkan. Waktu itu aku masih bergantung sekali apa-apa padanya. Tapi lama-lama, tak ada Bunda menjadi hal yang menyenangkan untukku.

Karena artinya, aku bisa bebas bermain dan pergi sesukanya, tanpa ada pengawasan ketat dari Bunda. Ya, sesekali dapat teguran Bunda, itu wajarlah, tapi mana ada sih, anak muda yang nggak pernah bandel. Aku suka kebebasan. Aku suka mencoba hal-hal baru.

Entah kenapa, sedari kecil aku suka bertualang. Pernah juga kok Bunda mendukung jiwa petualangku.

"Kamu anak yang pintar Raya. Suka mencoba hal-hal baru, suka bertualang, suka belajar. Ini akan membuat kamu kaya pengalaman. Teruslah explore apa yang ingin kamu ketahui, niscaya itu akan membuatmu jadi orang yang kaya wawasan, orang yang berhasil mewujudkan cita-cita. Namun tetap taati norma-norma, dan menurut sama orang tua," kata Bunda suatu ketika.

Jadi Bunda sendiri pun mendukungku menjadi sosok yang suka mempelajari hal-hal baru. Tapi maksud Bunda sih untuk hal-hal yang positif. Sementara aku sering bandel, terkadang tanpa perhitungan, sehingga nggak jarang mencelakaiku. Ah, tapi aku mah selow aja. Sakit sedikit, luka sedikit, celaka sedikit itu wajar.

Beruntung akhirnya Ayah menjadi orang yang paham bahwa aku orang yang sangat perlu diawasi dan dijaga. Jadi kadang dia mau mengantarku kemana-mana agar aku tidak berada dalam keadaan bahaya. Ngebut mobil misalnya. Atau pergi ke tempat-tempat aneh yang Ayah nggak pernah duga.

Seperti waktu itu, pukul 24.00 WIB teng, aku pergi ke club malam sendirian. Pulangnya aku dijebak beberapa pemuda dan nyaris diperkosa.

Ayah memarahiku habis-habisan, terlebih melihat pakaianku yang serba terbuka. Ya, kalau nggak terbuka, nggak seksi dong, ya.
Dalam hati, sebenarnya aku bersyukur, memiliki kedua orang tua seperti mereka. Mereka berdua adalah pribadi yang lembut hati.

Entah kenapa denganku. Aku memiliki sifat yang berbeda dengan mereka, keras dan kadang sulit di kontrol. Eh tapi jangan salah loch, biar gini-gini, aku pintar, selalu juara kelas dan itu membuat mereka bangga.

Sebenarnya di lubuk terdalam jiwa, aku paham kenapa aku berbeda dari mereka. Karena aku adalah anak angkat mereka. Meski Ayah Bunda menutup rahasia ini rapat-rapat dariku, mungkin menjaga perasaanku, dan tak mau orang lain banyak tahu, apalagi mengorek-ngorek kenapa hingga sekarang mereka belum mempunyai anak.

CINTA TERLARANG Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang