Bagian 20

31.5K 3.8K 807
                                    

Liat deh di chap yang ada 🔞 nyaa. Readers nya banyak di bagian itu doang lhoooo🌚.

*****

Satu bulan berlalu. Jeno kini tengah duduk di kursi roda nya sambil menatap pada kendaraan yang berlalu lalang di bawah sana. Dua hari yang lalu Jeno baru saja di pulang kan ke apartemen yang di sewa oleh Donghae. Jeno mengalami koma selama dua minggu san sekarang dia harus menjalani rawat jalan untuk kaki nya yang masih tidak boleh di gerakan karena luka peluru yang Jeno dapatkan.

Jeno termenung. Selama dirinya berada dalam tidur panjang nya. Jeno bertemu dengan sang bunda dan seseorang yang belum sempat hadir dalam hidup Jeno.

"Jeno..."

"Bunda?"

"Kenapa kau ada di sini nak? Ini bukan tempat mu."

Jeno menghampiri Irene yang tengah menggendong seorang bayi.

"Siapa dia?" Tanya Jeno.

"Lihat lah, dia cantik bukan?"

Jeno mengangguk sebagai jawaban.

"Apakah bunda bahagia disini?" Tanya Jeno.

Irene menatap sang putra kemudian mengangguk.

"Bunda dan mama Seulgi akan merawat bayi cantik ini. Kembalilah, ini bukan tempat mu."

"Siapa bayi cantik itu?"

"Anak mu. Dia belum di percaya oleh Tuhan untuk lahir ke dunia. Maka dari itu bunda meminta Tuhan untuk merawat nya disini bersama bunda dan mama Seulgi."

Jeno terdiam. Iris mata nya menatap bayi perempuan di gendongan Irene.

"Cantik seperti mama nya" gumam Irene.

Jeno menatap Irene dengan bungkam.

"Kau tenang saja. Bayi mu aman disini. Kembalilah."

Setelah itu. Jeno melihat sebuah cahaya putih di belakang nya. Dengan pelan, Irene mendorong bahu Jeno hingga si tampan kembali ke dunia nyata. Sebelum Jeno kembali, ia sempat menatap dengan penuh penyesalan pada bayi perempuan di gendongan Irene.

Jeno tersenyum miris. Kenapa Tuhan memberikan mimpi itu pada nya? Apakah itu sebuah teguran dari Tuhan untuk Jeno? Apakah karena Jeno mengatakan jika dia tidak menginginkan bayi itu dan Tuhan memperlihatkan sosok cantik itu ke hadapan nya.

Jeno bahkan melihat jelas bagaimana ukiran wajah cantik itu yang sangat amat mirip dengan Jaemin.

Pintu kamar Jeno terbuka. Donghae masuk ke dalam nya dan mengunci pintu kamar kemudian menghampiri Jeno duduk di tepi tempat tidur.

"Lusa kita kembali ke Korea" ujar Donghae.

Jeno menatap Donghae dengan pandangan tak suka.

"Suka tidak suka kau harus pulang. Empat hari lagi pernikahan kakak mu Jeno. Taeyong juga sudah melahirkan, kau harus melihat keponakan mu" ucap Donghae.

Jeno memalingkan wajah nya ke luar jendela.

"Lee Jeno, apa yang kau lakukan pada Yumna?! Karena ulah mu, Chanyeol menyerang wilayah kita."

"Hanya melakukan transaksi keuntungan" jawab Jeno dengan nada dingin nya.

Donghae menghela nafas nya.

"Kenapa kau menjual nya pada Fatteh? Dia tunangan mu Jeno!!"

Jeno berdecak. Ia menatap sang ayah dengan pandangan malas.

180 Days?  [SUDAH DI TEBITKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang