Bagian 24

24.8K 3.4K 651
                                    


Gercep banget sih kalian gemes nya. Aku tambahin nih 350+🤭.

*****

Jaemin membuka pintu apartemen nya dan masuk ke dalam nya. Seharian ini jadwal nya begitu padat hingga diri nya benar-benar kurang tidur. Tubuh nya pun sangat lelah. Jaemin butuh relaxasi. Menyimpan barang nya di meja kemudian menghempaskan tubuh nya di sofa. Jaemin memejamkan mata nya. Nafas nya begitu tak teratur karena kelelahan.

"Hiks."

Jaemin menutup kedua mata nya dengan lengan nya. Ia menangis dalam diam.

"Mama."

Suara Jaemin begitu lirih. Air mata keluar deras dari kedua mata indah nya. Jaemin benar-benar merindukan sang mama. Hidup sebatang kara membuat nya benar-benar kesepian walaupun sekarang ia mempunyai ribuan fans juga orang-orang terdekat yang mendukung nya. Tapi, yang Jaemin inginkan adalah sosok yang bisa memeluk nya dengan pelukan hangat dan usapan lembut yang membuatnya nyaman seperti pulang ke rumah sungguhan.

Suara tangis Jaemin semakin pilu. Pria manis itu menidurkan tubuh nya dan memeluk boneka kepala kelinci yang ia taruh di ujung sofa.


-

Jeno duduk kursi dengan pandangan yang menatap kosong ke depan. Tangan kanan nya mengetuk-ngetuk meja kerja nya. Sudah beberapa kali Jeno memberikan semua cara apapun untuk mendapatkan kembali hati Jaemin namun ternyata sangat sulit.

Helaan nafas kasar terdengar. Jeno tersenyum miris. Mungkin orang lain melihat nya tampak biasa saja. Namun nyatanya, setiap Jeno terlelap ia selalu memimpikan wajah bayi cantik yang belum sempat melihat dunia.

Jeno benar-benar di buat hampir gila oleh mimpi tersebut. Beberapa kali dirinya ke psikolog juga psikiater namun semua nya percuma. Obat yang Jeno konsumsi hanya untuk menenangkan tubuh nya bukan fikiran nya.

Jeno menatap pigura besar di ruangan nya.

Andai Jaemin tau betapa bersalah diri nya hingga saat ini karena mereka harus kehilangan bayi tak berdosa itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Andai Jaemin tau betapa bersalah diri nya hingga saat ini karena mereka harus kehilangan bayi tak berdosa itu. Jeno benar-benar merasa kehilangan setelah Jaemin benar-benar tak pernah melihat kearah nya juga mimpi yang selalu datang dalam tidur nya.

Jeno mengambil obat rutin nya. Ia meminum nya kemudian berjalan ke sofa dan menidurkan tubuh nya disana.


-


Keesokan hari nya Jaemin terbangun karena suara bel apartemen nya. Kepala nya begitu pusing karena semalaman ia habiskan dengan menangis. Jaemin berdiri dan memakai sendal rumah nya kemudian melihat siapa orang di depan pintu nya dari alat komunikasi yang Jaemin simpan di samping pintu.

Dahi Jaemin berkerut saat melihat Jeno tengah berdiri di depan pintu nya sambil membawa kantong kresek. Mungkin itu makanan untuk sarapan?

Jaemin membuka nya. Ia mempersilahkan Jeno untuk masuk. Jeno tersenyum hingga mata nya menghilang.

180 Days?  [SUDAH DI TEBITKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang