Prolog

43.3K 147 0
                                    

"Enbi. Mau kemana?" tanya Lilo tetangga kos Enbi.

"Mau kerja dong. Ahay," ujar Enbi senang sambil menali tali sepatunya.

"Bagus. Kerja yang benar, biar bisa bayar hutang Ya Enbi sayang," senyum Enbi langsung luntur saat Lilo membahas perihal hutangnya.

Baru juga sehari bekerja. Lilo sudah mengingatkan hutang. Meresahkan, namun bagaimana lagi? Hanya Lilo yang bersedia meminjaminya uang saat ia miskin. Temannya yang lain? Semua pura - pura tidak mengenal Enbi.

"Sabar Lo. Entar gue cicil deh. Bye Lilo. Princess Yuna pergi kerja dulu ya," ujar Enbi.

"Huek. Yuna dari kardus sampah!" ejek Lilo. Namun Enbi biasa saja, dia lebih memilih untuk berlari agar bisa mendapat bus dengan cepat.

•••

Tiga puluh menit.

Enbi sampai di gedung perusahaanya. Tidak besar juga tidak kecil. Tapi Enbi tidak peduli. Paling penting adalah gajinya nanti. Setelah puas menatap gedung. Enbi langsung masuk dan bertanya pada resepsionist.

"Permisi. Ada yang bisa saya bantu?" tanya resepsionist itu.

Enbi tersenyum. "Iya. Saya pegawai baru," ujarnya.

"Atas nama siapa ya Mbak?"

"Enbi Ivanova."

Resepsionist itu mengangguk. Lalu menelpon dan berbicara. Setelah itu teleponya di tutup.

"Mari saya antar," ujarnya, Enbi mengangguk.

Resepsionist itupun mengantar Enbi. Mulai dari naik lift sampai masuk ke ruang divisi editor. Lalu menbawa masuk ke dalam ruangan. Enbi menunduk sambil tersenyum kepada pegawai lainnya.

Lalu sampai ke meja di ujung yang berada di tengah - tengah. Terlihat lelaki berkacamata yang menunduk. Enbi tahu itu pasti ketua timnya.

"Permisi Pak Rafdi. Saya mengantar karyawan baru."

Raf? Raf? Rafdi? batin Enbi dalam hati.

Enbi menutup mata dan mengigit bibirnya. Kaki dan tangannya bahkan rasannya kebas saat mendengar nama itu.

Positif thinking Enbi. Nama Rafdi nggak dia doang. Ya begitu seharusnya, Enbi harus berpikir positif di hari pertamanya kerja.

"Ya terimakasih," jawab lelaki itu.

Mampus lo Enbi

Tidak salah lagi. Itu Rafdi, Rafdi mantan kekasihnya. Demi muka gantengnya wonwoo. Dari sekian banyak orang kenapa harus Rafdi?

"Baik Pak. Saya permisi." ujar resepsionist itu lalu pergi.

Sial. Apakah Enbi harus lari saja? Tapi Enbi butuh uang. Selain itu dia juga lelah bekerja part time terus menerus untuk mencukupi kebutuhan hidupnya yang sebatang kara.

Kriett

Rafdi mendorong kursinya hingga berbunyi. Enbi langsung terkejut, bahkan jantungnya kini berdegup kencang. Demi neptunus, Enbi gemetar sekarang.

"Baik. Sekarang perkenalkan diri kamu." ujar Rafdi.

Namun Enbi masih menunduk. "Nam-nam.."

"Angkat kepalanya? Di bawah ada emas ya?" sindir Rafdi.

"Nggak sopan banget pegawai baru," sindir salah satu dari mereka.

Enbi langsung kena mental. Dia menarik napas panjang, terpaksa. Demi segepok gaji, dia harus melawan rasa gugupnya.

"Perkenalkan nama saya Enbi Ivanova," ucapnya lantang, lagipula untuk pelan - pelan. Lagian sudah terlanjur ketahuan, juga Enbi tak bisa menolak kenyataan kalau Rafdi adalah ketua timnya.

Rafdi langsung melotot sempurna saat melihat Enbi. Gadis yang sangat dia benci dan membuatnya patah hati.

Enbi Solo (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang