11.

4.7K 96 1
                                    

"Kita mau kemana sih Raf?" tanya Enbi yang kini menghadap kearah Rafdi yang sedang menyetir.

"Kita harus ngomong Raf! Lo mulai aneh!" tukas Enbi.

"Aneh? Aneh gimana?" tanya Rafdi balik.

Enbi mendengus kesal. Dia menyilangkan kedua tangannya didepan dada. "Ya lo aneh Raf! Sekarang gue tanya deh, maksud lo apa kayak gini?" tanya Enbi yang tak mengerti dengan maksud Rafdi.

Tiba-tiba kemarin mengajaknya makan malam bersama, oke kalau itu masih bisa ditolerir mungkin karena Rafdi sudah lapar sekali. Tapi ini? Tidak ada angin tidak ada hujan tiba-tiba menjemputnya di restoran.

"Ya lo pikir kita lagi apa Bi?" Rafdi malah bertanya balik membuat Enbi makin kesal.

"Lo harus tau Raf! Hubungan kita nggak baik setelah kita putus!" jawabnya frontal, Enbi sudah muak dengan sikap Rafdi.

"Gue tahu!"

"Lo tahu dan lo masih kayak gini? Lo sehat?" ketus Enbi namun Rafdi masih santai sambil menyetir.

"Ya emang salah setelah putus masih jalan bareng?"

Enbi diam. Benar juga ucapan Rafdi, tidak ada yang salah sih. Sampai Enbi teringat sesuatu.

"Gue nggak enak sama Ciani, Raf" ucapnya.

Kening Rafdi mengeryit, "Hah? Apa hubungannya sama Ciani?" tanyanya tak mengerti.

Kini Enbi menatap Rafdi tak mengerti. Dalam hati, dia bertanya sebenarnya apa maksud dari ucapan Rafdi ini? Dia pura-pura bodoh apa memang bodoh sih.

"Gue nggak mau ya habis ini gue dituduh jadi pelakor!" tegas Enbi.

"Pelakor apaan sih Bi! Gue aja belum nikah gimana bisa lo disebut pelakor?"

"Ya elo emang belum nikah tapi kan ada Ciani!"

"Ya terus kenapa sama Ciani?" geram Rafdi, dia jadi heran kenapa Enbi membawa Ciani sejak tadi.

"Ya Ciani kan pacar lo!" jawab Enbi, Rafdi langsung tertawa.

"Pffttt.... Hahahahah!"

"Ngapain ketawa? Ngetawain Ciani lo? Gue bilangin ya sama cewek lo ya!" ancam Enbi namun Rafdi justru semakin tertawa.

"Ya lo lucu sih! Dapet darimana sih tuh gosip? Lucu parah."

"Nggak ada yang lucu! Emang lo yang nggak wajar, pacar sendiri lo ga nggak anggap!" cibir Enbi.

"Ya karena Ciani bukan pacar gue ya gue ketawalah dengar ucapan lo!"

"Hah?"

Bentar! Bentar! Otak gue ngelag.

Ini gue nggak salah dengar kan?

"Maksud lo apaan sih Raf?" tanyanya memastikan.

"Maksudnya gimana lagi sih Bi? Udah gue jelasin kan, Ciani bukan cewek gue!" tegas Rafdi.

Apa? Ciani bukan cewek Rafdi? Hah? Kok bisa?

"Hah kok bisa? Lo putus sama dia?" cerocos Enbi yang membuat Rafdi geram. Bahkan lelaki itu sampai mencengkram kemudinya karena kesal.

"Gue nggak pernah putus sama dia Bi! Ya karena gue nggak jadian sama dia!" jelasnya kesal.

"T-tapi k-kata B-"

"Udahlah nggak usah bahas kata orang kantor," tegas Rafdi.

Enbi diam lagi. Dikepalanya sejujurnya dia masih ngelag. Dia terlalu terkejut saat mengetahui fakta tersebut sampai Enbi ingin memastikan lagi pada Rafdi.

"Raf lo serius nggak pacaran sama Ciani?" tanya Enbi.

Rafdi mendengus kesal. "Ah nggak taulah Bi! Capek gue ngejelasinnya!" keluhnya lebih memilih fokus menyetir.

"Ya kan gue cuma mau mastiin Raf! Siapa tau aja lo bohong gitu, terus besok gue dilabrak Ciani kan nggak lucu," dumel Enbi.

"Otak lo yang terlalu drama!"

"Itik li ying tirlili drimi!"

"Ya ampun Bi! Lo tuh ngeselinya nggak berkurang ya!" keluh Rafdi.

Enbi mencebikkan bibirnya kesal. "Lagian udah tau gue ngeselin tapi kenapa lo masih bawa gue sih? Udah deh pulangin gue!" cerocosnya yang semakin tak bisa di rem.

Kepala Rafdi sampai pening mendengar omelan Enbi. "Bi, gue kasih sp kapok lo!"

Enbi tersenyum sinis mendengarnya. "Ih, nggak takut gue ya! Orang ini diluar pekerjaan mau kasih sp alesan apa!" balasnya tak takut dengan ancaman nggak masuk akal Rafdi.

"Gue cium lo sekarang juga!"

Enbi langsung diam.

●●●

Enbi menatap kesal punggung Rafdi. Ia tak mengerti jalan pikiran Rafdi. Apakah Rafdi amnesia kalau mereka ini mantan. Oke alasan Rafdi ingin berteman, tapi nggak gini juga namanya pertemanan yang langsung mengajak Enbi dinner di restoran dekat pantai ini. Segala pikiran kemungkinan muncul diotak Enbi membuatnya semakin pening.

Enbi duduk sambil menunggu Rafdi membayar makananya. Sambil sesekali menikmati pemandangan laut namun tak bisa menghilangkan maksud Rafdi. Hingga Rafdi datang dan duduk di depannya, Enbi menatapnya tajam.

"Jujur sama gue Raf! Lo mau apa sih sebenarnya?" tanya Enbi dengan tegas.

Ayolah Enbi bukan ABG lagi. Enbi juga bukan perempuan yang punya banyak waktu untuk memikirkan romansa untuk saat ini. Ketimbang romansa, dia lebih memilih mencari cara untuk bertahan hidup.

Sementara Rafdi yang baru duduk langsung terkejut dengan pertanyaan Enbi. Rafdi diam sambil mengamati wajah Enbi yang semakin hari makin cantik. Sejak mereka putus, kian hari Rafdi selalu menyesal. Sudah jauh hari setelah putus dia bahkan ingin mengajak Enbi kembali. Namun saat itu, gengsinya terlalu tinggi. Dia lebih memilih menyakiti Enbi dengan memanasi Enbi hubungan baru dengan Sasmi. Namun naasnya, Enbi tak peduli bahkan Enbi baik-baik saja. Gadis itu terlihat bahagia dan makin cantik setelah putus.

Rafdi tentu saja geram dan tak terima. Dia mencari segala cara untuk membuat hidup Enbi tak tenang. Salah satunya dengan menyindir Enbi ketika gadis itu lewat di gedung mereka kuliah. Hal itu dia lakukan sampai akhirnya Rafdi lulus kuliah terlebih dahulu hingga dia kehilangan jejak Enbi. Karena setelah lulus, Rafdi langsung mendapat kerja.

"G-gue cuma ma-"

"Gue nggak menerima alasan pertemanan! Basi!" potong Enbi.

Rafdi heran dengan dirinya sendiri. Kenapa dia begitu menyukai gadis berisik, cuek dan ketus ini. Rasanya bukan tipe Rafdi sekali, namun entah kenapa gadis ini yang sulit membuatnya lupa sampai lima tahun berlalu.

"Gue benci sama lo!" akhirnya setelah berpikir panjang, justru Rafdi malah mengeluarkan kalimat laknat itu.

Enbi sampai mendelik. "Hah?"

"Lo tau? Benci beda tipis sama cinta," cicit Rafdi.

Enbi ngebug lagi. Otaknya mendadak ngefreeze. Sampai tiba-tiba dia merasakan Rafdi mengenggam tangannya yang diatas meja. Badan Enbi langsung gemetar.

"Gue pengen mulai dari awal lagi Bi," ujarnya tulus.

Rafdi hanya ingin memperbaiki kesalahannya dimasa lalu. Dimana dia memutuskan sepihak hubungannya hanya karena merasa Enbi tidak menyukainya. Padahal setelah putus, Enbi bahkan tak pacaran dengan siapapun. Kata teman Enbi, gadis itu bahkan lebih memilih fokus kerja dan kuliah. Sedangkan Rafdi? Lelaki itu justru makin tak sabar melukai Enbi dengan menggunakan Sasmi. Betapa jahatnya dirinya.

Hari demi hari dia berusaha melupakan Enbi namun sulit. Dia pikir dengan membenci Enbi dia bisa lupa dengan gadis itu. Tapi sayang, Rafdi lupa kalau benci beda tipis dengan cinta.

^^^°^°°°°°°

Jangan lupa Votenya kaka

Enbi Solo (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang