"Pake nanya lagi! Cowok cewek kalau di kamar berduaan lo pikir lagi ngapain?!"
BUGG
"Arghh, sayang sakit!"
"S-s-ayang?"
"Enggak Elmo dia ini orang sinting!"
Elmo hanya bisa mematung menatap cowok dan cewek yang berseteru itu. Elmo tak habis pikir, saat ia akan berkunjung ke kamar kost Enbi lalu disuguhkan adegan dramatis Enbi dan Rafdi.
"Sayang, aku sinting gini karena kamu loh!" Rafdi tak akan gentar, meskipun Enbi sudah mengusirnya. Dia bertekad akan mendapatkan Enbi bagaimanapun caranya.
Rafdi merangkul bahu Enbi yang tentu saja membuat si empunya marah. Tak lupa Elmo yang terlihat kesal, refleks dia berjalan cepat menuju kearah Rafdi dan Enbi. Setelah itu, diluar prediksi Elmo menarik telinga Rafdi dengan kencang.
"Loh, eh, Mo lepasin. Sayang bantu lepasin, ini sakit banget!" rintih Rafdi, ia sudah coba melepaskan jari telunjuk dan jempol Elmo yang digunakan menarik telinganya. Sayangnya Elmo tak mau kalah.
Melihat Rafdi merintih kesakitan begitu. Bukankah Enbi harusnya senang? Tapi kenapa dia jadi tidak tega. Hingga akhirnya ia memohon pada Elmo. "Mo, bisa lepasin dia?" bujuk Enbi dengan selembut mungkin.
Rafdi tersenyum menang sementara wajah Elmo langsung kusut. Ada rasa nyeri dihatinya ketika Enbi membela Rafdi. Dengan kesal ia melepas Rafdi namun menutup dengan jitakan kepala.
"Bangsat sakit pe-ak!" umpat Rafdi.
Elmo mengeraskan rahangnya, menatap tajam kearah Rafdi. "Jangan gangguin cewek gue!" tegasnya.
Rafdi terbahak, "Gue juga cowok dia! Gue lebih duluan pacaran sama dia! Dasar pebinor!" ejeknya yang membuat Elmo murka.
"Gue nggak percaya! Nggak usah ngaku-ngaku!" balas Elmo dengan nada tinggi. Padahal Elmo sangat lembut ketika berbicara dengan Enbi.
Rafdipun tak kalah murka, ia bahkan sudah berdiri bersiap mengajak duel Elmo. Melihat itu, Enbi tentu saja panik. Karena bingung, ia berlari menuju kamar mandi dalamnya lalu mengambil gayung yang sudah diisi air.
BYURR
Belum sempat duel benaran. Rafdi dan Elmo gelagapan saat disiram air oleh Enbi secara bergantian.
"Sayang! Apaan ini!"
"Bi, kamu ngapain?"
"Diam! Kalian berdua pergi dari sini!" pekik Enbi lalu mendorong kedua tubuh besar dua cowok itu. Dengan susah payah ia mendorong hingga keluar dari kamarnya. Setelah itu dia buru-buru menutup pintu dan menguncinya. Membiarkan bunyi gedoran pintu dan teriakan yang tidak ada habisnya.
●●●●
Perasaan Rafdi sangat buruk. Sudah dua hari Enbi ijin karena alasan sakit. Sejak kemarin dia mengirimi pesan dan mencoba menelpon namun sayang nomornya diblokir. Kemarin dia ingin sekali berkunjung ke kost Enbi, namun pekerjaanya tak bisa ditinggalkan. Bahkan ia harus menginap lagi untuk lembur. Karena hari ini ada rapat bersama direktur.
Tepat pukul lima sore, Rafdi beranjak dari kursinya. Hari ini dia berniat untuk berkunjung ke kost Enbi. Bergegas dia keluar kantor menuju parkiran. Sampai ke mobilnya, ia langsung masuk ke kursi kemudi lalu melajukan mobilnya. Butuh waktu satu jam untuk sampai ke kost Enbi, karena sore hari jam pulang kerja jalanan padat dan macet. Selama menunggu kemacetan, Rafdi masih berusaha untuk menelpon Enbi dengan nomor biasa. Namun nihil tetap saja yang dia dengar 'nomor tidak aktif'.
Selama perjalanan, perasaan Rafdi tidak tenang. Hingga tepat satu jam kemudian, ia sampai di kost Enbi. Ia langsung turun dari mobil, berjalan cepat menuju kamar Enbi. Namun baru saja akan mengetuk pintu, Lilo mendekat ke Rafdi.
"Nyari Enbi, Raf?" tanya Lilo.
"Iya, gue khawatir banget dia katanya sakit," ujar Rafdi khawatir.
Lilo menatap datar ke Rafdi. "Raf, gue udah dengar cerita dari Enbi. Gue rasa, lo harus beneran tegas sama hubungan kalian. Kalau lo emang cinta sama dia, yakinin dia, perjuangin dia. Kalau lo emang nggak cinta dan cuma main-main. Tolong lepasin dia. Biarin dia bahagia!"
Rafdi sontak terdiam saat mendapat ultimatum dari Lilo. Rafdi sangat mencintai Enbi, namun untuk bersatu kenapa sesulit ini?
"Gue cinta sama Enbi!" balasnya dengan mantap.
Lilo menatap sinis kearah Rafdi. Keduanya kini saling berhadapan, berdiri didepan pintu kamar Enbi. Dengan kedua tangan Lilo yang menyilang didepan dada.
"Ini terakhir kali gue bantuin lo Raf, kalau kali ini gagal, lepasin Enbi. Biarin dia bahagia sama Elmo!"
Elmo lagi Elmo lagi! gerutunya dalam hati, ia kesal sekali kalau mengingat nama Elmo.
"Iya Lil, gue janji. Gue bakal berusaha pertahanin Enbi," tegas Rafdi.
Lilo menghela napas panjang. Sebenarnya dia tidak terlalu suka dengan Rafdi, mengingat dulu cowok didepannya ini hampir saja memperkosa Rafdi. Namun melihat keduanya saling mencintai, Lilo berusaha menurunkan egonya. Untuk sekarang, dia akan memberi kesempatan lagi. Tapi jika kali ini gagal, Lilo sungguh akan mengusir Rafdi dari kehidupan Enbi.
"Dia nggak di kost, dia ada di Bandung sekarang, main ke Panti Asuhan Kasih Bunda."
●●●●●
Dua jam kemudian. Pukul sembilan malam Rafdi sampai didepan gerbang Panti Asuhan Kasih Bunda. Ia turun dari mobil lalu memencet bel. Beberapa menit kemudian, terdengar suara pintu gerbang kecil ditarik. Rafdi langsung melihat seorang perempuan yang membukakan pintu.
"Permisi Mbak, saya Rafdi temannya Enbi."
"Oh temannya Enbi, ayo silahkan masuk Mas," ujar perempuan berhijab itu.
Perempuan itu membuka lebar pintu gerbang, disusul Rafdi yang masuk. Setelah itu pintu tertutup, Rafdi mengekori perempuan itu berjalan masuk ke panti.
"Tunggu disini dulu ya Mas, saya panggilkan Enbi," ujar perempuan itu yang diangguki oleh Rafdi.
Rafdi memilih duduk dibarisan kursi yang ada diteras rumah panti itu. Tubuhnya lelah, tiga jam lebih dia berada di jalanan. Belum sempat makan malam juga, bisa sampai kesini tepat waktu saja dia bersyukur.
"Ngapain sih kesini?!" inginnya Rafdi disambut dengan senyuman lebar dan suara lembut yang memanjakan telinganya. Namun sayang, Rafdi berharap apa dari Enbi yang marah?
Akhirnya Rafdi berdiri, berjalan kearah Enbi yang masih diam mematung. "Sayang, aku capek banget loh dari Jakarta ke Bandung dua jam lebih. Kasih napas dulu kek buat berantem," bujuknya yang membuat Enbi tak enak.
Perjalanan Jakarta Bandung biarpun katanya dekat, tapi kalau dilakukan setelah pulang kerja pasti melelahkan. Enbi juga bisa melihat wajah lelah Rafdi. Akhirnya dia menurunkan egonya.
"Udah makan belom?" tanya Enbi yang dibalas Rafdi dengan senyuman.
"Apaan sih! Jawab pakai mulut nggak usah senyum-senyum! Nggak jelas banget sih!" omel Enbi.
Rafdi mengabaikan omelan Enbi. Lelaki itu berjalan hingga berdiri tepat didepan Enbi. Membawa Enbi kepelukannya, yang tentu saja ditolak. Namun Rafdi terus saja memeluknya erat.
"Bi, aku capek banget. Kasih energi dari pelukanmu," ujar Rafdi dengan suara lemah.
Enbi merasa kasihan, namun dia tidak ingin membalas pelukan Rafdi. Sampai terdengar bunyi gubrak. Enbi mendelik saat tubuh Rafdi limbung dengan mata tertutup.
"RAFDI!!"
●●●●
Guys maap bgt slow update soalnya sibuk kerja :((((
KAMU SEDANG MEMBACA
Enbi Solo (21+)
Romance21+ Romance, Comedy ■■■ Setelah sekian lama menganggur. Enbi di terima di sebuah perusahaan penerbitan sebagai Editor. Namun kesialanya datang saat Enbi tahu kalau Ketua Tim divisinya adalah sang mantan. Lalu kesialanya datang bertubi - tubi saat...