20.

4.5K 91 1
                                    

"Ck ck ck. Ciani, Ciani!" decak Nadira saat melihat Ciani berenang dengan memaka bra dan celana renang pendek yang super ketat itu. Padahal perempuan lainnya berenang memakai kaos dan celana legging panjang. Tapi untuk Ciani, menurut Nadira gadis itu memang diluar nalar.

"Biarin aja sih Mbak. Kan jadi bahan rumpi kita. Hahaha!" sahut Tori.

Sementara Enbi hanya diam saja. Sejak dari pagi, nama Ciani begitu memuakkan diotaknya. Apalagi saat ini dia disuguhi pemandangan Ciani yang terus saja mengekori Rafdi dimanapun sampai membuat Enbi muak melihatnya.

Kini Enbi, Tori dan Nadira memilih duduk di restoran dekat kolam renang sambil mengamati teman kantornya yang berenang.

"Gue iri sama Ciani, tetetnya gede banget. Gue aja anak satu masih tepos aja!" keluh Nadira, Tori dan Enbi serentak menatap ke dada Nadira.

"Apa liat-liat?" ketus Nadira.

"Nggak apa Mbak cuma mau mastiin aja. Haha!!" Enbi tertawa lalu kembali menatap Ciani yang semakin menjadi-jandi. Bahkan gadis itu sudah  memeluk lengan Rafdi dan lelaki itu terlihat biasa saja.

Awas lo Raf! geramnya dalam hati.

Lalu membuka ponselnya, mencari kotak Rafdi dan memblokirnya.

Gue benci sama Lo Raf!

●●●

Selesai makan malam. Semua karyawan kantor berkumpul di ballroom. Acara malam ini selain berkumpul dan berbincang-bincang juga karaoke, makan bersama dan ada juga yang bermain games. Namun sejak tadi mengitari area ballroom kedua mata Rafdi tak menemukan sosok gadis yang dicarinya.

"Nad!!" panggil Rafdi pada Nadira yang sedang bermain Uno dengan teman lainnya.

"Kenapa Raf?" tanya Nadira.

"Bisa kesini bentar nggak?" ucap Rafdi meminta Nadira agak menjauh dari teman-temannya. Takut yang lainnya tabu Rafdi sedang mencari Enbi malah membuat gosip.

Nadirapun berdiri dan berjalan mendekat ke Rafdi. "Kenapa Raf?"

"Liat Enbi nggak? Gue cari kok nggak ada," jawab Rafdi.

Kening Nadira mengernyit merasakan sesuatu yang aneh dari sikap Rafdi. Kenapa tiba-tiba Rafdi mencari Enbi? "Dia di taman tadi Raf, katanya telfonan sama temannya mau pamer liburan di hotel mahal. Ada apa emang Raf?" tanya Nadira penasaran dengan sikap Rafdi.

Rafdi langsung salah tingkah saat Nadira bertanya seperti itu. "Engg gue cari buat ngomongin naskah Sibel bentar soalnya Sibel tadi hubungin gue," bohongnya.

Rafdi bisa saja memberitahu kebenarannya pada Nadira. Namun Rafdi takut Enbi semakin marah.

"Oh gue kira ada apa Raf," jawab Nadira yang percaya saja dengan ucapan Rafdi. Karena memang terkadang penulis menghubungi dijam dan waktu yang tak terduga.

"Gue ketemu Enbi dulu Nad kalau gitu," ucap Rafdi, Nadira mengangguk lalu kembali pada teman-temannya.

Tak butuh waktu lama, Rafdi berlari menuju tempat yang dimaksud Nadira. Dari kejauhan, Rafdi bisa melihat Enbi yang sedang duduk di kursi sambil melakukan video call.

"Iya Lo, ya ampun. Makananya juga enak banget tadi," ucap Enbi melalui sambungan telepon.

"Bi!" panggil Rafdi lalu duduk di samping Enbi. Namun Enbi langsung beranjak dsri tempat duduknya. Dia agak kaget melihat Rafdi tiba-tiba duduk disampingnya.

"Lo mau liat apalagi Lo? Disini juga ada air man-"

"Apaan sih Raf!" protes Enbi saat Rafdi menarik lengannya hingga duduk kembali disampingnya.

"Lo kenapa Bi?" tanya Lilo.

"Nggak apa, ada gangguan jin!!"

"Hah serius lo Bi? Katanya hotel me-"

Pippp

"RAFDI BALIKIN HP GUE! ISH!" pekik Enbi saat Rafdi mengambil paksa ponselnya lalu mematikan sambungan teleponya dengan Lilo.

Enbi berusaha mengambil ponselnya namun Rafdi meletakannya di saku belakang celana pendeknya. "Lo bisa teleponan sama Lilo tapi angkat telfon gue nggak mau! Bales pesan gue nggak mau!" tegas Rafdi.

Rafdi makin kesal saat melihat betapa senangnya Enbi melakukan panggilan dengan Lilo namun dengannya tidak mau.

"Bukan urusan lo!" ketus Enbi.

Rafdi tersenyum kecut. "Enak banget lo ngomong gitu! Dua hari gue mikir keras kenapa lo menghindar dari gue. Ternyata lo sengaja!" cibir Rafdi.

"Iya gue sengaja!" jawab Enbi.

Rafdi tersenyum sinis. "Jadi lo sengaja? Kenapa? Lo ada main lagi sama Elmo?" tuduh Rafdi.

Enbi tertawa miris. "Di mata lo gue seburuk itu ya?"

Rafdi diam.

"Kalau emang nggak ada hubungannya sama Elmo. Kenapa kamu tiba-tiba ngehindar?" tanya Rafdi yang mulai melunak saat melihat raut wajah sendu Enbi.

"Gue muak sama Lo!" ketus Enbi menatap tajam ke arah Rafdi.

Rafdi meraih kedua telapak tangan Enbi. Meskipun gadis itu berusaha menepis namun Rafdi terus saja menggengamnya.

"Kenapa Bi? Aku ada salah sama kamu?" tanya Rafdi.

Enbi memejamkan kedua matanya. Dia masih teringat dengan ucapan Raisa dan Elsa yang mengatainya murahan karena dekat dengan Rafdi dan Elmo. Meskipun yang terparah karena mereka menuduh Enbi sudah tidur dengan Elmo.

"Gue nggak mau Raf dijadiin bahan gosip sekantor gara-gara lo sama Elmo!" terang Enbi yang tak bisa memendam kekesalannya sendiri.

"Ada yang gosipin kamu Bi?" tanya Rafdi selembut mungkin yang membuat Enbi malah merasa aneh.

"Banyak! Pake nanya lagi lo!" ketus Enbi.

"Terus kamu maunya gimana?" tanya Rafdi.

"Jauh-jauh dari gue! Gue nggak mau terlibat sama Lo dan Elmo. Gue juga pengen lepas dari Elmo. Gue nggak mau Raf jadi bahan gosip satu kantor!!" mohon Enbi, dia masih tidak bisa menerima saat dibilang gadis murahan.

Rafdi terdiam lalu mengelus telapak tangan Enbi. Raut wajah Enbi kini terlihat kusut. Ternyata alasan Enbi menjauhinya karena gadis itu menjadi bahan gosip teman sekantornya. Padahal Rafdi saja tak pernah mendengar dari telinganya sendiri ketika di gosipkan. Rafdi jadi heran darimana Enbi tahu tentang gosip murahan seperti itu.

Kedua tangan Rafdi beralih merangkum kedua pipi Enbi. "Ya udah nanti aku usahain biar bisa lepas dari Elmo."

"Nggak usah pegang-pegang. Gue nggak sudi dipegang cowok orang!" tepis Enbi pada kedua tangan Rafdi.

Rafdi mengernyit dengan ucapan Enbi. "Siapa yang cowok orang Bi?" tanya Rafdi mulai frustasi.

"Lo pikir gue bodoh! Udah gue bilang ya gue nggak mau jadi pelakor hubungan lo sama Ciani!"

Ciani lagi ciani lagi! batin Rafdi kesal.

"Udah Aku bilang berapa kali Bi. Ciani itu bukan cewekku!"

"Idih iki biling biripi kili Bi. Ciani iti bikin ciwikki!!"

Rafdi meremas rambutnya frustasi. Topik Ciani sepertinya sulit dijinakkan.

"Bi beneran Aku nggak bohong sayang."

"Nggak usah panggil sayang! Muka lu tuh kayak empang!"

"Beneran Bi. Kita tuh cuma temanan doang."

"Mana ada temenan pake ciuman segala! Mana ciumanya didalam bis diliatin banyak orang lagi! Mau pamer tapi malah malu-maluin tau nggak!"

Enbi Solo (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang